Meningkatkan Ketahanan Infrastruktur Air dengan Pendekatan Sistem Sosial-Ekologis-Teknis

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

30 Juni 2025, 10.12

pixabay.com

Ketahanan infrastruktur air telah menjadi urgensi global seiring meningkatnya bencana alam, tekanan urbanisasi, dan serangan siber. Artikel ini merangkum pendekatan sistem sosial–ekologis–teknis untuk memperkuat ketahanan layanan air minum, limbah, dan air hujan (DWS). Fokusnya adalah pada bagaimana sistem air merespons tiga ancaman utama: kenaikan muka laut, gempa bumi, dan serangan digital.

Mengapa Ketahanan Air Itu Penting?

Air merupakan tulang punggung kehidupan. Sistem air menopang kesehatan masyarakat, ekonomi, dan ekosistem. Namun, lebih dari 155.000 sistem air minum dan 16.500 fasilitas pengolahan limbah di Amerika Serikat saja terancam oleh:

  • Infrastruktur usang
  • Bencana alam seperti gempa dan banjir
  • Serangan siber dan perubahan iklim
  • Manajemen silo dan tata kelola usang

Kerangka SETS: Sistem Sosial–Ekologis–Teknis

Kerangka ini menyatukan interaksi kompleks antara:

  • Sistem sosial: masyarakat, kebijakan, institusi
  • Sistem ekologis: sumber daya alam dan siklus air
  • Sistem teknis: jaringan perpipaan, stasiun pompa, dan teknologi digital

Whole-life approach menambahkan perspektif usia infrastruktur, dari perencanaan hingga pembaruan, untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.

Studi Kasus: Ketahanan di Tengah Tantangan

1. Sea-Level Rise (Kenaikan Muka Laut)
Miami-Dade, Florida, melakukan pemodelan limpasan dan banjir dengan proyeksi kenaikan air laut 3 kaki hingga 2075. Mereka merancang infrastruktur air setinggi 20 kaki untuk menghindari dampak badai ekstrem.

2. Earthquake (Gempa Bumi)
San Francisco dan Portland memiliki program penguatan infrastruktur air untuk menghadapi gempa besar. Portland Water Bureau memimpin studi untuk memetakan risiko kegagalan infrastruktur terhadap gempa dan mempercepat pemulihan.

3. Cyberattack (Serangan Digital)
Kota Boca Raton mengalami serangan siber yang menyebabkan shutdown sistem air selama 8 jam. Responsnya adalah penguatan protokol SCADA, pelatihan karyawan, dan penerapan forensik digital untuk mendeteksi malware.

Dimensi Ketahanan yang Terintegrasi

1. Ketahanan Fisik:
Meliputi keandalan struktur perpipaan, stasiun pompa, dan fasilitas pengolahan air untuk menahan dan pulih dari gangguan fisik.

2. Ketahanan Ekologis:
Ekosistem sering kali tidak kembali ke keadaan awal setelah gangguan, tetapi menemukan titik keseimbangan baru. Maka, sistem air perlu mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim dan kontaminasi.

3. Ketahanan Sosial:
Kemampuan masyarakat menyerap dan pulih dari gangguan air seperti banjir dan kelangkaan. Misalnya, komunitas rentan yang terisolasi setelah bencana karena akses air terganggu.

4. Ketahanan Ekonomi:
Evaluasi terhadap biaya pemulihan, kerugian ekonomi, dan hilangnya layanan saat krisis. Investasi di awal untuk ketahanan bisa menghemat hingga $13 untuk setiap $1 yang diinvestasikan (NIBS).

5. Ketahanan Digital:
Ancaman dari cyberattack meningkat. Ketahanan digital mencakup sistem deteksi dini, redundansi data, segmentasi jaringan, dan pelatihan staf untuk menanggulangi serangan.

Transformasi Strategi Perencanaan

Dulu: Fokus pada pemeliharaan berbasis kondisi.
Sekarang: Pergeseran ke manajemen siklus hidup dengan analisis risiko, prioritas sistemik, dan desain redundan.

Contoh:
Di Denmark, penggunaan sistem cloud oleh BlueKolding Utility menghasilkan penghematan energi 23% dan penurunan tekanan puncak 77%. Di Belanda, Waterschapsbedrijf Limburg sukses mengganti sistem IS melalui pilot project yang scalable ke 149 stasiun pompa.

Keterkaitan Resiliensi dan Keberlanjutan

Resiliensi adalah prasyarat untuk keberlanjutan jangka panjang. Infrastruktur air yang tangguh:

  • Lebih cepat pulih dari bencana
  • Mengurangi beban biaya perbaikan
  • Menjamin akses air bersih di masa depan

Paradoks: Peningkatan ketahanan bisa menaikkan biaya. Solusi: subsidi pemerintah, investasi progresif, dan perencanaan berbasis risiko.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Air akan selalu terancam, tetapi kita bisa lebih siap. Pendekatan SETS dan manajemen seumur hidup (whole-life) mampu menjawab tantangan yang kompleks dari sektor air.

Rekomendasi Kunci:

  • Gunakan data real-time dan AI untuk prediksi gangguan
  • Integrasikan digital dan fisik: perkuat SCADA, cloud, dan IoT
  • Bangun kolaborasi lintas sektor: energi, transportasi, dan perumahan
  • Investasi pada sistem pelatihan tenaga kerja air
  • Fokus pada komunitas rentan dalam desain ketahanan
  • Jadikan ketahanan sebagai arus utama dalam perencanaan infrastruktur

Sumber: Sinha, S. K., Davis, C., Gardoni, P., Babbar-Sebens, M., Stuhr, M., Huston, D., ... & Vishwakarma, A. (2023). Water sector infrastructure systems resilience: A social–ecological–technical system-of-systems and whole-life approach. Cambridge Prisms: Water, 1, e4, 1–24.