Pendahuluan: Mengapa Keterlambatan Material Adalah Masalah Global?
Keterlambatan proyek konstruksi adalah isu klasik yang terus menghantui industri global. Dalam konteks proyek berskala besar seperti perumahan nasional hingga infrastruktur publik, keterlambatan bukan hanya menimbulkan kerugian ekonomi, tetapi juga memicu ketidakpercayaan terhadap kontraktor dan lembaga pemerintahan.
Studi yang dilakukan oleh Rahman et al. (2017) di Brunei Darussalam menyuguhkan perspektif segar mengenai penyebab utama dari dua aspek kritis: kekurangan dan keterlambatan pasokan material. Walau terfokus pada Brunei, temuan ini memiliki relevansi luas terhadap negara-negara berkembang maupun maju yang mengalami fenomena serupa.
Metodologi Penelitian: Kombinasi Kajian Literatur dan Wawancara Lapangan
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap:
1. Literatur Review – untuk mengidentifikasi pola global dalam kekurangan material.
2. Diskusi Pakar Industri – guna memahami mekanisme rantai pasok material di Brunei.
3. Wawancara Semi-Terstruktur – melibatkan 15 narasumber, yaitu 10 pemasok material dan 5 kontraktor lokal.
Wawancara ini menggali pengalaman mereka dalam mengelola bahan bangunan dari berbagai sumber, baik lokal maupun impor, dengan rentang pengalaman 3 hingga 40 tahun.
Hasil Utama: 15 Faktor Penyebab Keterlambatan dan Kekurangan Material
Penelitian ini membagi akar permasalahan menjadi dua kategori besar:
Penyebab Kekurangan Material (6 Faktor)
1. Ketergantungan Impor Material
Sebagian besar material konstruksi di Brunei harus diimpor, seperti besi, baja, dan komponen modular. Hal ini menciptakan lead time yang panjang dan rentan terhadap gangguan logistik. Misalnya, selama proyek perumahan skala besar, kekurangan stok lokal menyebabkan keterlambatan signifikan.
Catatan industri: Ketergantungan pada impor juga terjadi di Indonesia, terutama untuk material seperti baja dan semen khusus.
2. Estimasi Volume Material yang Buruk
Kesalahan dalam perhitungan kebutuhan material bisa menyebabkan dua kerugian: kekurangan (yang menyebabkan re-ordering dan keterlambatan) dan kelebihan (yang meningkatkan biaya logistik dan penyimpanan).
3. Kualitas Pekerjaan Rendah
Pemasangan yang ceroboh oleh tenaga kerja menyebabkan material rusak dan harus diganti. Proses klaim garansi dan investigasi membutuhkan waktu yang tak sedikit.
4. Mutu Material Buruk
Defek yang terjadi selama proses pengiriman—seperti kerusakan saat transit—membuat material tak layak pakai. Misalnya, pintu kayu yang dikirim dari Malaysia ternyata penuh lubang karena serangan serangga.
5. Permintaan Tidak Konsisten
Untuk material seperti cat, permintaan tergantung preferensi warna yang fluktuatif. Jika warna tertentu tidak tersedia, pemesanan baru ke luar negeri bisa memakan waktu sebulan lebih.
6. Material Khusus & Proyek Spesifik
Untuk proyek seperti rumah sakit atau penjara, lampu dan peralatan spesifik sering kali harus dipesan dari Eropa atau Asia, sehingga waktu tunggu sangat lama.
Penyebab Keterlambatan Pasokan (9 Faktor)
1. Produktivitas Tenaga Kerja Rendah
Sebagian besar tenaga kerja berasal dari luar negeri (India, Bangladesh, Indonesia) dan banyak yang kurang terampil, terutama dalam penanganan material. Siklus pelatihan yang terus-menerus memperlambat produksi dan distribusi.
2. Cuaca Buruk
Sebagai negara tropis, Brunei mengalami hujan sepanjang tahun yang mengganggu pengiriman dan penempatan material seperti beton cor.
3. Regulasi Pemerintah
Beberapa material, seperti kayu, memerlukan izin impor khusus. Proses ini bisa memakan waktu lama, terutama jika ada kesalahan dalam dokumen.
4. Keputusan yang Lambat
Owner proyek sering menunda keputusan pembelian atau perubahan desain, terutama untuk produk finishing seperti ubin. Akibatnya, pemesanan material menjadi tertunda.
5. Kekurangan Bahan Baku di Pabrik
Misalnya, produsen cat di Singapura yang harus menunggu bahan kimia dari negara ketiga sebelum bisa memproduksi barang pesanan untuk Brunei.
6. Masalah Logistik
Brunei sebagai negara kecil sering mengalami masalah less container load (LCL), yang memperpanjang proses pengiriman dari pabrik ke proyek.
7. Perencanaan & Penjadwalan Buruk
Banyak kontraktor tidak memesan material sejak awal, menyebabkan keterlambatan ketika permintaan meningkat atau pasokan global terganggu (contoh: kelangkaan besi selama Olimpiade Beijing 2008).
8. Durasi Konstruksi yang Tidak Realistis
Proyek-proyek dengan waktu pelaksanaan sangat pendek memaksa kontraktor mengambil jalan pintas, termasuk memesan material darurat dengan biaya lebih tinggi.
9. Perubahan Desain atau Permintaan Klien
Perubahan tiba-tiba sering membutuhkan material baru yang harus diimpor, menambah tekanan pada waktu pengiriman.
Studi Kasus Nyata: Brunei & Negara Lain
- Brunei: Ketergantungan pada bahan impor dari Cina dan Malaysia menyebabkan keterlambatan proyek-proyek perumahan pemerintah.
- Saudi Arabia: Pada 1990-an, ledakan pembangunan menyebabkan kekurangan material serupa.
- Indonesia: Terutama pada proyek-proyek pemerintah, keterlambatan akibat material dan perubahan desain adalah permasalahan rutin.
Kritik & Opini: Apa yang Bisa Ditingkatkan?
Meski penelitian ini cukup mendalam, terdapat ruang untuk penguatan:
Kuantifikasi Dampak: Studi selanjutnya sebaiknya memasukkan estimasi waktu atau biaya akibat masing-masing faktor.
Studi Perbandingan Regional: Menarik jika dilakukan studi serupa di negara ASEAN lain seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina untuk melihat pola umum.
Solusi Teknologi: Penggunaan sistem manajemen rantai pasok digital seperti BIM (Building Information Modeling) atau SCM tools dapat memperkecil kesalahan estimasi dan mempercepat keputusan.
Rekomendasi Praktis bagi Industri Konstruksi
1. Digitalisasi Inventaris dan Logistik
Gunakan perangkat lunak SCM untuk memantau stok dan waktu pengiriman secara real-time.
2. Konsolidasi Pengadaan
Bentuk asosiasi kontraktor untuk pengadaan bersama demi efisiensi pengiriman dan penghematan biaya.
3. Pelatihan Tenaga Kerja Lokal
Kurangi ketergantungan pada pekerja asing dengan investasi dalam pelatihan tenaga kerja lokal.
4. Perencanaan Material Sejak Tender
Kewajiban perencanaan pasokan material sebagai bagian dari dokumen tender.
Kesimpulan: Menyatukan Visi untuk Konstruksi yang Lebih Efisien
Penelitian oleh Rahman dkk. menyoroti kompleksitas tantangan dalam rantai pasok konstruksi yang seringkali diabaikan. Bukan hanya masalah logistik semata, melainkan akumulasi dari perencanaan yang lemah, keputusan lamban, ketergantungan impor, hingga perubahan desain dadakan. Temuan ini menjadi panggilan bagi para pemangku kepentingan industri untuk bergerak menuju sistem konstruksi yang lebih adaptif, terencana, dan berbasis data.
Sumber:
Rahman, M. M., Yap, Y. H., Ramli, N. R., Dullah, M. A., & Shamsuddin, M. S. W. (2017). Causes of shortage and delay in material supply: a preliminary study. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 271(1), 012037. DOI:10.1088/1757-899X/271/1/012037