Konteks Global: Danau Sebagai Ekosistem Terancam
Air tawar hanya 0,01% dari total air di dunia, tapi menopang kebutuhan 80% populasi manusia. Danau Inle di Myanmar adalah ekosistem air tawar penting yang mengalami degradasi parah sejak tahun 2000-an akibat urbanisasi, intensifikasi pertanian, dan perubahan iklim.
Tujuan Penelitian dan Pendekatan DPSIR
Penelitian ini menggunakan kerangka DPSIR (Driver–Pressure–State–Impact–Response) untuk mengevaluasi degradasi Danau Inle dari tahun 1990 hingga 2020. Pendekatan ini dikombinasikan dengan:
- Survei sosial terhadap 148 warga dan 15 turis
- Pengukuran kualitas air dan sedimen
- Klasifikasi tutupan lahan
- Simulasi hidrologi dengan SWAT+
Profil Danau Inle dan Tantangannya
- Terletak di dataran tinggi Shan, luas air terbuka hanya 38 km² dari total 128 km²
- Ekonomi lokal tergantung pada pertanian terapung, perikanan, pariwisata, dan kerajinan
- UNESCO mencatatnya sebagai Cagar Biosfer Dunia sejak 2015
Perubahan lahan 1990–2020:
- −13% hutan, +13% pertanian, +5% urbanisasi
Simulasi SWAT+: Dampak Perubahan Lahan
Model SWAT+ digunakan untuk membandingkan dua kondisi (1990 dan 2020):
- Evapotranspirasi menurun 37 mm/tahun
- Water yield meningkat 43 mm/tahun
- Sedimentasi meningkat jadi 16,7 ton/ha/tahun
Hasil signifikan terutama di wilayah utara dan barat danau yang mengalami urbanisasi dan deforestasi tinggi.
Kualitas Air: Polusi dari Pertanian dan Aktivitas Manusia
- 60% warga membuang limbah domestik langsung ke danau
- 46% petani menggunakan pupuk kimia, hanya 3% gunakan pupuk alami
- E. coli ditemukan dalam konsentrasi >100 MPN/100 ml
- Kandungan logam berat tinggi (arsenik dan antimon) terdeteksi di sedimen
- Zona risiko tertinggi: Stasiun 4 dan 5 di danau
Survei Sosial: Persepsi dan Perilaku Warga
Dari 148 responden:
- 82% menyadari deforestasi
- 93% mengakui adanya variabilitas cuaca ekstrem
- Mayoritas menggunakan air danau atau sumur dangkal untuk keperluan rumah tangga
- Hanya 1% masih memasak dengan kayu bakar (pergeseran ke listrik)
Dampak Ekonomi dan Sosial
- Pariwisata meningkat pesat sejak liberalisasi politik Myanmar 2011
- 52 hotel dibangun, menyerap air untuk kolam dan taman
- Perubahan tata guna lahan menyebabkan konflik agraria dan eksploitasi lahan
- Praktik pertanian intensif menyebabkan penurunan umur ladang terapung dari 15 jadi 3 tahun
Model DPSIR: Keterkaitan Sosial dan Lingkungan
- Driver: Pertumbuhan penduduk, liberalisasi politik, industrialisasi
- Pressure: Perubahan iklim, konversi lahan, polusi limbah
- State: Menurunnya kualitas air, sedimentasi, perubahan air tanah
- Impact: Kehilangan ekosistem, krisis air minum, degradasi mata pencaharian
- Response: Perlu manajemen jangka panjang dan interdisipliner
Analisis Kritis dan Nilai Tambah
Kekuatan Studi:
- Metodologi interdisipliner dan berbasis masyarakat
- Simulasi model SWAT+ valid bahkan di wilayah minim data
- Mengintegrasikan data lapangan, citra satelit, dan persepsi warga
Kekurangan:
- Tidak mengeksplorasi strategi kebijakan spesifik
- Minim data historis untuk validasi model jangka panjang
Nilai Tambah:
- Studi ini dapat menjadi template analisis DAS lain di wilayah berkembang
- Relevan untuk kebijakan pengelolaan air, konservasi, dan mitigasi iklim
Kesimpulan: Strategi Berbasis Data untuk Menyelamatkan Danau Inle
Penelitian ini membuktikan bahwa kerangka DPSIR yang dikombinasikan dengan model SWAT+ dan pendekatan sosial mampu:
- Menunjukkan keterkaitan erat antara aktivitas manusia dan degradasi lingkungan
- Memberikan dasar ilmiah bagi kebijakan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan
- Relevan dalam konteks perubahan iklim dan urbanisasi cepat di negara berkembang
Sumber Artikel:
Peters, Kristin; Wagner, Paul D.; Phyo, Ei Wai; Zin, Win Win; Kyi, Cho Cho Thin; Fohrer, Nicola. (2023). Spatial and temporal assessment of human-water interactions at the Inle Lake, Myanmar: a socio-hydrological DPSIR analysis. Environmental Monitoring and Assessment, 195:220.