Mengungkap Kebenaran: Mengapa Proyek Infrastruktur Transportasi Swedia Terus Mengalami Pembengkakan Biaya? Sebuah Panggilan untuk Aksi Riset.

Dipublikasikan oleh Raihan

03 November 2025, 17.23

Analisis Komprehensif Biaya Berlebihan dalam Proyek Transportasi Infrastruktur Swedia (2010–2022): Sebuah Seruan untuk Agenda Riset Transformatif

Fenomena biaya berlebihan (cost overrun) telah lama mengganggu proyek-proyek infrastruktur di seluruh dunia, dan temuan empiris yang disajikan dalam penelitian yang meneliti proyek transportasi infrastruktur Swedia antara tahun 2010 dan 2022 ini memperkuat bahwa masalah tersebut bersifat kronis. Studi ini tidak hanya mengukur besarnya masalah—dengan proyek terburuk melebihi biaya estimasi sebesar 478% —tetapi juga secara statistik mengidentifikasi variabel karakteristik proyek yang berkontribusi pada kerentanan biaya. Dengan nilai R^2 yang relatif rendah sebesar 0.1128, yang menunjukkan bahwa model hanya menjelaskan sekitar 11% dari variasi biaya berlebihan , penelitian ini berfungsi sebagai platform penting, mengonfirmasi beberapa hipotesis literatur dan secara bersamaan membuka jalur investigasi baru yang krusial untuk agenda riset ekonomi transportasi di masa depan.

Jalur Logis Penemuan dan Hasil Empiris

Penelitian ini membedah hubungan antara biaya berlebihan (variabel dependen, diukur sebagai rasio persentase biaya aktual terhadap estimasi biaya ) dengan variabel independen kategorikal: jenis proyek (jalan/kereta api) , ukuran proyek (kecil, sedang, besar, sangat besar) , dan lokasi regional. Dengan menggunakan metode Regresi OLS dengan robust standard errors (diperlukan karena terdeteksinya heteroskedastisitas melalui uji Breusch-Pagan ), peneliti menetapkan dua jalur temuan utama: kerentanan biaya spesifik proyek dan kelemahan sistemik dalam estimasi biaya.

  1. Kerentanan Proyek Berdasarkan Ukuran dan Lokasi

Secara signifikan, temuan mengenai ukuran proyek menantang asumsi populer bahwa proyek besar (megaproject) adalah sumber utama ketidakpastian biaya. Sebaliknya, penelitian ini menemukan bahwa biaya berlebihan lebih umum pada proyek yang lebih kecil. Proyek berukuran sedang (500–1500 MSEK) dan besar (1500–5000 MSEK) menunjukkan hubungan negatif yang signifikan secara statistik dengan biaya berlebihan pada tingkat 5% (p-value masing-masing 0.021 dan 0.025 ). Koefisien negatif ini mendukung argumen Odeck (2004) dan Cantarelli et al. (2012) bahwa proyek yang lebih besar mungkin mendapat manfaat dari manajemen dan kontrol yang lebih baik serta scrutinization yang lebih cermat selama fase implementasi. Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan proyek besar mengalami biaya berlebihan yang lebih tinggi ditolak.

Di sisi lain, temuan menunjukkan bahwa lokasi regional memiliki hubungan yang signifikan dengan proyek yang mengalami biaya berlebihan. Secara spesifik, proyek di wilayah tengah Swedia (Region 4) menunjukkan koefisien yang positif dan signifikan pada tingkat 5% (p-value = 0.018 ), dibandingkan dengan wilayah Selatan sebagai kategori dasar. Wilayah utara Swedia (Region 3) juga menunjukkan tanda-tanda kerentanan (p-value = 0.101 ). Peneliti berpendapat bahwa ini kemungkinan disebabkan oleh faktor geografis seperti iklim yang lebih keras dan topografi yang lebih kasar , yang dapat menciptakan komplikasi dan menyebabkan peningkatan biaya. Hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan statistik dalam tingkat biaya berlebihan antara wilayah tidak ditolak.

Sementara itu, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam biaya berlebihan antara proyek jalan dan kereta api.

  1. Kelemahan Sistemik dalam Estimasi Biaya

Untuk menguji Hipotesis H4 (bahwa proses estimasi telah membaik dari waktu ke waktu), peneliti menggunakan uji-t berpasangan. Uji-t berpasangan menunjukkan bahwa estimasi biaya yang dilakukan pada tahun 2014 relatif akurat dibandingkan dengan revisi tahun 2018, tanpa perbedaan signifikan yang ditemukan.

Namun, estimasi yang dilakukan pada tahun 2018 terbukti sangat diremehkan dibandingkan dengan revisi tahun 2022. Temuan kuantitatif yang mengkhawatirkan: Perkiraan biaya antara 2018 dan 2022 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 34%. Uji-t berpasangan secara statistik signifikan menolak hipotesis bahwa proses estimasi telah membaik (p-value untuk Ha mean(diff) < 0 adalah 0.0025 ). Peningkatan signifikan tersebut mengindikasikan bahwa perencana proyek belum memperbaiki praktik mereka , kemungkinan besar karena adanya optimism bias dan/atau strategic misrepresentation yang bersifat struktural dan persisten.

Kontribusi Utama terhadap Bidang

Kontribusi utama penelitian ini berpusat pada pergeseran fokus kebijakan dan penegasan kembali perlunya integrasi variabel non-teknis dalam pemodelan:

  1. Prioritas Pengawasan Proyek Skala: Penelitian ini memberikan bukti empiris yang kuat untuk membenarkan pengalihan sumber daya pengawasan ke proyek yang lebih kecil.
  2. Integrasi Karakteristik Regional dalam Estimasi: Penegasan hubungan signifikan antara lokasi regional dan biaya berlebihan menuntut bahwa estimasi harus bersifat lokasi-spesifik.
  3. Dokumentasi Kegagalan Peramalan yang Berlanjut: Penemuan peremehan biaya signifikan 34% dalam siklus perencanaan 2018–2022 memberikan data terbaru yang sangat dibutuhkan untuk argumen kebijakan, menyoroti bahwa masalah ini, meskipun telah menjadi subjek kritik, terus berlanjut tanpa perbaikan yang signifikan.

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Keterbatasan utama yang dihadapi oleh peneliti—yaitu, R^2 yang rendah (0.1128 ) dan ketiadaan data yang komprehensif dari otoritas transportasi —menghasilkan serangkaian pertanyaan terbuka untuk komunitas akademik.

  • Variabel Non-Teknis yang Hilang: Variabel apa (seperti scope changes, penundaan yang disengaja, bentuk kontrak, jumlah tender) yang menjelaskan sekitar 89% variasi yang tidak dapat dijelaskan oleh model ini?
  • Dinamika Proses Estimasi: Mengapa estimasi 2014–2018 relatif akurat, namun estimasi 2018–2022 gagal secara signifikan?

5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan Justifikasi Ilmiah)

Berdasarkan temuan yang disajikan, komunitas akademik harus memprioritaskan arah penelitian berikut untuk secara efektif menjelaskan dan mengurangi biaya berlebihan:

  1. Pemodelan Logistik Biaya Berlebihan dengan Pendekatan Reference Class Forecasting
  • Basis Temuan: Model OLS saat ini memiliki daya penjelas yang terbatas (R^2 = 0.1128 ).
  • Arah Riset Baru: Menggunakan Regresi Logistik Multivariat untuk memperkirakan probabilitas biaya berlebihan melebihi ambang batas risiko tertentu (misalnya, >30%). Pemodelan harus mengintegrasikan teknik Reference Class Forecasting (RCF).
  • Justifikasi Ilmiah: RCF adalah penangkal yang diakui terhadap optimism bias, dan model probabilitas lebih efektif untuk memberikan peringatan dini (early warning) kepada decision-maker tentang potensi kegagalan.
  1. Investigasi Mendalam terhadap Risiko Geoteknik dan Kontrol Manajemen Proyek Skala Kecil
  • Basis Temuan: Proyek kecil lebih rentan terhadap biaya berlebihan , dan lokasi regional signifikan.
  • Arah Riset Baru: Melakukan Studi Kasus Kualitatif dan Kuantitatif (Mixed Methods) yang menargetkan proyek-proyek kecil yang diselesaikan di wilayah Tengah dan Utara. Variabel yang diperkenalkan harus mencakup tingkat investigasi geoteknik yang dilakukan dan frekuensi kunjungan pengawasan manajerial.
  • Justifikasi Ilmiah: Ini akan menguji hipotesis bahwa kerentanan proyek kecil berasal dari penghematan biaya yang salah dalam studi pra-desain atau dari kekurangan pengawasan operasional.
  1. Analisis Kausalitas Perilaku: Membedakan Bias Kognitif dan Manipulasi Strategis
  • Basis Temuan: Peremehan biaya signifikan 34% pada 2018–2022 menunjukkan optimism bias atau strategic misrepresentation yang struktural.
  • Arah Riset Baru: Menggunakan Teori Pilihan Rasional (Rational Choice Theory) dan Agency Theory untuk memodelkan bagaimana insentif (politik dan organisasi) memengaruhi estimasi. Variabel yang diperkenalkan harus mencakup masa jabatan politik dan metode penetapan anggaran.
  • Justifikasi Ilmiah: Ini memungkinkan identifikasi apakah kegagalan estimasi adalah masalah kognitif (diatasi dengan metodologi) atau masalah politik/etika (diatasi dengan sanksi dan transparansi).
  1. Dampak Kompetisi Pengadaan dan Struktur Kontrak pada Biaya Berlebihan
  • Basis Temuan: Literatur menunjukkan hasil yang beragam mengenai apakah penawaran terendah menyebabkan biaya berlebihan.
  • Arah Riset Baru: Menganalisis data rinci dari otoritas transportasi pada jumlah penawaran yang diterima untuk setiap proyek dan bentuk kontrak yang digunakan.
  • Justifikasi Ilmiah: Memahami apakah struktur pengadaan menciptakan insentif untuk strategic price settings (penawaran rendah yang disengaja) dapat memungkinkan intervensi kebijakan pada tahap paling awal proyek.
  1. Analisis Efek Lingkup (Scope Change) dan Penundaan pada Biaya Berlebihan
  • Basis Temuan: Perubahan lingkup (scope changes) dan perubahan desain adalah penyebab utama yang diakui dalam literatur. Data ini saat ini hilang dari model.
  • Arah Riset Baru: Mencari data yang secara eksplisit mencatat jumlah dan magnitudo scope changes dan total hari penundaan untuk setiap proyek yang diselesaikan, mengintegrasikannya ke dalam model regresi berganda.
  • Justifikasi Ilmiah: Memasukkan variabel yang menjelaskan dinamika proyek ini akan meningkatkan R^2 secara signifikan dan memberikan wawasan kausal yang dapat ditindaklanjuti pada manajemen proyek, memungkinkan pembuat kebijakan untuk memfokuskan upaya pada meminimalkan scope creep.

Penelitian ini memberikan dasar penting, mengonfirmasi perlunya fokus pada pengawasan proyek kecil dan penilaian risiko regional , sekaligus memperingatkan komunitas akademik tentang kegagalan proses estimasi yang sedang berlangsung. Untuk memperluas pemahaman dan meningkatkan akurasi model, penelitian lebih lanjut harus melibatkan kolaborasi erat antara Jönköping University (atau institusi akademik terkait), The Swedish National Audit Office (Riksrevisionen), dan The Swedish Transportation Authority (Trafikverket). Keterlibatan ini sangat krusial untuk memastikan ketersediaan data mikroproyek yang lebih lengkap (seperti scope changes, delays, dan geotechnical investigations) guna memastikan keberlanjutan dan validitas hasil di masa depan.