Mengungkap Kekuatan Predictive Maintenance Berbasis Big Data: Jalan Pintas Menuju Efisiensi Industri 4.0

Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda

06 Agustus 2025, 14.33

sumber: pexels.com

Di tengah transformasi global menuju otomatisasi dan digitalisasi, dunia industri menghadapi tantangan dan peluang yang tak pernah sebesar ini. Salah satu topik yang mencuat dalam ranah Industry 4.0 adalah Predictive Maintenance (disingkat PM)—sebuah pendekatan cerdas yang memanfaatkan data dan analitik untuk memprediksi kegagalan mesin sebelum benar-benar terjadi. Paper “A Predictive Maintenance Approach Based in Big Data Analysis” karya João Pedro Gonçalves da Silva menggali konsep ini secara mendalam, dengan pendekatan praktis dan aplikatif, termasuk implementasinya dalam perusahaan kecil-menengah (SME) nyata.

1. Latar Belakang: Industri 4.0 dan Ledakan Data

Industri saat ini hidup dalam gelombang keempat revolusi industri, atau Industry 4.0, di mana otomatisasi, sensor, dan real-time connectivity menjadi tulang punggung produktivitas. Di tengah semua itu, data menjadi “minyak baru” yang menggerakkan mesin inovasi.

Silva menjelaskan bahwa sejak tahun 2000, volume data telah tumbuh secara eksponensial. Dipicu oleh sensor, IoT (Internet of Things), dan sistem informasi digital, perusahaan kini dibanjiri data dari berbagai sumber: mesin produksi, sistem ERP, bahkan perilaku pengguna. Namun, menurutnya, banyak organisasi gagal mengolah data ini menjadi informasi yang bermakna—terutama dalam konteks maintenance.

Apa itu Predictive Maintenance?

Predictive Maintenance adalah strategi pemeliharaan yang menggunakan data historis dan real-time untuk memprediksi kapan sebuah mesin atau komponen akan mengalami kegagalan. Tujuannya adalah mengurangi downtime dan menghindari biaya tak terduga akibat kerusakan. Dibandingkan dengan Reactive Maintenance (memperbaiki setelah rusak) atau Preventive Maintenance (pemeliharaan terjadwal), PM bersifat proaktif dan berbasis bukti.

2. Masalah Industri Saat Ini: Informasi Banyak, Wawasan Minim

Meskipun data berlimpah, mayoritas perusahaan kesulitan mengubahnya menjadi wawasan yang bisa ditindaklanjuti. Salah satu penyebab utama adalah kurangnya infrastruktur analitik dan metodologi standar untuk memproses data. Selain itu, tidak semua industri mampu menerapkan teknologi canggih seperti IoT dan Big Data secara langsung karena keterbatasan SDM, biaya, dan kesiapan sistem.

Silva menyadari kesenjangan ini, dan inilah yang memotivasi risetnya: menciptakan model Predictive Maintenance generik yang bisa diterapkan oleh berbagai industri, termasuk perusahaan kecil dan menengah. Model ini dilengkapi dengan guidelines untuk mempermudah proses implementasi, mulai dari pengumpulan data hingga analisis hasil.

3. Konsep Kunci dalam Pendekatan Predictive Maintenance

a. Cyber-Physical Systems (CPS)

CPS adalah sistem yang mengintegrasikan komponen fisik (seperti mesin) dengan komputasi dan jaringan komunikasi. Dalam konteks industri, CPS memungkinkan mesin saling berbicara dan mengambil keputusan berdasarkan kondisi lingkungan atau status operasional tanpa campur tangan manusia.

b. Internet of Things (IoT)

IoT adalah jaringan perangkat fisik yang saling terhubung melalui internet dan mampu mengumpulkan serta bertukar data. Dalam PM, sensor IoT digunakan untuk memantau parameter penting seperti suhu, tekanan, getaran, dan konsumsi energi. Data ini menjadi bahan bakar bagi algoritma prediksi.

c. Big Data

Big Data mengacu pada kumpulan data dalam jumlah besar, beragam format, dan kecepatan tinggi (sering disebut 3V: Volume, Velocity, Variety). Dalam dunia maintenance, Big Data memungkinkan analisis pola kegagalan, prediksi tren kerusakan, dan pemeliharaan terencana yang lebih akurat.

d. Data Mining

Data mining adalah proses menggali pola atau pengetahuan tersembunyi dalam dataset besar menggunakan teknik statistik dan algoritma pembelajaran mesin. Dalam PM, teknik ini digunakan untuk menemukan indikator awal kegagalan mesin.

4. Metodologi Riset: Design Science Research

Silva menggunakan metodologi Design Science Research (DSR) yang umum dalam penelitian sistem informasi. DSR tidak hanya bertujuan untuk memahami suatu masalah, tetapi juga menciptakan artefak (model, perangkat, panduan) untuk menyelesaikannya. Ada enam tahap utama:

  1. Identifikasi dan Motivasi
    Mendeskripsikan pentingnya pendekatan berbasis data dalam konteks Industry 4.0 dan pemeliharaan mesin.
  2. Tujuan Solusi
    Menyusun model PM generik dan guideline yang menyertainya.
  3. Desain dan Pengembangan
    Menganalisis lima studi kasus dari berbagai industri sebagai dasar model.
  4. Demonstrasi
    Mengimplementasikan model dalam konteks nyata di perusahaan SME (HFA).
  5. Evaluasi
    Menilai keefektifan model dan mengidentifikasi kelemahan atau keterbatasan.
  6. Komunikasi
    Menyampaikan hasil melalui publikasi ilmiah dan presentasi konferensi.

5. Studi Kasus: Inspirasi Model Prediktif

Silva mengkaji lima kasus nyata yang telah berhasil menerapkan Predictive Maintenance, antara lain:

  • SLM Machine: Klasifikasi pola output dengan 16 parameter lingkungan.
  • Wind Turbine: Prediksi tiga lapis (apakah fault akan terjadi, kategori fault, jenis fault).
  • Industri Metalurgi: Seleksi fitur dan visualisasi performa sensor.
  • Jaringan Kereta: Prediksi alarm dan kerusakan roda.
  • Motor Induksi: Deteksi kerusakan mekanik dan elektrik menggunakan AI.

Dari kelima kasus ini, Silva merumuskan Predictive Maintenance Roadmap dan Generic Predictive Maintenance Model.

6. Model Predictive Maintenance Generik

Model ini terdiri dari dua fase utama:

Fase I: Data Extraction

  • Situation Assessment: Menilai kondisi awal mesin, proses, dan sensor yang tersedia.
  • Data Collection: Mengambil data historis dan real-time dari sensor dan log mesin.
  • Data Cleaning: Membersihkan data dari noise dan anomali.
  • Data Storage: Menyimpan data secara terstruktur untuk digunakan kembali.
  • Feature Selection: Memilih fitur yang relevan (misal: idle time, oxygen level, cycle time).

Fase II: Data Prediction & Analysis

  • Categorization: Mengelompokkan kondisi mesin (normal, error, failure).
  • Modeling: Melatih model prediksi menggunakan algoritma (SVM, Naive Bayes, Neural Network).
  • Evaluation: Menguji akurasi, kappa, dan performa model.
  • Dashboarding: Visualisasi hasil dalam bentuk dashboard interaktif.

7. Aplikasi Nyata: Studi Kasus HFA

Perusahaan manufaktur Portugal bernama HFA dijadikan tempat uji coba model. Fokusnya pada lini produksi Pick and Place (P&P), yaitu mesin yang menempatkan komponen elektronik ke papan sirkuit cetak (PCB).

Beberapa langkah yang dilakukan:

  • Data dikumpulkan dari printer, SPI (solder paste inspection), pick and place machine, hingga AOI (automated optical inspection).
  • Dilakukan pembersihan dan penggabungan dataset dari berbagai log (ErrorLog, LotLog, SetupLog).
  • Seleksi fitur dilakukan dengan MRMR (Minimum Redundancy Maximum Relevance).
  • Hasil akhirnya divisualisasikan lewat dashboard untuk tim maintenance.

Temuan Menarik:

  • Fitur “Idle Time” dan “Process Oxygen” memiliki korelasi kuat dengan performa.
  • Model prediktif berhasil memprediksi anomali pada dua mesin P&P dengan akurasi lebih dari 75%.
  • Visualisasi data membantu teknisi mengambil keputusan lebih cepat.

Namun, implementasi juga menemui kendala:

  • Kurangnya sensor suhu dan getaran membatasi kedalaman prediksi.
  • Sistem tidak real-time, sehingga keterlambatan data dapat berdampak pada validitas keputusan.

8. Opini dan Kritik terhadap Temuan Silva

Kelebihan:

  • Pendekatan aplikatif: Tidak hanya teori, tetapi diterapkan langsung pada SME.
  • Model generik dan fleksibel: Bisa diadaptasi untuk berbagai jenis industri.
  • Data-driven: Menggabungkan berbagai komponen Industry 4.0 secara integratif.

Kelemahan:

  • Ketergantungan pada data berkualitas tinggi: Tanpa sensor yang cukup, PM tidak bisa optimal.
  • Kurangnya aspek biaya dan ROI: Belum ada simulasi atau perhitungan finansial untuk implementasi.

Relevansi Dunia Nyata:

Dalam konteks industri Indonesia atau negara berkembang lainnya, pendekatan ini sangat relevan. Banyak UKM manufaktur yang belum memanfaatkan data secara maksimal. Dengan model Silva, mereka bisa mulai dari skala kecil, bertahap, dan tetap mendapatkan hasil.

9. Kesimpulan: Predictive Maintenance Bukan Lagi Pilihan, Tapi Kebutuhan

Dengan ledakan data di era digital, perusahaan yang tidak beralih ke strategi berbasis prediksi akan tertinggal. Predictive Maintenance menjadi tulang punggung dalam menjaga efisiensi, memperpanjang umur mesin, dan meningkatkan profitabilitas.

Paper João Gonçalves Silva menawarkan peta jalan yang jelas—mulai dari teori, studi kasus, hingga aplikasi nyata. Pendekatan berbasis Big Data ini menjadi solusi jangka panjang yang layak dijadikan blueprint untuk modernisasi industri.

Sumber Resmi Paper

João Pedro Gonçalves da Silva. (2019). A Predictive Maintenance Approach Based in Big Data Analysis. ISCTE – Instituto Universitário de Lisboa.
Link sumber (jika tersedia DOI) — catatan: silakan cek DOI resmi di portal ISCTE atau Repositório Científico de Acesso Aberto de Portugal.