Menyelami Dunia Investasi Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

17 Juni 2025, 12.53

pixabay.com

 Investasi Berkelanjutan, Tren Global, dan Tantangan Masa Kini

Investasi berkelanjutan kini menjadi sorotan utama di tengah krisis iklim, tekanan sosial, dan perubahan paradigma ekonomi global. Tak hanya sekadar tren, pendekatan investasi ini menantang prinsip klasik “wealth maximization” dan menghadirkan konsep “shared value” yang mengintegrasikan tujuan finansial, sosial, dan lingkungan1. Paper “A Systematic Review of Sustainable Investment Approaches” karya Charney S. Akala, Taryn Neuhaus, dan Indrani O’Leary-Govender (2022) mengulas secara sistematis tiga pendekatan utama investasi berkelanjutan: Socially Responsible Investing (SRI), Environmental, Social, and Governance (ESG), dan impact investing. Artikel ini akan membedah temuan utama, studi kasus, angka-angka penting, serta memberikan kritik, opini, dan relevansi dengan tren industri.

Evolusi dan Definisi Investasi Berkelanjutan

Dari Etika Religius ke Inovasi Finansial Modern

Investasi berkelanjutan berakar dari gerakan etika investasi di Gereja Metodis abad ke-18, yang menolak investasi pada bisnis perbudakan, perjudian, dan alkohol1. Seiring waktu, pendekatan ini berkembang menjadi SRI, ESG, dan impact investing, terutama setelah peristiwa besar seperti Perang Dunia II, gerakan hak sipil, krisis keuangan 2008, dan meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim1.

  • SRI: Berbasis nilai, fokus pada negative screening (penyaringan negatif) terhadap perusahaan yang dianggap tidak etis.
  • ESG: Integrasi faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam pengambilan keputusan investasi.
  • Impact Investing: Investasi yang menargetkan dampak sosial dan lingkungan positif, di samping keuntungan finansial.

Ketiganya kini menjadi mainstream di pasar modal global, didorong oleh inisiatif seperti UNPRI, Paris Agreement, dan COP261.

Kerangka Teoritis: Dari EMH ke Shared Value

Perubahan Paradigma dalam Dunia Keuangan

Tradisi keuangan klasik seperti Efficient Market Hypothesis (EMH) dan Modern Portfolio Theory (MPT) menekankan rasionalitas investor dan optimasi risiko-imbal hasil1. Namun, investasi berkelanjutan memperkenalkan dimensi baru: investor rela mengorbankan sebagian return demi tujuan sosial atau lingkungan1.

  • Sustainable Finance 1.0: Fokus pada screening negatif untuk menghindari risiko ESG.
  • Sustainable Finance 2.0: Integrasi ESG dalam analisis dan keputusan investasi.
  • Sustainable Finance 3.0: Fokus pada penciptaan dampak sosial/lingkungan yang terukur (impact investing)1.

Kerangka ini menandai pergeseran dari “shareholder value” ke “stakeholder value”, menuntut perusahaan bertanggung jawab pada masyarakat dan lingkungan.

Metodologi Studi: Sistematis, Komprehensif, dan Berbasis Data

Penulis melakukan review sistematis atas 40 artikel dan dokumen kebijakan dari UN, OECD, GIIN, Springer Link, SSRN, dan lainnya. Artikel diklasifikasikan berdasarkan pendekatan investasi (SRI, ESG, impact), fokus geografis (developed, emerging, global), metodologi (empiris, review, kebijakan), dan temuan utama1.

  • Rentang waktu analisis: 2010–2022, dengan puncak minat setelah krisis keuangan global.
  • Dominasi studi: 27,5% tentang impact investing, 35% ESG, sisanya SRI dan kombinasi.
  • Fokus geografis: Mayoritas studi pada pasar maju (Eropa, AS), hanya sebagian kecil membahas emerging markets.

Studi Kasus dan Angka-Angka Kunci

1. Dominasi Pasar Maju & Kesenjangan Pasar Berkembang

  • Kapitalisasi: 80% lebih aset SRI dan ESG terkonsentrasi di Eropa dan AS1.
  • Pasar berkembang: Studi tentang ESG dan impact investing di emerging markets masih minoritas, meski kebutuhan sosial dan lingkungan sangat besar.

2. Kinerja Keuangan: Hasil Campuran dan Tantangan Ukur

  • Return: Studi empiris menunjukkan hasil yang beragam. Beberapa menemukan SRI dan ESG memberikan return sebanding atau sedikit lebih rendah dari portofolio tradisional1.
  • Diversifikasi: SRI dan ESG memberikan manfaat diversifikasi, meski portofolio jadi lebih terbatas karena screening ketat.
  • Impact investing: Return sangat bervariasi, dipengaruhi asimetri informasi, seleksi manajer, dan tujuan investor yang tidak seragam.

3. Studi Kasus Nyata

  • ESG Index: Indeks seperti Dow Jones Sustainability Index (DJSI) dan MSCI KLD 400 kini jadi acuan utama di pasar global, dengan pertumbuhan aset signifikan tiap tahun.
  • Peer-to-peer Impact Platforms: Studi oleh Kollenda (2022) menunjukkan pertumbuhan pesat pinjaman impact investing di negara berkembang, meski return tidak selalu kompetitif.
  • Green Bonds & Social Bonds: Instrumen seperti green bonds dan social impact bonds makin populer, menghubungkan investor dengan proyek ramah lingkungan dan sosial.

Analisis Tematik: Overlap, Tantangan, dan Peluang

1. Overlapping Frameworks: SRI, ESG, dan Impact Investing

Salah satu temuan utama paper adalah tumpang tindih konsep antara SRI, ESG, dan impact investing. Banyak studi dan pelaku pasar menggunakan istilah ini secara bergantian, padahal cakupan dan tujuan tiap pendekatan berbeda1. Misal, SRI sering dianggap subset dari ESG, sementara impact investing sering diposisikan sebagai bagian dari SRI.

2. Standar dan Terminologi yang Belum Konsisten

Kurangnya konsistensi istilah dan standar pengukuran ESG menjadi hambatan utama mainstreaming investasi berkelanjutan1. ESG rating agencies seperti MSCI, Sustainalytics, dan S&P Global menggunakan metodologi berbeda, sehingga skor ESG satu perusahaan bisa sangat bervariasi antar lembaga.

3. Metodologi Penelitian: Dominasi Kuantitatif

Sebagian besar studi menggunakan pendekatan empiris berbasis teori keuangan klasik (CAPM, Fama-French, EMH) untuk mengukur kinerja SRI dan ESG1. Namun, model-model ini dinilai kurang mampu menangkap trade-off antara return finansial dan dampak sosial/lingkungan.

Kritik dan Opini: Di Mana Letak Tantangan Utama?

1. Kinerja Keuangan: Mitos atau Realita?

Banyak investor masih ragu bahwa investasi berkelanjutan bisa memberikan return setara atau lebih baik dari investasi konvensional. Studi dalam paper ini memperlihatkan hasil campuran: beberapa menemukan return positif, beberapa negatif, dan sebagian besar “no effect”1. Hal ini menandakan perlunya model evaluasi baru yang mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan secara lebih komprehensif.

2. ESG di Pasar Berkembang: Peluang atau Risiko?

Pasar berkembang menghadapi tantangan unik: korupsi, instabilitas politik, dan lemahnya regulasi ESG. Namun, justru di pasar inilah peluang dampak sosial dan lingkungan terbesar. Studi Sherwood & Pollard (2018) dan Chen & Yang (2020) menunjukkan bahwa adopsi ESG di emerging markets masih rendah, namun potensi pertumbuhan sangat besar1.

3. Impact Investing: Antara Filantropi dan Keuntungan

Impact investing sering diposisikan di antara filantropi dan investasi murni. Namun, pengukuran dampak sosial/lingkungan (SROI, Theory of Change) masih belum baku, sehingga sulit membandingkan performa antar proyek atau manajer investasi1.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

Studi ini sejalan dengan temuan Talan & Sharma (2019) dan Ferreira et al. (2016) yang menyoroti kurangnya konsistensi istilah dan framework di literatur investasi berkelanjutan. Sementara Bernal, Hudon, & Ledru (2021) menegaskan bahwa model keuangan klasik tidak cukup untuk menjelaskan kinerja impact investing, sehingga dibutuhkan pendekatan baru berbasis multi-utility atau willingness-to-pay1.

Relevansi Industri dan Tren Global

1. ESG sebagai Standar Baru di Pasar Modal

ESG kini menjadi syarat utama bagi perusahaan yang ingin mengakses modal global. Bursa saham di Eropa, AS, dan Asia mulai mewajibkan pelaporan ESG sebagai bagian dari disclosure tahunan. Industri keuangan juga berlomba mengembangkan produk berbasis ESG dan impact, seperti green bonds, social bonds, dan thematic funds1.

2. Digitalisasi dan Transparansi

Adopsi teknologi digital untuk pelaporan ESG, pemantauan dampak, dan transparansi proses investasi kini menjadi tren utama. Platform digital seperti peer-to-peer impact investing dan blockchain untuk pelacakan dana semakin banyak diadopsi, terutama di pasar berkembang1.

3. Regulasi dan Standar Global

Uni Eropa, UNPRI, dan GIIN terus mendorong harmonisasi standar ESG dan impact investing. Inisiatif seperti EU Taxonomy dan Sustainable Finance Disclosure Regulation (SFDR) bertujuan menciptakan playing field yang setara dan mencegah greenwashing1.

Rekomendasi Strategis untuk Masa Depan Investasi Berkelanjutan

  1. Pengembangan Terminologi dan Standar Konsisten
    Industri perlu mengadopsi istilah dan framework yang seragam, sehingga investor, regulator, dan akademisi dapat berbicara dalam bahasa yang sama.
  2. Integrasi ESG dalam Model Keuangan Modern
    Diperlukan model evaluasi baru yang menggabungkan aspek finansial, sosial, dan lingkungan, bukan sekadar mengandalkan CAPM atau EMH.
  3. Peningkatan Transparansi dan Kualitas Data ESG
    ESG rating agencies harus menyelaraskan metodologi dan meningkatkan transparansi data agar investor bisa membandingkan perusahaan secara objektif.
  4. Dorong Adopsi di Pasar Berkembang
    Pemerintah dan lembaga keuangan harus memberikan insentif dan dukungan regulasi agar ESG dan impact investing tumbuh di emerging markets.
  5. Kolaborasi Multipihak
    Sinergi antara pemerintah, sektor swasta, LSM, dan masyarakat sangat penting untuk mempercepat adopsi investasi berkelanjutan dan mencapai SDGs.

Investasi Berkelanjutan, Jalan Panjang Menuju Masa Depan Inklusif

Paper ini menegaskan bahwa investasi berkelanjutan bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak untuk menjawab tantangan sosial dan lingkungan global. SRI, ESG, dan impact investing menawarkan peluang besar, namun masih menghadapi tantangan serius: tumpang tindih konsep, standar yang belum konsisten, serta hasil keuangan yang beragam. Untuk mewujudkan potensi penuh investasi berkelanjutan, diperlukan inovasi model evaluasi, harmonisasi standar, dan kolaborasi lintas sektor. Dengan demikian, investasi berkelanjutan dapat menjadi motor penggerak ekonomi inklusif dan masa depan yang lebih hijau.

Sumber artikel :
Charney S. Akala, Taryn Neuhaus & Indrani O’Leary-Govender. “A Systematic Review of Sustainable Investment Approaches.” International Journal of Economics and Finance, Vol. 14, No. 12, 2022, pp. 72–83.