Latar Belakang Teoretis
Dalam dunia akademis yang menuntut keseimbangan antara rigor teoretis dan relevansi praktis, tesis Master di bidang rekayasa perangkat lunak sering kali menjadi arena pertarungan yang kompleks. Karya Eric Knauss yang berjudul, "Constructive Master's Thesis Work in Industry: Guidelines for Applying Design Science Research," secara tajam mengidentifikasi tantangan ini. Latar belakang masalah yang diangkat adalah sifat terapan dari rekayasa perangkat lunak, di mana pendidikan harus mencakup metode penelitian empiris yang kuat. Bagi sebagian besar mahasiswa, tesis Master yang dilakukan dalam kemitraan dengan industri menjadi ujian akhir dari kemampuan ini, menuntut mereka untuk menavigasi ekspektasi yang sering kali berbeda antara akademisi dan praktisi.
Masalah inti yang disorot adalah kesulitan mahasiswa dalam menerapkan metode penelitian konstruktif yang ada, seperti Design Science Research (DSR), dalam kerangka waktu yang terbatas. DSR, yang berfokus pada pembangunan artefak untuk memecahkan masalah praktis sambil menjawab pertanyaan pengetahuan, secara teoretis ideal untuk konteks ini. Namun, pedoman yang ada (misalnya, dari Hevner dkk.) sering kali terlalu abstrak, menyebabkan mahasiswa kesulitan menerjemahkannya ke dalam tindakan konkret. Dengan berlandaskan pada kerangka siklus regulatif Wieringa, penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan mengembangkan seperangkat pedoman yang dapat ditindaklanjuti dan pragmatis, yang secara spesifik dirancang untuk memandu mahasiswa, pembimbing, dan mitra industri melalui proses tesis konstruktif.
Metodologi dan Kebaruan
Penelitian ini sendiri secara unik mengadopsi metodologi DSR sebagai kerangka kerjanya. Artefak yang dikembangkan adalah seperangkat pedoman, yang telah disempurnakan secara iteratif selama tujuh tahun melalui pengalaman membimbing dua belas tesis Master. Pendekatan ini memungkinkan penulis untuk secara sistematis mengumpulkan dan mensintesis "praktik baik" dan "jebakan umum" dari setiap siklus.
Pengumpulan data dilakukan melalui triangulasi sumber yang kaya, mencakup catatan pribadi penulis, analisis tesis dan publikasi yang dihasilkan, umpan balik dari penguji dan peninjau, serta survei yang disebarkan kepada mahasiswa dan staf akademik untuk mengevaluasi kejelasan dan kegunaan pedoman yang diusulkan.
Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada penciptaan teori DSR yang baru, melainkan pada kontribusinya yang sangat praktis: menerjemahkan prinsip-prinsip DSR yang sering kali bersifat teoretis menjadi sebuah proses kerja yang terstruktur dan dapat diakses oleh mahasiswa dalam waktu singkat. Dengan demikian, penelitian ini secara efektif mendemokratisasi DSR untuk konteks pendidikan Master, menjadikannya alat yang lebih mudah didekati dan diterapkan.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis data yang dilakukan selama bertahun-tahun menghasilkan serangkaian temuan yang terwujud dalam tujuh pedoman utama yang dapat ditindaklanjuti:
-
Definisikan Artefak Sejak Awal (G1): Kesepakatan yang jelas mengenai artefak yang akan dibangun sangat penting untuk menyelaraskan ekspektasi antara mahasiswa, pembimbing akademis, dan mitra industri.
-
Bekerja secara Iteratif (G2): Setiap iterasi harus bertujuan untuk meningkatkan artefak dan memperdalam pengetahuan, dengan kontribusi pada setiap pertanyaan penelitian di setiap siklus.
-
Rumuskan Pertanyaan Penelitian sesuai Siklus Regulatif (G3): Tesis harus memiliki pertanyaan yang berfokus pada masalah, solusi, dan evaluasi.
-
Adakan Pertemuan Rutin (G4): Pertemuan mingguan antara mahasiswa dan pembimbing, serta pertemuan bulanan yang melibatkan mitra industri, sangat penting untuk menjaga rigor dan relevansi.
-
Geser Penekanan Antar Siklus (G5): Meskipun semua pertanyaan penelitian disentuh di setiap siklus, fokus utama harus bergeser dari investigasi masalah di siklus pertama, ke konstruksi solusi di siklus kedua, dan ke evaluasi di siklus ketiga.
-
Sediakan Bagian Khusus untuk Deskripsi Artefak (G6): Deskripsi artefak yang ringkas dan terpusat membantu pembaca memahami konteks dan memungkinkan bagian lain dari tesis untuk fokus pada temuan dan pembelajaran.
-
Tulis Seiring Berjalan, Namun Restrukturisasi untuk Penyerahan (G7): Temuan yang paling menarik secara kontekstual adalah pengakuan bahwa struktur laporan yang paling efektif untuk penyerahan akhir sering kali berbeda dari catatan kerja kronologis. Selama proses, dokumentasi per siklus adalah yang paling logis. Namun, untuk laporan akhir, struktur yang berpusat pada pertanyaan penelitian (masalah, solusi, evaluasi) jauh lebih koheren dan berdampak.
Temuan ini diperkuat oleh hasil survei yang mengonfirmasi bahwa para peserta merasa kesulitan dengan pedoman DSR asli dari Hevner dkk. yang lebih abstrak, dan menganggap pedoman yang diusulkan oleh Knauss lebih membantu dan ditargetkan secara spesifik untuk kebutuhan mereka.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Penulis secara transparan mengakui keterbatasan penelitiannya, terutama sifat interpretasi yang subjektif berdasarkan pengalaman pribadi dan ukuran sampel survei yang kecil. Selain itu, beberapa peserta survei menyuarakan kekhawatiran bahwa pedoman yang diusulkan mungkin terlalu spesifik untuk konteks universitas penulis, yang membatasi generalisasinya. Sebagai refleksi kritis, validitas pedoman ini di luar lingkungan rekayasa perangkat lunak atau di institusi dengan struktur tesis yang berbeda memang memerlukan pengujian lebih lanjut.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, penelitian ini memberikan implikasi yang signifikan bagi semua pemangku kepentingan dalam ekosistem tesis Master. Bagi mahasiswa, ia menawarkan peta jalan yang jelas. Bagi praktisi industri, ia menguraikan cara-cara untuk berpartisipasi secara aktif dan mendapatkan nilai maksimal. Bagi pembimbing akademis, ia menyoroti peran krusial mereka dalam menavigasi pertukaran antara rigor dan relevansi. Dan bagi penguji, ia memberikan kerangka kerja untuk menilai tesis konstruktif secara adil, dengan mempertimbangkan upaya dalam desain dan manajemen iterasi.
Untuk penelitian di masa depan, karya ini membuka jalan bagi validasi pedoman ini di konteks institusional dan disiplin ilmu yang lebih luas. Selain itu, penulis mengidentifikasi dua area terbuka untuk pengembangan pedoman di masa depan: bagaimana melanjutkan pekerjaan di luar batas satu tesis individu, dan bagaimana memformalkan definisi masalah untuk tantangan yang bersifat ambigu atau "jahat" (wicked problems).
Sumber
Knauss, E. (2020). Constructive Master's Thesis Work in Industry: Guidelines for Applying Design Science Research. arXiv:2012.04966v1.