Mengungkap Akar Korupsi di Industri Konstruksi: Faktor, Dampak, dan Solusi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

18 Juni 2025, 09.07

pixabay.com

Industri konstruksi merupakan pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, namun juga rentan terhadap praktik korupsi. Paper berjudul "Critical Factors Contributing to Corruption in Construction Industry" oleh Rumaizah Mohd Nordin dkk. (2011) mengkaji faktor-faktor kritis yang mendorong korupsi di sektor ini, serta solusi untuk memeranginya. Berikut analisis mendalam dari temuan tersebut, diperkaya dengan studi kasus dan data terkini. 

 Faktor Kritis Penyebab Korupsi dalam Konstruksi 

 1. Faktor Langsung dan Tidak Langsung (Tanzi, 1998) 

- Faktor Langsung: 

  - Regulasi dan perizinan: Monopoli kekuasaan oleh pejabat dalam mengeluarkan izin memicu suap. 

  - Pajak dan pengeluaran publik: Proyek fiktif atau mark-up anggaran untuk keuntungan pribadi. 

  Contoh: Di Malaysia, 30% kasus korupsi konstruksi terkait manipulasi tender (Transparency International, 2011). 

- Faktor Tidak Langsung: 

  - Upah rendah pegawai pemerintah: Memicu penerimaan suap untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

  - Transparansi rendah: Aturan yang tidak jelas atau tidak diumumkan secara terbuka. 

 2. Variabel Lingkungan, Individu, dan Perusahaan (Neelankavil, 2002) 

- Lingkungan: Konsentrasi kekuasaan, ketimpangan ekonomi, dan kurangnya persaingan. 

- Individu: Keserakahan, tekanan finansial, dan moral rendah. 

- Perusahaan internasional: Ekspansi pasar melalui suap untuk memenangkan proyek. 

 3. Kompleksitas Proyek (Rahim, 2010) 

Proses konstruksi yang panjang dan melibatkan banyak pihak memudahkan korupsi di setiap tahap, seperti: 

- Tahap perencanaan: Mark-up anggaran. 

- Tahap tender: Kolusi antar kontraktor. 

- Tahap pelaksanaan: Penggunaan material substandar. 

 Dampak Korupsi pada Industri Konstruksi 

- Kerugian ekonomi: Biaya proyek membengkak hingga 20–30% (Kenny, 2009). 

- Risiko keselamatan: Bangunan tidak memenuhi standar akibat pengurangan material. 

- Reputasi industri: Malaysia kehilangan investasi asing senilai $2 miliar/tahun akibat ketidaktransparanan (Sohail & Cavill, 2006). 

 Solusi Pencegahan Korupsi 

1. Integrity Pact (IP): 

   - Kontrak anti-suap antara pemerintah dan kontraktor. 

   - Di Jerman, IP mengurangi kasus korupsi konstruksi hingga 40% (Transparency International, 2011). 

2. Whistleblower Protection Act: 

   - Melindungi pelapor korupsi, seperti di Malaysia sejak 2010. 

3. Transparansi Proyek: 

   - Publikasi dokumen tender secara daring, seperti diterapkan di Singapura. 

 Kritik dan Rekomendasi 

- Kekurangan penelitian: Paper ini hanya berbasis literatur, perlu studi lapangan untuk validasi. 

- Peran teknologi: Blockchain dan AI bisa menjadi solusi modern untuk memantau proyek. 

 Kesimpulan 

Korupsi dalam konstruksi dipicu oleh faktor sistemik dan individu, tetapi dapat dikurangi melalui transparansi, regulasi ketat, dan partisipasi masyarakat. Implementasi Integrity Pact dan perlindungan whistleblower adalah langkah awal yang krusial. 

Sumber :  Nordin, R. M., Takim, R., & Nawawi, A. H. (2011). Critical Factors Contributing to Corruption in Construction Industry. 2011 IEEE Symposium on Business, Engineering and Industrial Applications (ISBEIA).