Menjembatani Batas Pengetahuan: Analisis Multi-level Kolaborasi Digital dalam Proyek Konstruksi Berbasis BIM

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko

14 September 2025, 16.54

Sumber: pexels.com

Latar Belakang Teoretis

Di tengah kompleksitas industri Arsitektur, Rekayasa, dan Konstruksi (AEC), kolaborasi lintas batas pengetahuan antar pemangku kepentingan menjadi kunci sekaligus tantangan utama. Tesis doktoral karya Jing Wang yang berjudul, "Exploring Digital Collaboration across Knowledge Boundaries: A Case Study of the BIM-Enabled Construction Project," secara mendalam menginvestigasi fenomena ini. Latar belakang masalah yang diangkat adalah bahwa studi-studi yang ada sering kali berfokus pada peran  

teknologi digital seperti Building Information Modeling (BIM) sebagai mediator praktik kolaboratif individu, namun cenderung mengabaikan pemahaman holistik mengenai kondisi kontekstual—seperti dimensi organisasi dan budaya—yang membentuk keseluruhan proses kolaborasi tersebut.  

Dengan berlandaskan pada pendekatan berbasis praktik (practice-based approach), penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan mengeksplorasi bagaimana kolaborasi terjadi melintasi batas-batas pengetahuan dalam proyek konstruksi yang didukung BIM dari berbagai tingkatan. Hipotesis implisit yang diajukan adalah bahwa kolaborasi digital bukanlah sekadar interaksi teknis, melainkan sebuah fenomena sosio-teknis yang kompleks, di mana implementasi dan penggunaan BIM secara dinamis dibentuk oleh dan sekaligus membentuk kembali aktivitas kolaboratif dari waktu ke waktu. Tesis ini secara spesifik bertujuan untuk menjawab bagaimana aktivitas kolaboratif diorganisir, bagaimana BIM diimplementasikan dan digunakan untuk mendukung aktivitas tersebut, dan bagaimana pengaturan aktivitas tersebut membentuk penggunaan BIM.  

Metodologi dan Kebaruan

Penelitian ini mengadopsi metodologi studi kasus kualitatif, interpretif, dan tertanam (embedded case study) yang kuat. Kasus yang dipilih adalah sebuah proyek konstruksi yang didukung oleh teknologi BIM, dengan unit analisis tertanam yang mencakup empat pemangku kepentingan utama: organisasi pemilik, organisasi desain, organisasi konstruksi, dan organisasi sub-kontraktor. Pendekatan ini memungkinkan analisis yang mendalam dan multi-perspektif.  

Pengumpulan data dilakukan melalui triangulasi sumber, dengan wawancara semi-terstruktur sebagai metode utama, yang didukung oleh observasi lapangan dan analisis dokumen.
Analisis data dilakukan menggunakan analisis tematik refleksif pada tiga tingkatan yang berbeda: (1) penggunaan BIM sehari-hari oleh individu untuk kolaborasi lintas batas, (2) implementasi strategis BIM di tingkat organisasi, dan (3) praktik dan pengalaman yang situasional di tingkat proyek.  

Kebaruan dari karya ini terletak pada desain penelitian kualitatifnya yang inovatif. Dengan menerapkan Teori Aktivitas (Activity Theory) dan melakukan analisis multi-level, tesis ini berhasil melampaui analisis satu tingkat yang dominan dalam literatur. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk "membongkar kotak hitam" BIM, merinci peran-perannya yang berevolusi dalam praktik individu, strategi inovasi organisasi, dan kolaborasi berbasis siklus hidup proyek, serta mengungkap sifat temporal dan permeabel dari konteks kolaborasi BIM.  

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

Analisis multi-level yang cermat menghasilkan tiga dimensi temuan utama yang saling terkait, yang melukiskan gambaran komprehensif mengenai kolaborasi lintas batas yang didukung BIM.

  1. Konfigurasi Aktivitas Kolaboratif: Ditemukan bahwa aktivitas kolaboratif tidak ditentukan secara kaku, melainkan dikonfigurasi bersama (co-configured) oleh berbagai faktor di berbagai tingkatan. Di tingkat individu, motivasi pribadi dan hubungan kerja menjadi pendorong utama. Di tingkat organisasi, strategi inovasi digital perusahaan secara signifikan mempengaruhi bagaimana kolaborasi didorong dan difasilitasi. Sementara itu, di tingkat proyek, kebutuhan kolaborasi yang situasional dan berbasis tugas menjadi penentu praktik di lapangan.  

  2. Peran Multifaset Teknologi BIM: Penelitian ini mengungkap bahwa peran BIM tidaklah statis, melainkan berkembang seiring waktu dan konteks. Awalnya, BIM berfungsi sebagai alat yang memungkinkan praktik individu menjadi lebih efisien. Seiring berjalannya waktu, perannya meluas hingga mempengaruhi proses transformasi digital di tingkat organisasi secara keseluruhan. Pada akhirnya, persepsi terhadap BIM bahkan dapat mengubah tujuan proyek itu sendiri, di mana pemanfaatan BIM yang efektif menjadi salah satu tolok ukur kualitas dan keberhasilan.  

  3. Kondisi Kontekstual Kolaborasi BIM: Konteks di mana kolaborasi BIM terjadi ditemukan bersifat temporal dan dinamis. Temuan menunjukkan adanya perubahan dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh tiga pola utama: (a) pola penggunaan BIM yang berpusat pada artefak digital (misalnya, model 3D, laporan deteksi konflik), (b) adopsi strategis BIM yang didorong oleh inovasi digital di tingkat perusahaan, dan (c) manajemen proyek berbasis tahapan yang menentukan jenis dan intensitas kolaborasi yang dibutuhkan pada setiap fase siklus hidup proyek. Temuan ini menegaskan bahwa konteks bukanlah latar belakang yang pasif, melainkan sebuah arena aktif yang membentuk dan dibentuk oleh praktik kolaboratif.  

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

Sebagai sebuah studi kasus tunggal, keterbatasan utama dari penelitian ini adalah generalisasi temuannya ke konteks proyek atau budaya industri yang lain. Meskipun pendekatan kualitatif memberikan kedalaman yang luar biasa, ia tidak dapat menghasilkan klaim statistik yang luas. Selain itu, fokus pada satu proyek yang berhasil mengadopsi BIM mungkin tidak sepenuhnya menangkap tantangan dan kegagalan yang dialami dalam proyek-proyek lain yang kurang berhasil.

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

Secara praktis, tesis ini memberikan pemahaman yang komprehensif bagi para praktisi mengenai bagaimana strategi inovasi digital organisasi dan tujuan manajemen proyek berpadu dengan praktik berbasis BIM untuk membentuk kolaborasi yang efektif. Ini memberikan wawasan berharga untuk merancang intervensi dan pelatihan yang lebih baik.

Untuk penelitian di masa depan, karya ini meletakkan fondasi yang kuat. Ada kebutuhan untuk studi komparatif yang menerapkan kerangka kerja multi-level ini pada berbagai jenis proyek (misalnya, proyek dengan tingkat kematangan BIM yang berbeda atau di negara yang berbeda) untuk menguji kekokohan model yang dihasilkan. Penelitian lebih lanjut juga dapat mengeksplorasi secara lebih mendalam dinamika kekuasaan dan negosiasi yang terjadi dalam kolaborasi digital, terutama terkait dengan kontrak dan kepemilikan data. Sebagai reflesi akhir, tesis ini memberikan kontribusi signifikan dengan menggeser fokus dari sekadar "apa" yang dilakukan teknologi, menjadi "bagaimana" kolaborasi digital secara dinamis terwujud dalam jaringan praktik yang kompleks.

Sumber

Wang, J. (2023). Exploring Digital Collaboration across Knowledge Boundaries: A Case Study of the BIM-Enabled Construction Project. Doctoral Thesis, The University of Sheffield.