Menyatukan Balkan: Mengapa "Tata Kelola" Adalah Kunci untuk Kerangka Kerja Kesiapsiagaan Bencana Lintas Batas yang Baru

Dipublikasikan oleh Raihan

22 Oktober 2025, 18.47

https://gisgeography.com/balkan-states-map/

Menjembatani Kesenjangan Kesiapsiagaan: Arah Riset Masa Depan untuk Manajemen Bencana Lintas Batas di Balkan

Wilayah Balkan menghadapi kerentanan ganda. Secara geografis, kawasan ini sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, dengan peningkatan frekuensi dan tingkat keparahan bencana alam seperti banjir dan cuaca ekstrem. Secara historis dan politik, respons terhadap bencana ini terfragmentasi, terhambat oleh tantangan koordinasi antara berbagai negara dan yurisdiksi. Meskipun bencana tidak mengenal batas negara , kerangka kerja untuk manajemen bencana bersama—terutama dalam fase kesiapsiagaan yang kritis—dianggap sangat langka, bahkan "hampir tidak ada" dalam literatur ilmiah untuk kawasan ini.

Menanggapi kesenjangan kritis ini, sebuah studi baru oleh Kanteler dan Bakouros (2024) yang diterbitkan dalam International Journal of Disaster Risk Reduction menyajikan upaya perintis untuk merancang kerangka kerja manajemen bencana kesiapsiagaan lintas batas (cross-border) yang holistik dan terintegrasi untuk wilayah Balkan. Penelitian ini tidak hanya memetakan tantangan yang ada tetapi juga membangun konsensus di antara para ahli tentang elemen-elemen fundamental yang diperlukan untuk kolaborasi yang efektif.

Perjalanan penelitian ini dimulai dengan analisis kuantitatif yang mengkhawatirkan menggunakan data INFORM Index. Analisis ini memvalidasi urgensi penelitian: proyeksi menunjukkan peningkatan paparan bahaya di tahun-tahun mendatang, dengan negara-negara seperti Albania, Yunani, dan Kroasia menjadi yang paling rentan. Lebih penting lagi, data menunjukkan "kekurangan serius" dalam kapasitas penanggulangan (coping capacity) di sebagian besar wilayah, dengan Bosnia dan Herzegovina diidentifikasi sebagai yang paling tidak beruntung. Temuan ini menggarisbawahi fakta bahwa kolaborasi lintas batas bukanlah sebuah kemewahan, melainkan kebutuhan mendesak untuk kelangsungan hidup regional, karena negara-negara harus bergantung pada tetangga terdekat mereka untuk mendapatkan bantuan segera.

Untuk membangun kerangka kerja, penelitian ini menggunakan metodologi studi Delphi yang kuat, sebuah proses terstruktur untuk mencapai konsensus ahli. Pertama, tinjauan literatur yang sistematis mengidentifikasi sepuluh pilar inti manajemen darurat, yang mencakup: Tata Kelola & Kepemimpinan, Komando & Kontrol, Teknologi & Keamanan Informasi, Pembangunan Kapasitas, Analisis Risiko, Kapasitas Tenaga Kerja, Jaringan Lintas Batas, Keterlibatan Masyarakat, Sumber Daya, dan Layanan Kesehatan .

Panel ahli kemudian dibentuk, mengumpulkan 102 responden di Putaran 1 dan 70 responden di Putaran 2 dari 11 negara Balkan (termasuk Yunani, Albania, Serbia, Kroasia, dan lainnya) ditambah Siprus. Panel ini beragam, mencakup perwakilan dari Otoritas Perlindungan Sipil, Kementerian Dalam Negeri, Brigade Pemadam Kebakaran, Organisasi Kemanusiaan, Kepolisian, dan Lembaga Penelitian.

Temuan inti dari studi Delphi ini sangat mencerahkan. Terungkap sebuah konsensus universal: "Tata Kelola dan Kepemimpinan" diidentifikasi sebagai prioritas utama nomor satu oleh semua kelompok pemangku kepentingan yang berpartisipasi, tanpa kecuali. Prioritas bersama ini menunjukkan bahwa terlepas dari perbedaan operasional, para ahli di seluruh Balkan setuju bahwa fondasi untuk kolaborasi yang sukses bersifat strategis, melibatkan kebijakan yang jelas, kerangka hukum, dan peran serta tanggung jawab yang terdefinisi dengan baik.

Namun, di bawah kesepakatan tingkat atas ini, analisis klaster mengungkapkan perbedaan prioritas yang penting untuk penelitian di masa depan:

  • Klaster 1 (Otoritas Perlindungan Sipil, Kementerian, LSM, Lembaga Penelitian): Memprioritaskan 1) Tata Kelola, 2) Pembangunan Kapasitas (Pelatihan/Latihan), dan 3) Komando & Kontrol.
  • Klaster 2 (Responden Pertama: Brigade Pemadam Kebakaran, Polisi): Juga memprioritaskan 1) Tata Kelola dan 2) Pembangunan Kapasitas, tetapi memilih 3) Kapasitas Tenaga Kerja sebagai prioritas ketiga mereka, menunjukkan fokus pada kesiapan personel di lapangan.
  • Klaster 3 (Layanan Medis Darurat/EMS): Meskipun juga memprioritaskan Tata Kelola, prioritas mereka yang lain sangat berbeda, dengan penekanan yang jauh lebih tinggi pada "Sumber Daya" (17%) dan "Teknologi & Keamanan Informasi" (15%).

Secara signifikan, penelitian ini juga menemukan "kesenjangan konsensus". Klaster 1—kelompok yang mencakup badan-badan pemerintah inti—menunjukkan konsensus 0% pada pilar "Keterlibatan Masyarakat". Ini adalah temuan kuantitatif yang mencolok, menunjukkan bahwa meskipun literatur akademis memuji keterlibatan komunitas dari bawah ke atas, para pembuat kebijakan di Balkan saat ini tidak memprioritaskannya dalam konteks lintas batas.

Kontribusi Utama terhadap Bidang

Kontribusi penelitian ini bersifat fundamental. Ini adalah studi perintis yang menyediakan kerangka kerja berbasis bukti empiris pertama untuk kesiapsiagaan bencana lintas batas di Balkan. Dengan mencapai konsensus di antara 11 negara dan berbagai lembaga, kerangka kerja ini menciptakan bahasa yang sama dan landasan bersama di wilayah yang secara historis terfragmentasi. Hasilnya adalah satu set elemen dan rekomendasi yang disepakati secara bulat (dirinci dalam Tabel 1-10 dalam paper ) yang dapat diadopsi oleh para pembuat kebijakan untuk menyelaraskan strategi nasional mereka. Selain itu, ini mengisi kesenjangan literatur yang signifikan dan memberikan justifikasi kuantitatif (melalui analisis INFORM dan Delphi) untuk kolaborasi yang lebih erat.

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Para penulis bersikap transparan tentang keterbatasan metodologis. Sampel ahli, meskipun kuat, dibatasi oleh ketersediaan kontak dan sumber daya, dan dengan demikian tidak mewakili seluruh pemangku kepentingan di semua negara Balkan. Selain itu, studi Delphi mengalami pengurangan peserta sebesar 30% antara putaran, sebuah tantangan umum untuk metode ini, meskipun penulis berpendapat bahwa 70 tanggapan akhir tetap berkualitas tinggi.

Keterbatasan ini mengarah pada pertanyaan terbuka yang krusial bagi komunitas riset: Kerangka kerja teoretis kini ada, tetapi bagaimana kerangka kerja ini dapat dioperasionalkan? Apa hambatan politik, keuangan, dan hukum yang nyata untuk implementasinya?

Lebih mendesak lagi, mengapa ada pemutusan hubungan yang begitu tajam antara kebutuhan yang diakui akan keterlibatan masyarakat dan prioritas 0% yang diberikan oleh para pembuat kebijakan? Apakah ini cerminan dari budaya manajemen krisis top-down yang mengakar, kurangnya sumber daya, atau anggapan bahwa logistik lintas batas terlalu rumit untuk melibatkan warga sipil? Pertanyaan ini menuntut penyelidikan segera.

5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan justifikasi ilmiah)

Berdasarkan temuan kuat dan pertanyaan terbuka dari paper ini, kami mengusulkan lima jalur penelitian konkret untuk memajukan bidang ini, yang dirancang khusus untuk peneliti, akademisi, dan badan pemberi hibah.

1. Pengembangan dan Validasi Indikator Kinerja Utama (KPI) dari Kerangka Kerja

  • Basis Temuan: Paper ini berhasil menciptakan kerangka kerja dan serangkaian rekomendasi , tetapi secara eksplisit mencatat bahwa langkah selanjutnya adalah menciptakan "metode pemantauan". Kerangka kerja ini memberi tahu kita apa yang harus dilakukan, tetapi tidak seberapa baik kita melakukannya.
  • Rekomendasi Riset: Melakukan studi Delphi putaran baru atau studi metode campuran yang berfokus secara eksklusif pada penerjemahan 129+ rekomendasi kualitatif kerangka kerja menjadi Indikator Kinerja Utama (KPI) yang kuantitatif dan dapat diukur.
  • Justifikasi Ilmiah: Penelitian ini sangat penting untuk memindahkan kerangka kerja dari dokumen strategis menjadi alat manajemen yang aktif. KPI akan memungkinkan negara-negara untuk mengukur, membandingkan, dan memantau "kualitas kerja sama lintas batas" mereka, memungkinkan pembandingan (benchmarking) dan perbaikan berkelanjutan. Hibah harus difokuskan pada validasi metrik ini untuk keandalan dan kelayakan.

2. Analisis Kesenjangan Implementasi Komparatif di Tingkat Nasional

  • Basis Temuan: Kerangka kerja ini bersifat regional dan kolaboratif , tetapi analisis INFORM menunjukkan perbedaan kapasitas nasional yang drastis. Sebuah kerangka kerja bersama tidak berguna jika beberapa anggota tidak memiliki kapasitas dasar untuk berpartisipasi.
  • Rekomendasi Riset: Melakukan serangkaian studi kasus komparatif di negara-negara partisipan (misalnya, membandingkan negara dengan kapasitas tinggi seperti Yunani dengan negara dengan kapasitas lebih rendah seperti Bosnia dan Herzegovina). Penelitian ini harus menggunakan 10 pilar kerangka kerja sebagai alat audit untuk memetakan kapasitas nasional saat ini (hukum, keuangan, infrastruktur) terhadap standar yang disepakati.
  • Justifikasi Ilmiah: Penelitian ini akan mengidentifikasi hambatan spesifik di tingkat nasional untuk adopsi. Ini akan menjawab: "Di mana letak kesenjangan terbesar antara kerangka kerja ideal dan kenyataan di lapangan?". Temuan ini akan sangat berharga bagi pembuat kebijakan nasional dan UE untuk mengarahkan investasi secara strategis ke titik-titik kelemahan terbesar.

3. Investigasi Kualitatif Mendalam tentang Anomali "Keterlibatan Masyarakat"

  • Basis Temuan: Temuan kuantitatif yang paling provokatif adalah prioritas 0% pada "Keterlibatan Masyarakat" dari Klaster 1 (otoritas pemerintah). Ini bertentangan langsung dengan praktik terbaik manajemen bencana modern.
  • Rekomendasi Riset: Sebuah studi kualitatif yang ditargetkan menggunakan wawancara semi-terstruktur dengan para pembuat keputusan di Otoritas Perlindungan Sipil dan Kementerian Dalam Negeri di seluruh Balkan. Penelitian harus menyelidiki mengapa pilar ini diprioritaskan begitu rendah. Hipotesis yang diuji dapat mencakup (a) kendala sumber daya, (b) budaya kelembagaan top-down, (c) kompleksitas hukum dalam memobilisasi sukarelawan lintas batas, atau (d) ketidakpercayaan historis.
  • Justifikasi Ilmiah: Kesenjangan antara teori akademis dan persepsi praktisi ini sangat penting. Jika pembuat kebijakan tidak melihat nilai dalam keterlibatan masyarakat, kerangka kerja apa pun akan rapuh. Penelitian ini penting untuk memahami hambatan budaya dan kelembagaan terhadap ketahanan masyarakat yang sejati di kawasan ini.

4. Riset Aksi: Merancang dan Menguji Modul Pelatihan Bersama

  • Basis Temuan: "Pembangunan Kapasitas" (termasuk pendidikan, pelatihan, dan latihan simulasi) adalah prioritas 2 teratas untuk hampir semua pemangku kepentingan. Kerangka kerja ini secara eksplisit menyerukan "pendidikan, pelatihan, dan latihan lintas batas bersama".
  • Rekomendasi Riset: Proyek riset aksi (action research) untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi prototipe modul pelatihan lintas batas. Modul awal harus fokus pada pilar dengan prioritas tertinggi dan konsensus tertinggi: Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Komando & Kontrol. Penelitian akan mengukur hasil pembelajaran (peningkatan pengetahuan dan pemahaman bersama) di antara kelompok pemangku kepentingan yang beragam (misalnya, polisi dari Serbia, pemadam kebakaran dari Bulgaria).
  • Justifikasi Ilmiah: Ini akan menjadi tes operasional pertama dari kerangka kerja tersebut. Ini akan memberikan data empiris tentang apakah fondasi bersama yang diciptakan oleh kerangka kerja ini benar-benar dapat meningkatkan interoperabilitas dan koordinasi dalam skenario yang disimulasikan.

5. Pemodelan Efektivitas Kerangka Kerja Melalui Latihan Simulasi (Tabletop Exercise - TTX)

  • Basis Temuan: Seluruh tujuan kerangka kerja adalah untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana yang semakin parah akibat perubahan iklim.
  • Rekomendasi Riset: Merancang dan memfasilitasi serangkaian tabletop exercises (TTX) berbasis skenario yang ketat. Skenario ini harus kompleks dan lintas batas (misalnya, banjir besar di sepanjang perbatasan Yunani-Bulgaria, atau kegagalan bendungan di Sungai Drina yang mempengaruhi beberapa negara). Panel ahli kemudian harus mengevaluasi dua kondisi: (A) respons menggunakan protokol saat ini yang terfragmentasi, dan (B) respons yang sepenuhnya mengadopsi 10 pilar kerangka kerja baru.
  • Justifikasi Ilmiah: Meskipun bersifat simulasi, penelitian ini akan menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif (misalnya, perkiraan waktu respons, perkiraan dampak ekonomi) tentang potensi nilai dan ROI dari penerapan kerangka kerja ini. Ini akan memberikan bukti kuat yang dibutuhkan oleh para pembuat kebijakan untuk membenarkan investasi politik dan keuangan yang diperlukan untuk adopsi skala penuh.

Panggilan untuk Kolaborasi

Penelitian oleh Kanteler dan Bakouros telah memberikan alat yang tak ternilai harganya bagi komunitas manajemen bencana. Mereka telah membangun fondasi bersama. Sekarang, tanggung jawab beralih ke komunitas riset untuk membangun di atas fondasi itu. Tantangannya adalah beralih dari konsensus teoretis ke implementasi praktis dan ketahanan operasional.

Penelitian lebih lanjut harus melibatkan kolaborasi erat antara lembaga akademik, Otoritas Perlindungan Sipil nasional di setiap negara Balkan, organisasi kemanusiaan yang beroperasi di lapangan, dan badan-badan Uni Eropa seperti DG ECHO. Hanya melalui upaya bersama seperti inilah kita dapat memastikan bahwa kerangka kerja yang menjanjikan ini menjadi kenyataan yang menyelamatkan jiwa.

Baca paper aslinya di sini