Menyatukan Kekuatan BIM, Lean, dan Keberlanjutan: Solusi Terpadu bagi Efisiensi Proyek Konstruksi Masa Depan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

08 Mei 2025, 07.53

freepik.com

Industri konstruksi menghadapi tiga tantangan besar: ketidakefisienan proses, pemborosan sumber daya, dan tekanan untuk menjadi lebih ramah lingkungan. Ketiga tantangan ini dapat diatasi melalui kombinasi kekuatan dari tiga pendekatan utama:

Namun, penelitian menunjukkan bahwa ketiganya selama ini cenderung diterapkan secara terpisah atau hanya dalam kombinasi ganda. Studi ini hadir sebagai jawaban atas kekosongan kerangka kerja terpadu yang mampu menyatukan ketiganya dalam satu sistem manajemen proyek yang kohesif.

Studi Literatur: 215 Publikasi dan Celah Penelitian

Penulis menelaah 215 jurnal dari periode 2000–2018 dan menemukan bahwa:

  • 28% studi hanya membahas BIM secara terpisah.
  • 15–16% membahas Lean atau keberlanjutan secara individu.
  • Hanya 2% yang mengulas ketiganya secara bersama-sama (BIM, Lean, Sustainability/BLS).

Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan besar dalam literatur ilmiah yang seharusnya menjadi peluang riset sekaligus pedoman transformasi industri.

Studi Kasus: Implementasi Nyata dan Efektivitas BLS

Beberapa contoh dari studi yang dianalisis memperlihatkan bagaimana integrasi sebagian antara BIM dan lean, atau BIM dan keberlanjutan, menghasilkan manfaat nyata:

  • Rischmoller et al. (2006): Selama empat tahun, penerapan visualisasi terkomputerisasi (CAVT) dalam desain meningkatkan nilai pelanggan dan mengurangi pemborosan.
  • Mahalingam et al. (2015): Dalam dua proyek stasiun kereta metro, praktik lean meningkatkan adopsi BIM dan mengurangi masalah koordinasi.
  • Jalaei & Jrade (2015): Integrasi BIM dengan sertifikasi LEED di Kanada mengurangi beban dokumentasi, menghemat waktu dan tenaga kerja.
  • AlSehaimi et al. (2014): Sistem Last Planner meningkatkan perencanaan dan manajemen lokasi, menunjukkan sinergi lean-sustainability.

Studi-studi ini menjadi bukti awal bahwa integrasi sebagian sudah membawa hasil positif, namun efektivitas penuh hanya bisa diraih melalui integrasi sistematis.

Kerangka Konseptual BLS: Komponen Utama dan Tujuan

1. Driver (Pendorong Integrasi)

Pendorong internal dan eksternal mendorong organisasi mengadopsi BLS:

  • Internal: Efisiensi biaya, manajemen risiko, peningkatan citra perusahaan, pengurangan limbah.
  • Eksternal: Regulasi pemerintah, tekanan konsumen, dan tuntutan investor.

Salah satu contoh nyata adalah laporan bahwa perusahaan pengguna BIM cenderung menilai penghematan biaya dari pengurangan rework sebagai motivasi utama, sementara non-pengguna justru lebih terdorong oleh tekanan eksternal.

2. Hambatan dan Tantangan

Integrasi BLS bukan tanpa tantangan. Hambatan utama mencakup:

  • BIM: Masalah interoperabilitas, biaya investasi awal, resistensi internal.
  • Lean: Minimnya komitmen manajemen puncak dan kesenjangan budaya organisasi.
  • Keberlanjutan: Persepsi biaya lebih tinggi, kurangnya kesadaran lingkungan, dan rendahnya pemahaman integrasi lintas fungsi.

Hambatan ini mengisyaratkan perlunya pendekatan lintas sektor dan pelatihan yang menyeluruh.

Dampak Terukur: Bagaimana BLS Meningkatkan Kinerja Proyek?

Penelitian ini mengidentifikasi dampak dari integrasi BLS terhadap berbagai KPI (Key Performance Indicators):

  • Kualitas dan Keamanan: BIM dan lean terbukti meningkatkan kontrol mutu dan manajemen risiko kerja.
  • Efisiensi Biaya dan Waktu: BIM mengurangi rework, lean menyederhanakan proses, dan prinsip keberlanjutan mendorong pemanfaatan material yang optimal.
  • Produktivitas dan Kepuasan Pelanggan: Kombinasi BIM visual, alur kerja lean, dan nilai lingkungan memperkuat pengalaman pengguna.
  • Lingkungan dan Inovasi: Pengurangan emisi, pengelolaan energi, dan penggunaan teknologi analitik untuk keberlanjutan menjadi manfaat tersendiri dari integrasi BLS.

Faktor Keberhasilan Kritis (CSFs): Kunci Implementasi BLS

Berbagai CSFs yang diidentifikasi mencerminkan fokus besar pada aspek manusia dan manajerial, termasuk:

  • Kolaborasi lintas disiplin
  • Pelatihan dan pengembangan SDM
  • Budaya organisasi terbuka terhadap inovasi
  • Keterlibatan awal stakeholder
  • Kepemimpinan dan komitmen manajemen

Menurut Shub & Stonebraker (2009), faktor-faktor manusia ini memberikan keunggulan kompetitif yang lebih tahan lama dibanding keunggulan teknis semata.

Integrated Project Delivery (IPD): Metode Kolaborasi Ideal

Framework BLS selaras dengan filosofi Integrated Project Delivery (IPD)—model kerja berbasis kolaborasi dengan insentif berbagi risiko dan penghargaan. IPD mendukung keterlibatan awal seluruh tim, penetapan tujuan bersama, dan peran yang jelas sejak awal.

Dengan demikian, keberhasilan implementasi BLS sangat tergantung pada keberadaan sistem kontraktual dan struktur kerja yang mendukung kolaborasi lintas fungsi.

Riset Sebelumnya vs Kerangka BLS

Dari total 16 kerangka atau model yang ada, sebagian besar hanya menggabungkan dua dari tiga elemen (misalnya BIM + lean, atau lean + sustainability). Tidak ada yang benar-benar menyatukan semua dalam satu sistem terintegrasi.

Kerangka BLS yang ditawarkan penulis menutup celah ini dengan menyatukan:

  • Teknologi digital (BIM),
  • Efisiensi proses (lean),
  • Nilai sosial dan lingkungan (keberlanjutan)

…dalam satu sistem performa berorientasi pada hasil proyek.

Rekomendasi Implementasi: Fokus pada UKM dan Validasi Nyata

Penelitian ini menyarankan agar validasi kerangka dilakukan pada perusahaan kecil dan menengah (UKM), karena:

  • UKM menyumbang besar terhadap perekonomian.
  • Mereka menghadapi tantangan berat dalam adopsi BLS (biaya, SDM, teknologi).
  • Suksesnya implementasi BLS di UKM bisa menjadi tolok ukur keberhasilan di industri secara luas.

Di samping itu, validasi lapangan akan memastikan kerangka ini benar-benar aplikatif dan bukan sekadar konsep teoritis.

Kesimpulan: Masa Depan Konstruksi adalah Terpadu, Digital, dan Berkelanjutan

Artikel ini berhasil menyatukan tiga kekuatan besar yang selama ini berjalan sendiri-sendiri dalam industri konstruksi. Integrasi BIM, lean, dan keberlanjutan dalam satu kerangka kerja bukan hanya memungkinkan—namun mutlak diperlukan—untuk menjawab tantangan zaman: efisiensi, produktivitas, dan tanggung jawab lingkungan.

Jika diimplementasikan dengan benar, kerangka BLS bukan hanya meningkatkan kinerja proyek, tetapi juga mengubah cara berpikir industri tentang nilai, kolaborasi, dan inovasi.

Referensi Asli : Sustainable Cities and Society, 2020, Elsevier. DOI: 10.1016/j.scs.2020.102355