Analisis Opsi Kebijakan untuk Mengurangi Insiden Jatuh dari Ketinggian: Peta Jalan Riset untuk Komunitas Akademik
Paper "Reducing falls from heights in the construction industry - Options Paper" yang diterbitkan oleh SafeWork NSW (SWNSW) pada Juni 2023 menyajikan analisis komprehensif mengenai salah satu "masalah pelik" (wicked problem) yang paling persisten dalam industri konstruksi: insiden fatal dan cedera serius akibat jatuh dari ketinggian. Dokumen ini melampaui laporan kepatuhan standar dengan menyusun serangkaian opsi regulasi strategis yang dirancang untuk mengatasi masalah ini secara sistemik. Bagi komunitas riset, paper ini bukan sekadar laporan, melainkan sebuah landasan subur yang memetakan arah penelitian masa depan dengan justifikasi berbasis data yang kuat.
Perjalanan logis paper ini dimulai dengan penegasan skala masalah, di mana jatuh dari ketinggian merupakan penyebab paling umum kematian traumatis di lokasi konstruksi NSW. Argumen ini diperkuat oleh data kuantitatif yang mengkhawatirkan. Analisis data kompensasi pekerja dari 2016/17 hingga 2020/21 menunjukkan bahwa industri konstruksi memiliki jumlah klaim cedera berat (major claims) akibat jatuh dari ketinggian hampir tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan industri tertinggi berikutnya (manufaktur). Lebih jauh lagi, dampak ekonominya sangat signifikan: biaya klaim untuk cedera berat di konstruksi 3,5 kali lebih tinggi dan waktu pemulihan yang hilang 2,5 kali lebih besar daripada industri lainnya. Data ini secara jelas menggarisbawahi urgensi intervensi yang lebih efektif, mengingat upaya yang telah dilakukan sejak 2017 belum berhasil menurunkan tingkat insiden secara memuaskan.
Salah satu temuan paling provokatif dari riset independen yang ditugaskan oleh SWNSW adalah adanya diskoneksi persepsi risiko yang fundamental. Riset tersebut menemukan bahwa pekerja dan supervisor cenderung menganggap "ketinggian" yang berisiko adalah setidaknya dua lantai (6+ meter). Temuan ini sangat kontras dengan data insiden SWNSW yang menunjukkan bahwa sebagian besar jatuh yang fatal dan serius terjadi dari ketinggian kurang dari 4 meter. Hubungan antara persepsi yang keliru dan realitas statistik ini membuka ruang penelitian baru yang signifikan di bidang psikologi kognitif dan perilaku keselamatan. Paper ini juga menyoroti bahwa pengambilan keputusan di lapangan sering kali didasari oleh "sistem 1" (pemikiran cepat dan otomatis), yang dipengaruhi oleh bias optimisme—keyakinan bahwa "itu tidak akan terjadi pada saya".
Berdasarkan analisis data, riset perilaku, dan pembelajaran dari yurisdiksi luar negeri seperti Singapura dan Ontario, paper ini mengusulkan enam opsi regulasi yang terstruktur dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Opsi-opsi ini mencakup penegakan Hirarki Kontrol yang lebih efektif, perencanaan perlindungan pekerja yang lebih baik, integrasi keselamatan dalam desain bangunan, pembaruan instrumen dan panduan, serta pengenalan pelatihan dan lisensi wajib. Kerangka kerja ini memberikan struktur yang jelas bagi para peneliti untuk mengevaluasi dan menguji intervensi kebijakan di masa depan.
Kontribusi Utama terhadap Bidang
Kontribusi utama paper ini bagi bidang keselamatan kerja dan kebijakan publik adalah penyediaan kerangka kerja analitis yang terstruktur untuk masalah yang kompleks dan multidimensional. Alih-alih menyajikan satu solusi tunggal, SWNSW memetakan spektrum intervensi yang saling berhubungan. Ini menggeser wacana dari sekadar kepatuhan (compliance) menjadi perancangan sistem (system design). Dengan mengintegrasikan data kuantitatif (statistik klaim dan insiden), data kualitatif (riset persepsi pekerja), dan analisis komparatif (studi kasus internasional), paper ini menciptakan model holistik untuk mengatasi risiko K3. Bagi akademisi, ini memberikan dasar yang kuat untuk merancang studi intervensi, analisis kebijakan, dan penelitian implementasi yang relevan dengan kebutuhan regulator dan industri.
Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka
Meskipun komprehensif, paper ini memiliki keterbatasan yang secara inheren membuka pertanyaan untuk penelitian lebih lanjut. Salah satu keterbatasan utama terletak pada data sentimen industri. Preferensi solusi yang dikumpulkan dalam simposium dan roadshow didominasi oleh perwakilan industri tingkat 1 dan 2. Hasilnya menunjukkan preferensi kuat untuk melimpahkan tanggung jawab kepada individu pekerja melalui pelatihan (37%) dan lisensi (35%), sementara solusi yang menuntut perubahan pada level sistem bisnis, seperti perencanaan perlindungan (2%) dan penegakan hirarki kontrol (9%), kurang diminati. Hal ini memunculkan pertanyaan krusial: Apa faktor-faktor organisasional dan ekonomi yang mendorong resistensi terhadap kontrol tingkat tinggi, dan bagaimana intervensi kebijakan dapat dirancang untuk mengubah preferensi ini?
Selain itu, paper ini mengakui bahwa kewajiban desainer (arsitek, insinyur) di bawah undang-undang K3 masih jarang diuji di pengadilan dan terdapat kompleksitas dalam penerapannya. Ini menandakan adanya area abu-abu dalam kerangka regulasi yang memerlukan eksplorasi lebih lanjut. Pertanyaan terbuka lainnya adalah mengapa instrumen perencanaan seperti Safe Work Method Statements (SWMS) sering kali gagal dioperasionalkan dan menjadi sekadar latihan "centang kotak" (tick and flick), meskipun diwajibkan oleh hukum.
5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan Justifikasi Ilmiah)
Berdasarkan temuan dan keterbatasan dalam paper, berikut adalah lima arah riset prioritas yang dapat dijajaki oleh komunitas akademik dan penerima hibah riset.
1. Studi Perilaku Kognitif dan Intervensi Nudge untuk Risiko Ketinggian Rendah
- Justifikasi: Paper ini secara eksplisit mengidentifikasi diskoneksi antara persepsi risiko pekerja (berisiko di atas 6 meter) dan data insiden (fatal di bawah 4 meter) , serta dominasi pemikiran "sistem 1". Terdapat kebutuhan mendesak untuk menjembatani kesenjangan ini.
- Rekomendasi Riset: Merancang dan menguji efektivitas intervensi perilaku (nudge) di lokasi konstruksi yang dirancang untuk memicu pemikiran "sistem 2" (deliberatif dan rasional) saat pekerja beraktivitas di ketinggian rendah (misalnya, 2-4 meter). Metode riset dapat berupa studi eksperimental lapangan (field experiment) yang membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok yang menerima intervensi (misalnya, penanda visual, checklist pemicu, atau pengingat harian saat toolbox talk). Variabel yang diukur adalah tingkat penggunaan alat pelindung yang sesuai dan perilaku kerja aman yang teramati.
2. Analisis Komparatif Efektivitas Instrumen Perencanaan Keselamatan
- Justifikasi: Terdapat bukti kuat bahwa instrumen perencanaan yang ada seperti SWMS dan WHS Management Plan tidak secara konsisten dioperasionalkan sesuai tujuannya. Paper ini secara terbuka menyarankan penelitian lebih lanjut tentang "instrumen perencanaan alternatif berbasis risiko".
- Rekomendasi Riset: Melakukan studi komparatif untuk mengevaluasi efektivitas instrumen perencanaan K3 yang ada dibandingkan dengan model-model alternatif (misalnya, model yang lebih visual, dinamis, atau terintegrasi dengan teknologi digital). Penelitian ini dapat menggunakan metodologi studi kasus ganda (multiple case studies) di berbagai jenis proyek konstruksi. Keberhasilan akan diukur melalui indikator seperti tingkat kepatuhan aktual terhadap prosedur yang direncanakan (bukan hanya keberadaan dokumen), keterlibatan pekerja dalam proses perencanaan, dan dampaknya terhadap angka nyaris celaka (near-miss) dan insiden.
3. Investigasi Hambatan dan Pendorong Implementasi Safety by Design (SbD)
- Justifikasi: Paper ini menyoroti bahwa peran desainer dalam keselamatan konstruksi merupakan area yang kurang dieksplorasi dan ditegakkan. Opsi 3 secara langsung mengusulkan diskusi lebih lanjut dengan para pemain industri terkait untuk mengintegrasikan elemen keselamatan ke dalam desain.
- Rekomendasi Riset: Melakukan studi kualitatif mendalam dengan para pemangku kepentingan utama dalam fase desain (arsitek, insinyur, klien proyek) untuk mengidentifikasi hambatan (legislatif, ekonomi, pendidikan, budaya) dan pendorong utama dalam implementasi prinsip Safety by Design untuk pencegahan jatuh. Metode yang disarankan adalah wawancara semi-terstruktur dan kelompok diskusi terfokus (focus group discussion). Hasilnya dapat digunakan untuk mengembangkan kerangka kerja praktis dan rekomendasi kebijakan untuk memperkuat kewajiban desainer.
4. Studi Longitudinal Dampak Pelatihan Wajib Berbasis Kompetensi
- Justifikasi: Opsi untuk menerapkan pelatihan wajib (Opsi 5) mendapat dukungan kuat dari industri , namun studi dari yurisdiksi lain menunjukkan dampaknya "moderat" dan tidak menghilangkan masalah sepenuhnya. Diperlukan bukti empiris yang kuat dalam konteks NSW sebelum kebijakan ini diterapkan secara luas.
- Rekomendasi Riset: Mengembangkan dan melaksanakan studi longitudinal percontohan (pilot longitudinal study) untuk menguji dampak program pelatihan bekerja di ketinggian (WAH) yang wajib dan berbasis kompetensi. Program ini harus dirancang secara terpisah untuk pekerja dan supervisor, sesuai dengan rekomendasi paper. Penelitian akan melacak kohort peserta selama 3-5 tahun, mengukur perubahan dalam pengetahuan keselamatan, persepsi risiko, perilaku di tempat kerja, dan akhirnya, dampaknya terhadap tingkat insiden jatuh di perusahaan yang berpartisipasi.
5. Eksplorasi Kualitatif Penyebab di Balik Ketidakpatuhan terhadap Hirarki Kontrol
- Justifikasi: Data dari inspeksi instalatur panel surya menunjukkan alasan utama tidak menggunakan kontrol tingkat tinggi adalah "tidak tahu atau tidak sadar" (29%) dan "biaya" (13%). Paper ini dengan tepat mempertanyakan apakah alasan "tidak tahu" merupakan kesenjangan pengetahuan yang tulus atau sekadar dalih. Di sisi lain, laporan ini juga merinci tekanan ekonomi yang intens pada industri, seperti penundaan proyek dan kekurangan tenaga kerja.
- Rekomendasi Riset: Melakukan penelitian kualitatif (misalnya, etnografi atau wawancara mendalam) untuk mengeksplorasi faktor-faktor mendasar di balik alasan yang dikemukakan pekerja dan supervisor. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana tekanan produksi, tenggat waktu, dan ketersediaan sumber daya memengaruhi keputusan di lapangan untuk mengabaikan kontrol tingkat tinggi dan memilih solusi yang lebih cepat namun kurang aman (seperti penggunaan sabuk pengaman/harness). Ini akan memberikan wawasan yang lebih kaya daripada sekadar data survei.
Sebagai kesimpulan, paper dari SafeWork NSW ini adalah panggilan untuk aksi, tidak hanya bagi regulator dan industri, tetapi juga bagi komunitas riset. Arah penelitian yang diuraikan di atas dapat memberikan bukti empiris yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa setiap intervensi kebijakan di masa depan didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang perilaku manusia, dinamika organisasi, dan realitas ekonomi di lapangan. Penelitian lebih lanjut harus melibatkan kolaborasi erat antara institusi akademik, badan regulator seperti SafeWork NSW (SWNSW) dan Heads of Workplace Authorities (HWSA), otoritas pelatihan seperti Australian Skills Quality Authority (ASQA), serta lembaga pemerintah terkait seperti NSW Fair Trading untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil.
Sebagai publikasi pemerintah, dokumen ini tidak memiliki Digital Object Identifier (DOI). Baca paper aslinya di situs web resmi SafeWork NSW.