Menuju Manajemen Konstruksi yang Lebih Aman: 5 Rekomendasi Kebijakan Publik dari Implementasi Safety Leading Indicators

Dipublikasikan oleh Marioe Tri

04 September 2025, 07.32

Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?

Industri konstruksi, baik di Inggris maupun secara global, masih menghadapi tingkat kecelakaan kerja dan fatalitas yang tinggi. Data menunjukkan bahwa tingkat fatalitas pekerja konstruksi tiga kali lebih tinggi dibanding rata-rata industri lain. Selain risiko kesehatan pekerja, kerugian finansial akibat kecelakaan diperkirakan mencapai lebih dari £1,2 miliar per tahun di Inggris.

Penelitian Xu dkk. (2022) menegaskan bahwa pendekatan reaktif berbasis lagging indicators (misalnya, jumlah kecelakaan yang sudah terjadi) tidak lagi cukup. Yang dibutuhkan adalah pendekatan proaktif melalui safety leading indicators (SLI), yaitu indikator yang dapat mendeteksi potensi risiko lebih awal sehingga tindakan pencegahan bisa dilakukan.

Dengan mengadopsi SLI, pemerintah dan pemangku kebijakan dapat mendorong transformasi budaya keselamatan di sektor konstruksi: dari sekadar mematuhi regulasi, menuju pembangunan kapasitas organisasi yang berkelanjutan. Bagi pembaca yang ingin memperdalam praktik penerapan sistem keselamatan, dapat mengikuti Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi untuk Mencegah Kegagalan Bangunan.

Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, Peluang

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada 17 safety leading indicators penting, dengan yang paling krusial adalah:

  • Komitmen organisasi (khususnya keterlibatan manajemen senior).

  • Keterlibatan klien, desainer, dan kontraktor dalam siklus proyek.

  • Pelatihan & orientasi pekerja.

  • Iklim keselamatan (safety climate).

  • Kompetensi tenaga kerja.

Namun, terdapat hambatan implementasi di tiga level:

  1. Operasional → perusahaan cenderung memilih indikator yang mudah diukur (jumlah inspeksi, jumlah rapat keselamatan), tetapi kurang fokus pada kualitas praktik.

  2. Organisasional → lemahnya organizational learning; pembelajaran keselamatan sering hanya berlaku di satu proyek, tidak menyebar lintas organisasi.

  3. Strategis → model bisnis konstruksi yang transaksional menekan biaya, membuat investasi jangka panjang dalam budaya keselamatan kurang mendapat prioritas.

Peluangnya adalah: jika pemerintah dan regulator membuat kebijakan yang mewajibkan penggunaan SLI secara terstruktur, maka perubahan paradigma bisa lebih cepat tercapai.

5 Rekomendasi Kebijakan Praktis

  1. Integrasi SLI ke dalam Regulasi Nasional Keselamatan Konstruksi

    • Pemerintah perlu memperbarui regulasi agar tidak hanya menilai kecelakaan yang terjadi (lagging indicators), tetapi juga mewajibkan perusahaan melaporkan leading indicators.

    • Mekanisme ini bisa diadopsi dalam standar kontrak publik, misalnya mensyaratkan laporan SLI pada tender proyek pemerintah.

  2. Penguatan Kewajiban Keterlibatan Multi-Stakeholder

    • Kebijakan harus mewajibkan keterlibatan klien, desainer, kontraktor, dan subkontraktor sejak tahap perencanaan proyek.

    • Proses front-end investment (investasi awal) harus diarahkan untuk membangun budaya keselamatan lintas rantai pasok.

  3. Insentif dan Sanksi untuk Komitmen Organisasi

    • Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal atau pengakuan resmi bagi perusahaan yang konsisten menunjukkan komitmen tinggi pada SLI.

    • Sebaliknya, perusahaan yang hanya berorientasi kepatuhan minimum perlu dikenakan penalti administratif atau pembatasan akses tender publik.

  4. Pembangunan Sistem Pembelajaran Keselamatan Nasional (Safety Learning System)

    • Dibentuk pusat data nasional yang mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan praktik terbaik berbasis SLI.

    • Sistem ini harus memfasilitasi knowledge sharing antar proyek, bukan hanya pelaporan insiden.

  5. Peningkatan Kompetensi melalui Program Nasional Pelatihan dan Sertifikasi

    • Wajibkan sertifikasi kompetensi keselamatan bagi pekerja, mandor, hingga manajer proyek.

    • Program pelatihan harus berfokus pada pencegahan, bukan hanya penanganan pasca-insiden.

    • Kolaborasi dengan lembaga pendidikan tinggi dan politeknik dapat memperkuat integrasi SLI dalam kurikulum teknik sipil dan manajemen konstruksi.

Kritik: Risiko Jika Kebijakan Tidak Diadopsi

Tanpa perubahan kebijakan, industri konstruksi akan tetap berada pada “plateau keselamatan” seperti 15 tahun terakhir: angka kecelakaan tinggi, biaya sosial-ekonomi besar, dan reputasi industri menurun. Selain itu, praktik tick-box compliance (sekadar memenuhi syarat di atas kertas) akan terus mendominasi, sehingga transformasi budaya keselamatan tidak tercapai.

Kesimpulan Strategis

Artikel ini menegaskan bahwa SLI bukan sekadar alat ukur teknis, tetapi instrumen transformasi budaya dan organisasi. Pemerintah memiliki peran sentral untuk mendorong perubahan, melalui regulasi, insentif, sistem pembelajaran nasional, dan penguatan kompetensi.

Jika rekomendasi ini diimplementasikan, bukan hanya angka kecelakaan yang turun, tetapi juga tercipta industri konstruksi yang lebih produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

📌 Sumber asli: Xu, J., Cheung, C., Manu, P., Ejohwomu, O., & Too, J. (2022). Implementing safety leading indicators in construction: Toward a proactive approach to safety management. Safety Science, 105929. https://doi.org/10.1016/j.ssci.2022.105929