Mengukur Kematangan Kemitraan: Kunci Peningkatan Kinerja Proyek Konstruksi di Indonesia.

Dipublikasikan oleh Raihan

24 September 2025, 13.26

Pengantar dan Intisari Penelitian

Industri konstruksi secara alami bersifat kompleks dan dinamis, sering kali menghadapi tantangan kronis seperti produktivitas yang rendah, tingginya pemborosan, dan fragmentasi di antara para peserta proyek.1 Berbagai faktor disinyalir berkontribusi pada masalah ini, mulai dari pengerjaan yang buruk, kurangnya ketersediaan material, hingga koordinasi yang tidak memadai di antara tim manajemen profesional.1 Di tengah kompleksitas tersebut, konsep kemitraan (partnering) muncul sebagai filosofi manajemen yang diyakini mampu meningkatkan nilai dan kinerja proyek dalam hal biaya, waktu, kualitas, keselamatan, dan lingkungan.1

Namun, penelitian sebelumnya belum sepenuhnya menjelaskan bagaimana kemitraan dapat diterapkan secara efektif dalam proyek konstruksi untuk menghasilkan nilai bagi setiap pemangku kepentingan.1 Temuan-temuan terdahulu cenderung hanya berfokus pada faktor-faktor kemitraan, tingkatan, interaksi, tantangan, atau manfaat spesifik seperti pengurangan limbah dan risiko keuangan.1 Dengan demikian, celah penelitian yang signifikan telah teridentifikasi: kebutuhan akan alat dan teknik praktis untuk mengukur kedalaman dan kematangan kemitraan.1

Paper ini bertujuan untuk mengisi kekosongan tersebut dengan mengembangkan Indikator Kinerja Utama (KPIs) yang berfungsi sebagai alat ukur kuantitatif untuk menilai kematangan kemitraan dalam proyek konstruksi berbasis kemitraan.1 Penelitian ini mengadopsi pendekatan metodologi campuran (mixed method), yang secara sistematis mengintegrasikan analisis kualitatif dan kuantitatif.1 Alur logis penelitian dimulai dengan tinjauan literatur skematis untuk mengidentifikasi indikator-indikator yang relevan.1 Proses ini dilanjutkan dengan validasi dan penyempurnaan indikator melalui tiga putaran Metode Delphi, yang melibatkan panel sembilan ahli yang kompeten dan heterogen dari berbagai peran dalam industri, termasuk pemilik, desainer, kontraktor, dan akademisi.1 Setelah KPI ditetapkan, alat ini kemudian diterapkan dalam simulasi pada enam proyek Design and Build (DB) di Indonesia untuk memvalidasi utilitasnya dalam menilai tingkat kematangan kemitraan.1

 

Sorotan Data Kuantitatif

Penelitian ini menyajikan temuan kuantitatif yang mengesankan, terutama dalam proses validasi faktor dan analisis kinerja proyek. Pada Putaran 3 metode Delphi, para ahli diminta untuk menilai utilitas dari 26 faktor yang diidentifikasi dari tinjauan literatur.1 Analisis menunjukkan bahwa 24 dari 26 faktor memiliki skor utilitas di atas nilai ambang batas 2.5 pada skala 1-5.1 Hanya dua faktor, yaitu "Pertumbuhan biaya" dan "Kerugian akibat kecelakaan proyek", yang tidak memenuhi konsensus dan tidak digunakan sebagai KPI.1 Konsensus yang kuat ini, di mana deviasi absolut dari respons para ahli kurang dari 5% dari median, mengonfirmasi relevansi dan kegunaan mayoritas faktor yang diidentifikasi oleh para ahli industri.1

Selain itu, analisis deskriptif pada enam proyek Design and Build (DB) menunjukkan hubungan yang jelas antara tingkat kematangan kemitraan dan kinerja proyek.1 Data statistik dari proyek-proyek tersebut menunjukkan variasi kinerja yang signifikan. Proyek DB "A" dan DB "B", yang diklasifikasikan pada tingkat kemitraan Dasar (Basic) berdasarkan wawancara mendalam, menunjukkan kinerja yang kurang optimal.1 Data statistik kinerja pada proyek ini menunjukkan deviasi negatif dari rata-rata (mean) sebesar -0.7% dan -0.3%.1 Temuan ini secara kuat mendukung deskripsi kualitatif bahwa kurangnya kemitraan dalam proyek ini menyebabkan kinerja yang buruk, dengan para pihak yang masih berada dalam posisi "kompetitif" dan saling mengawasi.1

Sebaliknya, proyek DB "C" dan DB "E" mencapai tingkat kematangan Terinstitusionalisasi (Institutionalized), di mana strategi dan pemetaan kemitraan telah menjadi bagian dari budaya organisasi sejak awal proyek.1 Meskipun paper tidak menyajikan data numerik eksplisit untuk perbandingan langsung, simulasi menunjukkan bahwa proyek-proyek ini "memberikan nilai yang lebih baik" dan memiliki implementasi yang lebih matang.1 Korelasi ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat kematangan kemitraan, semakin baik pula kinerja proyek yang dapat dicapai.

 

Kontribusi Utama terhadap Bidang

Penelitian ini memberikan kontribusi yang substansial pada bidang manajemen proyek konstruksi, tidak hanya secara teoretis tetapi juga praktis.1

1. Mengisi Kesenjangan Literatur dengan Alat Ukur Kuantitatif: Kontribusi terpenting adalah pengembangan model KPI yang spesifik untuk mengukur kedalaman kemitraan. Para penulis sendiri mengakui adanya kekosongan dalam penelitian sebelumnya yang hanya berfokus pada faktor dan tantangan kemitraan tanpa menyediakan alat ukur praktis.1 KPI ini, yang disesuaikan untuk setiap fase siklus hidup proyek, memberikan kerangka kerja yang solid dan dapat ditindaklanjuti bagi para praktisi untuk mengevaluasi dan meningkatkan kolaborasi mereka.1

2. Penerapan Metodologi Hibrida yang Kuat: Penelitian ini memadukan tinjauan literatur yang sistematis dengan konsensus ahli (metode Delphi) dan analisis data empiris lapangan dari proyek-proyek nyata.1 Penggunaan Metode Delphi yang melibatkan sembilan ahli heterogen dari berbagai peran dalam industri memastikan bahwa KPI yang dikembangkan tidak hanya kokoh secara teoretis tetapi juga relevan dan praktis di lapangan.1 Pendekatan ini adalah model yang patut dicontoh dalam riset manajemen proyek, menunjukkan bagaimana riset dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik.

3. Strukturisasi Faktor Kemitraan Berdasarkan Siklus Hidup Proyek: Paper ini secara unik memetakan indikator kematangan kemitraan ke dalam setiap fase siklus proyek—inisiasi, desain, konstruksi, dan penutupan.1 Strukturisasi ini memberikan panduan yang terperinci dan dapat ditindaklanjuti bagi organisasi, memungkinkan mereka untuk secara proaktif mengelola kemitraan di setiap tahap kritis, yang merupakan inovasi praktis yang signifikan. Pendekatan ini berbeda dari studi sebelumnya yang cenderung menganggap kemitraan sebagai entitas tunggal yang statis.

 

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Meskipun penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan, terdapat beberapa keterbatasan yang diakui oleh penulis dan juga pertanyaan terbuka yang muncul dari analisis terhadap temuan.1

1. Spesifisitas Ruang Lingkup Proyek: Keterbatasan utama yang diakui secara eksplisit oleh penulis adalah bahwa KPI yang dikembangkan dan divalidasi dirancang secara khusus untuk proyek Design and Build (DB).1 Paper ini tidak menguji validitasnya pada sistem pengiriman proyek lainnya, seperti

Design-Bid-Build (DBB) atau Integrated Project Delivery (IPD) yang memiliki dinamika kemitraan, struktur kontrak, dan pembagian risiko yang berbeda.1 Keterbatasan ini membatasi generalisasi temuan pada spektrum yang lebih luas.

2. Generalisasi Temuan Empiris: Analisis kuantitatif didasarkan pada simulasi enam proyek yang berlokasi di Indonesia dengan nilai proyek di atas IDR 100 miliar.1 Pertanyaan terbuka muncul mengenai validitas eksternal temuan ini. Seberapa representatif sampel ini untuk seluruh industri konstruksi Indonesia, atau bahkan untuk industri konstruksi secara global? Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji generalisasi model ini di berbagai skala proyek, jenis, dan lokasi geografis.

3. Kausalitas dan Variabel Kualitatif Tak Terukur: Meskipun paper ini mengklaim bahwa "proyek dengan kemitraan mendalam mencapai kinerja yang lebih baik" 1 dan mengaitkan tingkat kematangan dengan data statistik proyek, penelitian ini bersifat deskriptif dan korelasional, bukan kausal. Paper ini juga menggarisbawahi pentingnya elemen kualitatif seperti "kepercayaan" dan "budaya organisasi" dalam kemitraan yang mendalam 1, namun tidak menyediakan metodologi yang eksplisit untuk mengukur atau memodelkan pengaruh variabel-variabel tersebut secara kuantitatif. Mekanisme dan proses transisional dari kemitraan dasar ke yang terinstitusionalisasi tidak dijelaskan secara rinci.

5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan Justifikasi Ilmiah)

Berdasarkan temuan yang disajikan dan keterbatasan yang teridentifikasi, berikut adalah lima rekomendasi riset berkelanjutan yang dapat memajukan bidang ini:

  1. Validasi dan Adaptasi Model KPI pada Sistem Pengiriman Proyek Lain: Berangkat dari keterbatasan paper yang jelas menyatakan bahwa KPI dirancang untuk proyek DB 1, penelitian lanjutan harus mengadaptasi dan menguji model KPI pada proyek dengan sistem pengiriman yang berbeda, seperti
    Design-Bid-Build (DBB) atau Integrated Project Delivery (IPD). Pengujian ini harus melibatkan FGD dengan para ahli di bidang spesifik tersebut untuk memodifikasi faktor-faktor yang relevan. Justifikasinya adalah menguji validitas eksternal model KPI ini akan memperluas aplikabilitasnya di seluruh spektrum industri konstruksi, memastikan bahwa temuan tidak terbatas pada satu jenis kontrak saja.
  2. Analisis Longitudinal untuk Membangun Hubungan Kausal: Paper ini menunjukkan korelasi antara tingkat kematangan kemitraan dan kinerja proyek 1, tetapi tidak membuktikan kausalitas. Penelitian lanjutan dapat menggunakan studi longitudinal, melacak proyek dari inisiasi hingga penutupan. Dengan mengukur tingkat kematangan kemitraan secara berkala (misalnya, triwulanan) dan mengaitkannya dengan metrik kinerja (
    Cost Performance Index, Schedule Performance Index), peneliti dapat membuktikan secara definitif bagaimana peningkatan kematangan kemitraan secara langsung menyebabkan peningkatan kinerja proyek.
  3. Pengembangan Model Prediktif untuk Manajemen Proaktif: KPI yang dikembangkan oleh paper ini dapat mengukur tingkat kematangan kemitraan.1 Berdasarkan data yang dikumpulkan dari survei yang lebih luas, peneliti dapat mengembangkan model regresi berganda atau model pembelajaran mesin. Model ini akan memprediksi kinerja proyek di masa depan (misalnya, potensi pembengkakan biaya atau keterlambatan jadwal) berdasarkan skor kematangan kemitraan yang diukur pada fase-fase awal proyek. Alat prediktif seperti ini akan menjadi instrumen manajemen yang sangat berharga, memungkinkan pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah kemitraan sejak dini, sebelum masalah tersebut berdampak pada kinerja proyek.
  4. Studi Komparatif Global tentang Faktor Kemitraan Berbasis Budaya: Penelitian ini berfokus pada proyek di Indonesia, di mana budaya kolaborasi mungkin berbeda dari negara lain.1 Lakukan studi komparatif dengan proyek di negara lain (misalnya, di Amerika Serikat atau Eropa) menggunakan metodologi yang serupa. Penelitian ini harus mencakup wawancara mendalam untuk mengidentifikasi bagaimana faktor-faktor budaya, sistem hukum, dan norma industri memengaruhi keberhasilan kemitraan. Ini akan mengidentifikasi faktor-faktor mana yang bersifat universal dalam kemitraan proyek dan mana yang spesifik secara budaya, memberikan wawasan yang lebih bernuansa tentang implementasi kemitraan di kancah global.
  5. Analisis Kualitatif Mendalam tentang Budaya Organisasi dan Kemitraan: Kesimpulan paper ini menyatakan bahwa kemitraan institusional menjadi "bagian dari budaya organisasi".1 Menggunakan metodologi kualitatif seperti studi kasus mendalam atau wawancara semi-terstruktur dengan manajer proyek, eksekutif, dan personel lapangan dapat mengungkap mekanisme dan praktik tidak formal yang memfasilitasi transisi dari kemitraan dasar ke kemitraan yang terinstitusionalisasi. Pendekatan ini akan memberikan pemahaman yang lebih kaya dan mendalam tentang "bagaimana" kemitraan mendalam dibangun, melengkapi temuan kuantitatif paper ini dengan wawasan tentang proses interpersonal dan budaya yang sulit diukur.

Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi akademik, entitas pemerintah, dan kontraktor terkemuka di Indonesia untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil, terutama dalam mengadaptasi dan memvalidasi model ini di berbagai konteks proyek. Kolaborasi antar-lembaga seperti Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Tarumanagara, yang telah memiliki jejak rekam riset yang kuat di bidang ini, sangat disarankan.

Baca paper aslinya di sini https://doi.org/10.3390/buildings14061494