Mengapa Tukang Bangunan di Lagos Mengambil Risiko? Membongkar Komitmen Manajemen sebagai Kunci Perilaku Keselamatan

Dipublikasikan oleh Raihan

15 Oktober 2025, 16.10

Pengantar: Dekonstruksi Krisis Keselamatan Perilaku Konstruksi

Sektor konstruksi secara universal diakui sebagai salah satu industri paling berbahaya, di mana diperkirakan 60.000 kecelakaan fatal terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mencatat bahwa 90% fatalitas muncul dari 'Fatal Four' (jatuh, tersetrum, tertabrak, dan terjepit). Ini menekankan peran sentral perilaku tidak aman, yang disinyalir berkontribusi hingga 80%–90% dari seluruh insiden.  

Laporan ini meninjau studi krusial yang mengidentifikasi faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi perilaku keselamatan para pekerja terampil (tradesmen) di sektor konstruksi Negara Bagian Lagos, Nigeria. Penelitian ini digerakkan oleh kebutuhan mendesak untuk mengisi kekosongan data, mengingat konteks Nigeria. Meskipun industri ini berperan besar, menyumbang sekitar 3.01% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan mempekerjakan sekitar 25% tenaga kerja—kedua terbesar setelah pertanian —negara ini menghadapi kegagalan pelaporan kecelakaan formal. Sebagai contoh, kurang dari 100 kecelakaan dilaporkan secara resmi antara tahun 2001 dan 2006. Kondisi anomali ini membuat penelitian mengenai faktor perilaku spesifik di lingkungan negara berkembang ini semakin relevan, karena faktor yang berlaku di negara maju tidak dapat digeneralisasi karena kekhasan sosio-ekonomi dan regulasi lokal.  

Metodologi yang digunakan bersifat kuantitatif, mengumpulkan data dari 117 tradesmen (tukang batu, tukang kayu, tukang besi) yang dipilih dari 53 perusahaan konstruksi terdaftar di Lagos. Para responden menilai 37 faktor yang bersumber dari literatur menggunakan skala Likert lima poin. Data dianalisis menggunakan Mean Item Score (MIS) untuk menentukan signifikansi faktor, dan Analisis Komponen Utama (PCA) untuk mengelompokkan faktor-faktor ini ke dalam klaster laten yang dominan.  

Jalur Logis Temuan dan Sorotan Kuantitatif

Jalur temuan penelitian ini menunjukkan pergeseran logis dari identifikasi faktor permukaan yang paling dihargai pekerja menuju penemuan pendorong kausalitas inti di tingkat manajemen.

Pertama, analisis kelayakan data (Factorability) menunjukkan nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) sebesar 0.822. Nilai ini melebihi batas yang direkomendasikan (0.6), mengindikasikan bahwa data yang dikumpulkan memiliki korelasi yang memadai antarvariabel untuk pemodelan multivariat yang lebih maju. Temuan ini menegaskan hubungan kuat antara variabel yang diukur, yang selanjutnya membuka potensi kuat untuk pengembangan model persamaan struktural (Structural Equation Modeling/SEM) di penelitian lanjutan.  

Kedua, melalui analisis Mean Item Score (MIS), penelitian ini mengidentifikasi 25 dari 37 faktor (67.56%) sebagai faktor yang "sangat penting" (dengan MIS di atas rata-rata MIS 3.90) yang mempengaruhi perilaku keselamatan tradesmen. Faktor-faktor teratas yang dinilai paling berpengaruh (MIS > 4.31) berpusat pada intervensi fisik dan penegakan yang sangat terlihat oleh pekerja. Faktor dengan peringkat tertinggi adalah Penyediaan Alat Pelindung Diri (PPE) yang memadai dengan MIS 4.50, diikuti oleh Penegakan aturan dan regulasi keselamatan (MIS 4.40). Nilai-nilai MIS yang tinggi untuk item-item yang nyata dan langsung ini menunjukkan bahwa pekerja lini depan sangat menghargai infrastruktur keselamatan yang dapat mereka lihat dan akses.  

Ketiga, penemuan kausalitas inti dicapai melalui Analisis Komponen Utama (PCA). PCA berhasil mengelompokkan 37 variabel tersebut menjadi 8 komponen utama yang secara kumulatif menjelaskan 62.877% dari total varians yang diamati. Faktor yang paling dominan, atau Principal Factor, yang menjelaskan persentase varians terrotasi tertinggi sebesar 13.148%, adalah Komitmen Manajemen (Management Commitment). Faktor ini bertindak sebagai payung kausal yang menaungi tindakan-tindakan terukur, seperti penegakan, pelatihan, dan penyediaan PPE.  

Penggabungan antara data MIS dan PCA menunjukkan bahwa meskipun pekerja menghargai PPE dan penegakan aturan secara individu, kedua faktor tersebut hanya dapat terwujud secara efektif jika didorong oleh variabel laten Komitmen Manajemen. Artinya, keputusan manajemen untuk menyediakan dan kemauan untuk menegakkan aturan (visibilitas dan akuntabilitas manajemen) adalah prasyarat sistemik yang lebih kuat daripada sekadar keberadaan kebijakan atau peralatan itu sendiri. Keputusan di tingkat puncak ini secara efektif mengubah kebijakan tertulis menjadi infrastruktur keselamatan fisik dan prosedural yang dipersepsikan oleh pekerja.

Kontribusi Utama terhadap Bidang

Studi ini memberikan kontribusi signifikan, terutama dalam konteks penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di negara berkembang, dengan memecah anomali data K3 Nigeria dan memfokuskan lensa penelitian pada segmen tenaga kerja yang paling berisiko.

Validasi Data Persepsi di Tengah Kegagalan Pelaporan

Penelitian ini memvalidasi penggunaan persepsi pekerja sebagai proksi pengukuran risiko yang relevan di lingkungan di mana pelaporan kecelakaan formal hampir tidak ada. Dengan mengidentifikasi 25 faktor yang dinilai sangat penting (MIS > 3.90) , penelitian ini memberikan daftar prioritas yang teruji secara statistik untuk intervensi di tingkat perusahaan yang telah disetujui oleh para pelaksana pekerjaan di lapangan.  

Identifikasi Principal Factor dalam Konteks Negara Berkembang

Penemuan bahwa Komitmen Manajemen adalah faktor penentu terkuat (menjelaskan 13.148% varians) sangat krusial untuk manajemen proyek di negara berkembang. Hal ini menegaskan bahwa di lingkungan di mana peraturan eksternal (pemerintah atau badan regulasi) mungkin tidak memiliki gigi penegakan yang kuat, inisiatif keselamatan didorong secara intrinsik dari internal perusahaan, dimulai dari kepemimpinan. Dengan demikian, investasi riset harus berfokus pada instrumen pengukuran komitmen internal ini.  

Menyoroti Stabilitas Kerja di Atas Insentif

Analisis ini secara eksplisit menggeser fokus dari insentif yang sering diusulkan dalam literatur Barat. Insentif moneter dan non-moneter ditemukan kurang berpengaruh, dengan insentif non-moneter (promosi) menempati peringkat terbawah (MIS 3.27, peringkat 37). Sebaliknya, pekerja menempatkan nilai tinggi pada faktor stabilitas yang lebih mendasar, seperti Kepuasan Kerja dan Keamanan (Job Satisfaction and Security) dengan MIS 4.15.  

Peringkat yang relatif tinggi untuk keamanan kerja dan peringkat yang rendah untuk insentif ini menunjukkan bahwa bagi tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan rendah dan tantangan sosio-ekonomi (mayoritas SSCE ke bawah) , terdapat hierarki kebutuhan keselamatan. Kebutuhan fisiologis (gaji yang stabil, keamanan kerja) harus dipenuhi sebelum motivasi tingkat tinggi (insentif atau promosi) dapat secara efektif mengubah perilaku. Oleh karena itu, intervensi K3 di konteks ini tidak boleh meniru program insentif Barat secara membabi buta, melainkan harus diintegrasikan dengan kebijakan retensi tenaga kerja dan jaminan sosial untuk mencapai keberlanjutan perilaku yang aman.  

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Meskipun penelitian ini meletakkan fondasi yang kuat, keterbatasan yang diakui secara eksplisit dan implisit membuka pertanyaan mendesak bagi komunitas akademik dan penerima hibah riset untuk agenda masa depan.

Keterbatasan Generalisasi dan Lingkup Profesi

Batasan utama studi ini adalah fokusnya yang ketat pada opini tradesmen di Lagos, dan secara eksplisit dicatat bahwa temuan ini mungkin tidak dapat digeneralisasi untuk profesional konstruksi (arsitek, insinyur, manajer proyek). Karena Komitmen Manajemen adalah faktor utama, muncul pertanyaan terbuka: Bagaimana Komitmen Manajemen diterjemahkan atau dimediasi melalui perilaku profesional tingkat atas, dan apakah terdapat diskrepansi persepsi yang signifikan mengenai prioritas keselamatan antara pekerja lini depan dan pengawas/manajer. Penelitian lebih lanjut harus membandingkan persepsi ini untuk mengidentifikasi hambatan komunikasi vertikal.  

Keterbatasan Metodologis: Struktur Kausalitas Lintas Faktor

Meskipun PCA berhasil mengelompokkan faktor (KMO = 0.822), PCA hanya teknik reduksi dimensi, bukan pemodelan kausal. Penelitian ini menyajikan delapan klaster faktor yang berkontribusi menjelaskan 62.877% varians total , namun belum memetakan hubungan hierarkis dan prediktif di antara klaster-klaster ini. Sebagai contoh, klaster Project Design (5.931% varians) dan Environmental (5.871% varians) pasti memengaruhi klaster Safety Process and Procedure (9.797% varians). Oleh karena itu, pertanyaan terbuka adalah bagaimana merancang model yang menguji jalur kausal di antara 8 klaster faktor ini, memungkinkan pemahaman prediktif sistem keselamatan.  

Keterbatasan Budaya dan Pendidikan dalam Intervensi

Fakta bahwa sebagian besar responden berpendidikan SSCE ke bawah dan membutuhkan bantuan peneliti untuk memahami kuesioner menimbulkan masalah efikasi untuk intervensi yang bergantung pada teks dan literasi tinggi, seperti "Well written safety policy and plans" (MIS 4.23). Jika kebijakan tertulis tidak dapat dipahami, maka faktor tersebut tidak akan pernah mencapai potensi dampaknya. Pertanyaan terbuka yang timbul adalah bagaimana efektivitas berbagai modalitas pelatihan (visual, lisan, simulasi, atau Virtual Reality/VR) pada kelompok pekerja konstruksi dengan tingkat literasi formal yang rendah di Nigeria, dan bagaimana hal ini memengaruhi koefisien transfer perilaku keselamatan jangka panjang.  

Struktur komponen utama yang diekstraksi memberikan peta jalan untuk fokus riset berikutnya.

5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan

Berdasarkan prioritas yang ditentukan oleh Principal Factor dan celah pengetahuan yang diidentifikasi dari keterbatasan, lima rekomendasi riset strategis diusulkan.

1. Pemodelan Persamaan Struktural (SEM) untuk Memvalidasi Hubungan Kausal antara Klaster Faktor

Justifikasi Ilmiah: Hasil PCA mengidentifikasi Komitmen Manajemen sebagai pendorong terbesar (13.148% varians). Namun, belum jelas bagaimana klaster sekunder bekerja sebagai mediator. Kelayakan data yang ditunjukkan oleh KMO 0.822 mendukung pengujian kausalitas. Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus menerapkan SEM orde tinggi untuk menguji hipotesis di mana Komitmen Manajemen berperan sebagai variabel latent orde tinggi yang secara positif dan signifikan memprediksi perilaku keselamatan. Pengujian harus fokus pada jalur di mana proses keselamatan (9.797% varians) dan kebijakan (8.883% varians) memediasi hubungan antara komitmen puncak dan hasil di lapangan. Perlunya Penelitian Lanjutan: Ini akan menghasilkan koefisien jalur kausal yang terkuantifikasi, memungkinkan manajer dan penerima hibah untuk memprioritaskan alokasi sumber daya dengan presisi ilmiah, beralih dari korelasi ke prediksi.  

2. Studi Komparatif Lintas Regional dan Lintas Profesi di Nigeria

Justifikasi Ilmiah: Studi ini terbatas pada tradesmen di Lagos, dan temuan tidak digeneralisasi untuk profesional. Lagos memiliki kekhasan yang mungkin berbeda dengan pusat konstruksi lain. Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus direplikasi di pusat konstruksi utama lain di Nigeria (misalnya, Abuja) dan secara eksplisit menyertakan profesional konstruksi (manajer proyek, insinyur) dalam pengambilan sampel. Variabel baru yang harus diuji adalah Persepsi Ketidakcocokan Antar-Level Organisasi (Inter-Level Organizational Discrepancy) untuk mengukur perbedaan prioritas keselamatan antara manajemen dan pekerja lapangan. Perlunya Penelitian Lanjutan: Perbandingan lintas regional dan profesional ini akan menentukan generalisabilitas faktor pendorong K3, memungkinkan pengembangan Kerangka K3 Nasional yang adaptif, bukan hanya Solusi Lagos yang terisolasi.  

3. Eksplorasi Peran Variabel Kognitif dan Literasi dalam Pelaksanaan Pelatihan K3

Justifikasi Ilmiah: Pelatihan (MIS 4.31 dan 4.25) sangat penting , tetapi mayoritas responden memiliki literasi formal yang rendah, yang mengurangi efikasi kebijakan berbasis teks. Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus mengadopsi desain kuasi-eksperimental untuk menguji efektivitas intervensi pelatihan berbasis visual/simulasi (misalnya, pelatihan gamified atau VR sederhana) yang secara khusus ditujukan pada pekerja dengan literasi rendah. Variabel yang diukur adalah retensi pengetahuan keselamatan dan koefisien transfer perilaku (sejauh mana pengetahuan diterjemahkan menjadi tindakan aman). Perlunya Penelitian Lanjutan: Hal ini akan menghasilkan modul pelatihan K3 yang efisien dan budaya-sensitif, memastikan bahwa investasi Komitmen Manajemen dalam pelatihan (yang merupakan bagian dari faktor principal) menghasilkan perubahan perilaku yang nyata di lapangan.  

4. Analisis Pengaruh Upstream Planning (Project Design dan Environmental Factors)

Justifikasi Ilmiah: Klaster Project Design (5.931% varians) dan Environmental (5.871% varians) menunjukkan bahwa keputusan perencanaan yang diambil di awal proyek memiliki kontribusi yang terukur terhadap perilaku di situs. Variabel seperti planned and organized site layout menempati peringkat yang relatif rendah (MIS 3.79, peringkat 29) , menunjukkan perlunya perbaikan hulu. Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus menggunakan studi kasus mendalam untuk mengukur Safety-in-Design (SiD) Maturity Index dari proyek di Lagos dan secara retrospektif menghubungkannya dengan perilaku tidak aman yang dilaporkan. Fokus harus pada integrasi keputusan desain dengan faktor lingkungan yang dapat dikendalikan. Perlunya Penelitian Lanjutan: Penelitian ini memungkinkan pergeseran pencegahan kecelakaan dari intervensi reaktif pada tingkat pekerja (hilir) ke desain dan perencanaan proaktif di tingkat manajer dan perancang (hulu), yang memiliki potensi dampak pencegahan sistemik yang jauh lebih besar.  

5. Pengembangan Indeks Kepatuhan Manajemen Berbasis Tindakan yang Diukur (MVA Index)

Justifikasi Ilmiah: Komitmen Manajemen adalah faktor utama, tetapi perlu diukur secara objektif. Komponennya mencakup tindakan terukur seperti inspeksi rutin (MIS 4.32), penegakan aturan (MIS 4.40), dan alokasi sumber daya. Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus merancang dan memvalidasi Management Visibility and Accountability (MVA) Index yang mengukur frekuensi, kualitas, dan konsistensi dari tindakan manajemen ini. Indeks ini harus mencakup dimensi sanksi yang dialokasikan kepada pekerja karena melanggar aturan keselamatan (MIS 3.95) sebagai ukuran penegakan yang objektif. Perlunya Penelitian Lanjutan: Indeks MVA akan berfungsi sebagai alat diagnostik standar bagi perusahaan dan regulator untuk secara objektif menilai efektivitas Komitmen Manajemen, memfasilitasi audit K3 yang transparan dan dapat diperbandingkan di seluruh industri.  

Potensi Jangka Panjang dan Keterhubungan Sistemik

Temuan bahwa Komitmen Manajemen adalah pendorong kausalitas utama menawarkan potensi jangka panjang yang transformatif bagi sektor konstruksi Nigeria. Jika institusi penelitian berhasil mengembangkan dan memvalidasi alat pengukuran dan intervensi berbasis Management Commitment (seperti MVA Index dan modul pelatihan non-literasi), hal ini akan menciptakan efek domino sistemik:

  1. Peningkatan Kesehatan Fisik dan Produktivitas: Komitmen manajemen yang efektif akan langsung meningkatkan perilaku aman di antara tradesmen, secara signifikan mengurangi fatalitas dan memitigasi risiko cedera atau penyakit kronis yang disinyal mencapai 350.000 kasus setiap tahun.  
  2. Peningkatan Reputasi Sektor dan Daya Saing Global: Mengurangi tingkat kecelakaan yang tinggi akan meningkatkan reputasi industri dan, yang lebih penting, menarik investasi asing dan kontrak yang menghargai standar K3 internasional yang ketat.
  3. Dampak Makroekonomi: Sebagai industri terbesar kedua yang mempekerjakan 25% tenaga kerja , peningkatan keselamatan akan mengurangi hari kerja yang hilang akibat cedera. Ini pada akhirnya berkontribusi signifikan terhadap peningkatan PDB nasional (saat ini 3.01%). Keterhubungan ini menunjukkan bahwa riset perilaku keselamatan bukan hanya masalah kepatuhan atau etika sosial, tetapi juga merupakan imperatif ekonomi dan strategis.  

Ajakan Kolaboratif

Untuk memastikan keberlanjutan, generalisabilitas, dan validitas hasil dari agenda riset yang disarankan di atas—terutama implementasi model SEM, studi komparatif regional, dan validasi indeks MVA—penelitian lebih lanjut harus melibatkan kolaborasi multidisiplin dan lintas benua. Secara khusus, penelitian harus melibatkan Bamidele Olumilua University of Education, Science and Technology, Osun State University, Obafemi Awolowo University (mewakili konteks lokal dan keahlian di Nigeria), Western Sydney University (mewakili praktik terbaik dan validasi metrik di negara maju), dan Universidade Federal do Rio de Janeiro (mewakili keahlian di negara berkembang non-Afrika) untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil yang dapat diterapkan secara global.

(https://doi.org/10.1080/15623599.2024.2325750)