Mengenang Nurtanio: Jejak Langkah Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini

06 Mei 2024, 08.44

Sumber: kompas.com

Pada Minggu petang, tanggal 10 Oktober 2021, saya menemukan kembali buku berjudul "Nurtanio, Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia" di ruang kerja saya. Buku ini diterbitkan atas prakarsa Bapak Ashadi Tjahjadi, mantan Kepala Staf Angkatan Udara dari tahun 1977 hingga 1982. Isi buku ini mengulas sejarah industri penerbangan Indonesia, di mana Nurtanio memiliki peran penting dalam pengembangannya. Salah satu bab dalam buku tersebut juga mencatat sejarah berdirinya Lapan (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional) yang sekarang sudah tidak ada lagi. Prakarsa untuk mendirikan Lapan awalnya berasal dari gagasan Marsekal Muda RJ Salatun, yang pada saat itu menjabat sebagai sekretaris Dewan Penerbangan dan Antariksa Republik Indonesia (Depanri) pada akhir tahun 1963. Bersama Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang juga menjabat sebagai ketua harian Depanri, RJ Salatun mengusulkan pendirian Lapan.

Meskipun RJ Salatun awalnya diusulkan untuk menjabat sebagai Dirjen Lapan, ia dengan sopan menolak jabatan tersebut dan mengusulkan Nurtanio sebagai penggantinya. Meskipun awalnya Nurtanio ragu karena sudah merangkap beberapa jabatan lainnya, namun akhirnya ia menerima dan menjadi Direktur Jenderal Lapan yang pertama. Namun, saat ini baik Lapan maupun Depanri sudah tidak ada lagi di tahun 2021.

Buku tersebut juga mencatat komentar menarik dari Prof. DR. H Priyatna Abdurrasyid, SH PhD, yang berkunjung ke lokasi pak Nurtanio di Andir, Bandung pada tahun 1966. Pada tahun 1973, ketika ia terpilih sebagai Direktur International Institute of Space Law di Paris, ia menggunakan kesempatan tersebut untuk mempromosikan kreasi dan karya Nurtanio kepada rekan-rekannya dari Aerospatiale. Karya-karya Nurtanio menjadi faktor penentu bagi Aerospatiale untuk menanamkan modal dan keahlian mereka di bidang penerbangan di Indonesia.

Aerospatiale bahkan berencana memindahkan sebagian pabrik pesawat mereka dari Toulouse, Perancis, ke Indonesia, dengan nama Industri Pesawat Udara Nurtanio. Namun, rencana tersebut akhirnya dibatalkan oleh pihak tertentu, meskipun telah ada kesepakatan antara Indonesia dan Perancis. Hal ini sangat disayangkan karena proyek patungan antara Aerospatiale Perancis dan TNI AU tersebut akan menjadi pengakuan atas kemampuan dan kreativitas Nurtanio dalam industri pesawat udara.

Catatan menarik ini disampaikan dalam buku "Nurtanio, Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia", yang ditulis oleh JMV. Soeparno dan diterbitkan oleh Perhimpunan Purnawirawan Angkatan Udara (PPAU) bekerja sama dengan Q-Communication untuk Keluarga Besar Nurtanio Pringgoadisuryo (alm) pada tahun 2004.

Sumber: kompas.com