Mengukur Dampak Nyata: Peta Jalan Riset Penilaian Kualitas Pendidikan Keselamatan Pascasarjana di Eropa

Dipublikasikan oleh Raihan

02 Oktober 2025, 14.48

pexels.com

I. Konteks Strategis dan Analisis Gap Metodologis
Studi ini dilatarbelakangi oleh sejarah panjang profesionalisasi keselamatan, yang dimulai dari keselamatan kerja pada abad ke-19 dan berlanjut hingga pembentukan sains keselamatan sebagai disiplin akademik di universitas pada tahun 1970-an.1 Perkembangan ini, yang dipicu oleh bencana industri berisiko tinggi-teknologi tinggi sejak tahun 1970-an, menuntut adanya ahli keselamatan yang kompeten.

Untuk mengatasi celah kualitas ini, penulis—sepuluh direktur dan koordinator kursus pascasarjana dari institusi-institusi terkemuka di delapan negara Eropa—bertemu pada Oktober 2018. Pertemuan ini bertujuan untuk membandingkan sejarah, konten, dan program kursus, serta mendiskusikan bagaimana penilaian kualitas yang ada dapat ditingkatkan.1

Jalur penemuan dalam paper ini secara logis bergerak melalui tiga fase utama:

  1. Deskripsi dan Variabilitas Program: Paper menyajikan deskripsi sepuluh program pascasarjana yang terlibat, mencatat variabilitas yang tinggi dalam hal fokus, durasi, dan biaya kuliah di seluruh Eropa.1 Survei sebelumnya tahun 2011 juga menunjukkan adanya 90 kursus di 18 negara berbeda, menyoroti kurangnya harmonisasi. Kebutuhan untuk international benchmarking dan harmonisasi yang kuat ditegaskan.
  2. Identifikasi Model Kualitas: Penilaian kualitas dieksplorasi menggunakan model evaluasi pendidikan yang diterima, khususnya model empat tingkat Kirkpatrick (Reaksi, Pembelajaran, Perilaku, Hasil/Dampak) dan model Donabedian (Input, Proses, Output/Outcome).1
  3. Temuan Kesenjangan Kritis dan Proposal Solusi: Analisis menunjukkan bahwa indikator kualitas utama saat ini adalah evaluasi internal—reaksi peserta pelatihan dan hasil ujian.1 Penulis menyimpulkan bahwa konsep kualitas yang paling diinginkan adalah transfer pengetahuan dan keterampilan keselamatan ke perusahaan dan organisasi, yang berkorespondensi dengan Level 3 (Perilaku) dan Level 4 (Dampak) Kirkpatrick.1 Namun, indikator keselamatan tradisional, seperti frekuensi kecelakaan, dianggap tidak reliable untuk mengukur transfer ini karena adanya faktor confounder dan variabilitas statistik.1 Sebagai gantinya, paper ini mengusulkan metrik proaktif: peninjauan skenario kecelakaan minor dan major perusahaan terkait, dikombinasikan dengan aktivitas lulusan untuk memengaruhi dan mencegah aktivasi skenario tersebut.1

Sorotan Data Kuantitatif Secara Deskriptif

Analisis data kuantitatif yang disajikan menunjukkan adanya bias struktural dalam penilaian kualitas yang diterapkan saat ini:

  • Ketergantungan Internal yang Dominan: “Temuan ini menunjukkan ketergantungan kuat pada penilaian internal (Reaksi Level 1 dan Pembelajaran Level 2), yang diukur melalui alat seperti evaluasi peserta pelatihan dan audit internal, mencapai koefisien 66% sebagai sistem kualitas yang diadopsi oleh penyelenggara program — menunjukkan potensi kuat untuk objek penelitian baru yang berfokus pada validasi eksternal (Level 3 dan 4).” Ketergantungan ini berisiko menilai bentuk presentasi daripada konten substantif.1
  • Variabilitas Program yang Tinggi: Survei tahun 2011 yang dikutip menunjukkan ada 90 kursus di 18 negara berbeda.1 Variabilitas regional sangat mencolok; misalnya, Portugal memiliki 29 kursus pascasarjana dibandingkan dengan negara-negara Nordik. Hal ini mengindikasikan adanya risiko proliferasi kursus yang mungkin "lacking any research tradition".1
  • Pengabaian Evaluasi Dampak (Level 4): Ditekankan bahwa tidak ada program yang dievaluasi dalam survei ini yang secara ilmiah menguji Kirkpatrick Level 4 (Dampak), yaitu, apakah perusahaan menjadi lebih aman karena aktivitas lulusan.1 Fakta ini menyoroti defisit metodologi absolut di tingkat pengukuran hasil tertinggi, yang perlu diatasi segera oleh komunitas riset.

II. Kontribusi Utama terhadap Bidang

Paper ini memberikan kontribusi yang mendalam dan multidimensi terhadap sains keselamatan, terutama dalam ranah pendidikan akademik.

Penyediaan Kerangka Analitis Awal dan Peta Kurikulum

Paper ini merupakan upaya langka untuk membahas konten dan penilaian kualitas kursus pascasarjana keselamatan di berbagai universitas dan lembaga penelitian Eropa.1 Dengan menyajikan deskripsi komparatif sepuluh program dari delapan negara Eropa 1, paper ini menyediakan peta kurikulum awal yang sangat dibutuhkan, yang sebelumnya hanya tersedia dalam bentuk tinjauan lokal atau nasional.

Yang lebih signifikan, paper ini secara efektif menerapkan model evaluasi pendidikan terstruktur (Kirkpatrick, Donabedian) ke dalam domain Keselamatan. Penulis mengidentifikasi bahwa meskipun evaluasi Level 1 dan 2 banyak digunakan, kedua level ini memiliki kegunaan terbatas karena tidak memantau aplikasi pengetahuan dan dampak perilaku.1 Ini menggeser fokus akademik dari hanya mendokumentasikan apa yang diajarkan (Input/Proses Donabedian) menjadi memahami apa yang dilakukan oleh lulusan (Output/Outcome Donabedian).

Memisahkan Kualitas dari Kepatuhan Administratif

Sebuah temuan yang sangat penting adalah analisis kritis terhadap sistem sertifikasi. Paper ini mengakui bahwa standar ISO adalah praktik sertifikasi yang berkembang paling cepat dalam pendidikan. Namun, penulis secara kritis mencatat adanya fenomena yang disebut 'ISO madness', di mana sistem sertifikasi dapat menciptakan beban administrasi yang berat yang hanya menghasilkan "paper reality".1 Ini berarti kepatuhan terhadap prosedur terkelola tidak selalu mencerminkan kualitas atau dampak yang sebenarnya.

Kontribusi utama yang muncul dari diskusi ini adalah penegasan bahwa kualitas harus didefinisikan oleh peningkatan kemungkinan pencapaian tujuan pendidikan (sesuai definisi Institute of Medicine/IOM) 1, bukan sekadar kepatuhan administrasi. Hal ini memberikan argumen kuat bagi penerima hibah untuk memprioritaskan riset yang memvalidasi outcome nyata daripada proses sertifikasi semata.

Menetapkan Standar Kognitif Tertinggi

Pendidikan keselamatan pascasarjana bertujuan untuk melatih peserta didik agar mampu melakukan critical reflection—yakni, mengevaluasi pandangan mereka sendiri dan pandangan divergen berdasarkan argumen yang valid, serta memberikan solusi untuk situasi yang belum pernah ditemui sebelumnya.1 Paper ini secara eksplisit menghubungkan tujuan pendidikan tinggi ini dengan level kognitif tertinggi Taksonomi Krathwohl: Analyze, Evaluate, dan Create.1

Penegasan standar ini memiliki implikasi metodologis yang mendasar: penilaian kualitas yang memadai tidak boleh hanya mengandalkan tes hafalan atau pemahaman faktual (Level Remember dan Understand). Sebaliknya, metode penilaian Level 2 yang lebih tinggi harus melibatkan diskusi, proyek tim yang tidak terstruktur, dan ujian akhir yang menguji kemampuan aplikasi pengetahuan ke kasus praktis yang kompleks.1

Mengusulkan Metrik Proaktif yang Reliabel untuk Dampak

Mungkin kontribusi paling inovatif dari paper ini adalah pengakuan mendalam terhadap kegagalan metrik tradisional. Paper ini menjelaskan bahwa data insiden atau frekuensi kecelakaan (Lost Time Injuries/LTI) adalah indikator yang tidak reliable karena rentan terhadap variasi statistik dan faktor confounders yang tidak terkait dengan pendidikan.1

Sebagai respons, penulis mengusulkan pergeseran paradigma: metrik dampak Level 4 harus fokus pada kemampuan lulusan untuk mengintervensi accident processes atau accident scenarios.1 Ini berarti evaluasi harus mengukur seberapa efektif lulusan dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan memperkuat barriers pencegahan dalam skenario kecelakaan minor atau major yang mungkin terjadi. Proposal ini meletakkan dasar konseptual untuk desain penelitian kuantitatif baru, menjauh dari metrik hasil (lagging indicators) menuju metrik proaktif (leading indicators).

III. Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Meskipun paper ini berhasil memetakan lanskap pendidikan keselamatan, ada keterbatasan metodologi dan celah pengetahuan yang jelas yang harus menjadi target riset di masa depan.

Keterbatasan Metodologi Penelitian

Keterbatasan utama studi ini terletak pada metode pemilihannya. Pemilihan peserta (direktur dan koordinator kursus) sebagian besar bersifat kebetulan (accidental) dan didasarkan pada convenience sampling, terkait dengan partisipasi dalam konferensi keselamatan internasional.1 Meskipun pertemuan ini merupakan upaya yang langka dan berharga, pengambilan sampel yang tidak sistematis ini membatasi generalisasi temuan untuk seluruh program pendidikan keselamatan di Eropa. Riset lanjutan harus memastikan pemilihan sampel yang sistematis, mencakup semua institusi terakreditasi, guna mendukung klaim international benchmarking.

Selain itu, analisis kualitas secara inheren dibatasi oleh kelangkaan data eksternal. Evaluasi kualitas eksternal (Level 3 dan 4) secara sistematis tidak ada, dan data yang disajikan sebagian besar mencerminkan mekanisme penilaian internal.1

Pertanyaan Terbuka untuk Komunitas Akademik

1. Operasionalisasi dan Validasi Pengukuran Refleksi Kritis

Bagaimana dapat dikembangkan instrumen yang secara valid dan reliable mengukur kemampuan lulusan untuk melakukan refleksi kritis, yang merupakan atribut inti dari ahli keselamatan pascasarjana? Penilaian tradisional sering kali gagal menangkap proses Donabedian—yakni, kualitas penalaran dan justifikasi.1 Riset harus menargetkan pengembangan rubrik standar untuk menilai kemampuan ini, khususnya dalam konteks masalah keselamatan yang tidak terstruktur dan belum pernah terjadi sebelumnya.

2. Validasi Empiris Metrik Skenario Kecelakaan (Level 4)

Proposal metrik berbasis skenario yang diajukan oleh penulis menjanjikan, tetapi belum divalidasi secara ilmiah. Pertanyaan terbuka yang mendesak adalah: Bagaimana metrik skenario dapat dioperasionalkan, dikuantifikasi, dan divalidasi secara statistik? Studi eksperimental atau kuasi-eksperimental diperlukan untuk membuktikan hubungan kausal antara intervensi lulusan (misalnya, saran manajemen) dan berkurangnya kerentanan skenario dalam perusahaan mitra.

3. Efek Proliferasi Program dan Tradisi Riset

Fakta bahwa Portugal memiliki 29 kursus pascasarjana dibandingkan dengan negara-negara lain yang lebih sedikit, mengindikasikan adanya risiko bahwa beberapa program mungkin kurang memiliki tradisi riset.1 Riset lanjutan harus menyelidiki apakah terdapat korelasi negatif antara jumlah program di suatu wilayah dan kualitas output, terutama yang berkaitan dengan ketersediaan guru akademik berpengalaman yang mampu mengajarkan sains keselamatan yang mutakhir.

4. Keterbatasan Model Kirkpatrick

Model Kirkpatrick, meskipun berguna sebagai heuristik, seringkali hanya diterapkan pada Level 1 dan 2. Karena kesulitan mengakses Level 3 (Perilaku) dan Level 4 (Dampak), evaluasi pendidikan sebagian besar terbatas pada level internal.1 Pertanyaan krusial adalah bagaimana mengatasi "Organizational disinterest" dan kendala finansial yang menyebabkan penilaian eksternal jarang dilakukan, sehingga penilaian kualitas tetap relevan dan tidak hanya menjadi latihan internal.

IV. 5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan

Agenda riset ke depan harus difokuskan pada pengembangan metodologi yang mengatasi defisit Level 3 dan 4 Kirkpatrick, memastikan bahwa pendidikan keselamatan pascasarjana benar-benar menghasilkan transfer pengetahuan yang efektif ke dalam lingkungan kerja yang kompleks.

1. Pengembangan dan Validasi Instrumen Pengukuran Transfer Perilaku (Level 3)

  • Justifikasi Ilmiah: Transfer pendidikan adalah elaborasi yang sangat diinginkan dari konsep kualitas, namun evaluasi Level 3 jarang dilakukan.1 Evaluasi Level 3 memerlukan studi jangka waktu (misalnya, enam bulan setelah lulus) untuk mengukur aplikasi model, alat, dan pendekatan di tempat kerja.1
  • Fokus Riset dan Metode Baru: Riset harus merancang instrumen penilaian kinerja berbasis kompetensi yang divalidasi secara psikometri, seperti survei 360 derajat atau wawancara struktural dengan rekan kerja dan atasan. Instrumen ini harus secara eksplisit menargetkan peran lulusan sebagai penasihat langsung CEO dan kemampuan mereka untuk menyediakan functional leadership dalam manajemen risiko.1 Penggunaan desain studi

Interrupted-Time-Series Design (ITSD) dapat digunakan untuk melacak perubahan perilaku di tempat kerja secara objektif sebelum dan sesudah pendidikan.

2. Uji Klinis Metrik Skenario Kecelakaan Proaktif (Level 4)

  • Justifikasi Ilmiah: Indikator kecelakaan tradisional tidak reliable untuk membuktikan hubungan kausal dengan pendidikan.1 Paper menyarankan fokus pada intervensi lulusan pada

accident processes atau accident scenarios.1

  • Fokus Riset dan Metode Baru: Perlu dilakukan studi intervensi kolaboratif dengan perusahaan yang menargetkan sektor berisiko tinggi-teknologi tinggi. Intervensi melibatkan penempatan lulusan untuk menganalisis jalur kegagalan specific accident scenarios. Metrik hasil harus mengukur kualitas safety barriers dan frekuensi degradation barrier tersebut, bukan LTI. Riset ini harus mengarah pada pengembangan dan validasi Proactive Scenario Impact Factor (PSIF) melalui studi Mixed-Method yang memadukan audit kualitatif (evaluasi justifikasi intervensi) dengan data kuantitatif (perubahan status skenario).

3. Studi Komparatif Lintas Jalur Pendidikan Keselamatan

  • Justifikasi Ilmiah: Paper ini hanya fokus pada jalur akademik, tetapi mengakui adanya tiga jalur pendidikan keselamatan—akademik, profesional, dan inspeksi.1 Untuk meningkatkan kualitas, penting untuk memahami peran teknisi dan manajer keselamatan di semua jalur ini.1
  • Fokus Riset dan Metode Baru: Melakukan riset komparatif Level 3 dan 4 di antara lulusan dari jalur akademik, jalur profesional (misalnya, pelatihan di tempat/in-house), dan jalur inspeksi. Studi harus menggunakan metodologi penilaian dampak yang sama (misalnya, penilaian 360 derajat Level 3) untuk mengukur seberapa efektif masing-masing jalur dalam menumbuhkan critical reflection dan problem solving di konteks industri yang berbeda.

4. Pengukuran dan Integrasi Kompetensi Refleksi Kritis (Tingkat Kognitif 5/6)

  • Justifikasi Ilmiah: Lulusan harus dilatih dalam refleksi kritis untuk menyelesaikan masalah yang belum terjadi.1 Ini memerlukan pengujian yang melampaui Level 2 tradisional.
  • Fokus Riset dan Metode Baru: Penelitian pendidikan harus fokus pada pengembangan dan standarisasi metode pedagogi berbasis proyek (project based learning), seperti penggunaan simulasi kasus fatal yang kompleks di bawah tekanan waktu, yang melibatkan peran multi-disipliner (misalnya, dokter, inspektur, manajer).1 Metode penilaian harus menggunakan rubrik yang secara eksplisit menguji kualitas penalaran, kemampuan menimbang argumen yang divergen, dan justifikasi (Level

Evaluate dan Create Krathwohl).1

5. Pembentukan dan Benchmarking Kerangka Kualitas Pendidikan Keselamatan Global

  • Justifikasi Ilmiah: Ada kebutuhan kuat untuk international benchmarking dan harmonisasi program keselamatan.1 Beberapa program sudah memiliki sistem jaminan kualitas internal dan eksternal yang ketat, seperti Spanyol-Balearic Islands dan Finlandia.1
  • Fokus Riset dan Metode Baru: Proyek konsorsium riset harus membandingkan sistem jaminan kualitas internal (misalnya, akreditasi eksternal NVAO/CGE, audit profesional) dengan hasil Level 3 dan 4 yang diukur. Tujuannya adalah merumuskan standar kualitas internasional yang dapat mengarah pada penciptaan future European master's in safety education yang terharmonisasi, memastikan bahwa Input dan Process Donabedian berkorelasi kuat dengan Outcome Kirkpatrick Level 3/4.

V. Prospek Jangka Panjang dan Ajakan Kolaboratif

Penelitian kualitas pendidikan keselamatan harus menjadi prioritas, mengingat kompleksitas keselamatan telah bergeser dari fokus teknis sederhana menjadi pengakuan kegagalan organisasi yang kompleks.1 Pendidikan pascasarjana harus menghasilkan ahli yang bukan sekadar mengikuti aturan legislasi, tetapi mampu memberikan kepemimpinan fungsional dan menganalisis situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.1

Agenda riset yang berfokus pada Level 3 dan 4, terutama melalui metrik berbasis skenario, akan menjamin relevansi jangka panjang dari pendidikan keselamatan akademik. Jika metrik ini divalidasi, ia akan memberikan alat yang sangat dibutuhkan bagi program pascasarjana untuk membuktikan dampak mereka terhadap peningkatan keselamatan perusahaan secara terukur. Tujuan jangka panjangnya adalah mengatasi perbedaan dan proliferasi program yang ada untuk menciptakan future European master's in safety education yang terharmonisasi, memastikan standar tertinggi untuk profesional keselamatan di seluruh benua.

Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi Safety Science Group, Delft University of Technology, the Netherlands, Universitat Politècnica de Catalunya, Barcelona Tech, Spain, dan PSL. Université MINES ParisTech, CRC, Sophia Antipolis, France untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil, serta memperluas studi ke jalur profesional dan inspeksi yang saat ini diabaikan.

(https://doi.org/10.1016/j.ssci.2021.105338)