Menembus Batas Lama: Konseptualisasi Ulang Pengembangan Obat melalui Quality by Design (QbD)

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra

05 Agustus 2025, 11.49

Pendahuluan: Menggeser Paradigma Lama

Industri farmasi saat ini berada di tengah transisi penting menuju pendekatan yang lebih ilmiah, sistematis, dan berbasis risiko. Artikel “Application of Quality by Design in the Current Drug Development” menyoroti urgensi transformasi dari pendekatan berbasis Quality by Testing (QbT) menuju Quality by Design (QbD), dengan argumen utama bahwa kualitas produk seharusnya ditanamkan sejak tahap awal pengembangan, bukan hanya diuji setelah diproduksi.

Makalah ini menyajikan narasi yang kuat dan sistematis tentang bagaimana QbD diterapkan secara praktis dalam seluruh siklus hidup obat, mulai dari tahap formulasi hingga produksi, dengan membentangkan kerangka kerja yang didukung prinsip ilmiah dan ekspektasi regulator.

Kontribusi Ilmiah Utama

Artikel ini menawarkan kontribusi penting dalam tiga bidang utama:

  1. Sintesis kerangka teoretis QbD dan aplikasinya dalam industri farmasi.

  2. Penjabaran tahapan implementasi QbD secara praktis, termasuk metodologi dan tools yang digunakan.

  3. Refleksi kritis terhadap keuntungan dan tantangan dari pendekatan QbD.

Melalui struktur naratif yang progresif, artikel ini menjelaskan bagaimana pendekatan QbD memungkinkan produksi obat yang lebih konsisten, efisien, dan terkontrol secara ilmiah.

Kerangka Teoretis: Pilar-pilar Quality by Design

1. Definisi dan Visi QbD

Quality by Design diartikan sebagai pendekatan sistematik untuk pengembangan obat, yang dimulai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan menekankan pemahaman produk serta proses secara mendalam, disertai pengendalian berbasis ilmu pengetahuan dan risiko.

Penulis menyelaraskan visi QbD dengan pedoman ICH Q8, Q9, dan Q10, yang secara kolektif membentuk kerangka regulasi modern dalam pengembangan farmasi.

2. Unsur Kunci QbD

Makalah ini merinci komponen utama QbD sebagai berikut:

  • Target Product Profile (TPP): Deskripsi awal terhadap produk jadi, termasuk rute pemberian, dosis, dan atribut kualitas kritis.

  • Critical Quality Attributes (CQAs): Karakteristik fisik, kimia, biologis, atau mikrobiologis yang harus dikontrol agar menjamin mutu.

  • Critical Material Attributes (CMAs) & Critical Process Parameters (CPPs): Parameter yang memiliki dampak langsung terhadap CQA dan harus dimonitor atau dikendalikan.

  • Control Strategy: Rangkaian kontrol berbasis ilmu untuk menjamin bahwa proses tetap dalam ruang desain yang disetujui.

  • Design Space: Kombinasi multidimensional parameter input dan proses yang diketahui menjamin mutu produk.

Tahapan Implementasi QbD: Dari Teori ke Praktik

H2: Langkah-langkah Sistematik dalam QbD

Artikel ini menyajikan roadmap rinci untuk implementasi QbD sebagai berikut:

1. Penetapan Target Product Profile (TPP)

Langkah awal berupa penjabaran atribut produk ideal yang menjadi acuan sepanjang pengembangan.

2. Identifikasi CQAs

Menggunakan data literatur, riset awal, dan analisis risiko, peneliti menentukan karakteristik utama produk yang perlu dikontrol.

3. Identifikasi CPP dan CMA

Tahap ini mencakup pemetaan atribut bahan baku dan variabel proses yang berdampak langsung terhadap CQA.

4. Risk Assessment

Metode seperti Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) digunakan untuk menilai potensi risiko dari masing-masing parameter.

5. Desain Eksperimen (DoE)

Penggunaan teknik statistika (seperti factorial design, response surface methodology) untuk memetakan pengaruh parameter terhadap output.

6. Pembentukan Design Space

Hasil DoE diintegrasikan untuk menghasilkan ruang desain multidimensi yang memetakan kondisi operasi aman dan optimal.

7. Strategi Kontrol

Meliputi kontrol terhadap bahan baku, proses, dan produk akhir untuk menjaga konsistensi.

8. Manajemen Siklus Hidup Produk

Menggabungkan pendekatan QbD dengan perbaikan berkelanjutan selama proses komersialisasi.

Sorotan Angka dan Refleksi Teoretis

Studi Kasus: Efektivitas DoE dalam Mengembangkan Tablet

Penulis menampilkan satu studi formulasi tablet sebagai ilustrasi penerapan QbD:

  • Variasi kadar pengikat (binder) dan kecepatan granulator menghasilkan tablet dengan kekerasan yang sangat bervariasi.

  • Dengan pendekatan DoE, peneliti mampu mengidentifikasi bahwa kombinasi optimal antara kadar pengikat 4% dan kecepatan impeller 50 rpm menghasilkan tablet dengan CQA ideal.

Refleksi:

Data ini menunjukkan nilai praktis dari QbD: bukan sekadar menghasilkan kualitas yang konsisten, tetapi juga efisiensi eksperimen—karena hanya perlu melakukan uji coba dalam jumlah terbatas, namun informatif.

Kekuatan Argumentasi dan Koherensi Logika

Narasi yang Sistematis dan Instruktif

Makalah ini memiliki struktur yang sangat pedagogis. Penulis memulai dengan definisi konseptual, menjelaskan prinsip dasar, lalu memandu pembaca melalui tiap langkah implementasi dengan logika progresif. Ini membuat topik teknis terasa dapat diakses dan aplikatif.

Penekanan pada Saling Keterkaitan antar Elemen

Setiap komponen QbD tidak diperlakukan sebagai entitas terpisah, tetapi sebagai bagian dari sistem holistik. Misalnya, pemilihan bahan baku (CMA) dikaitkan langsung dengan kebutuhan CQA, dan seluruhnya dikaitkan dengan TPP awal. Logika sistemik ini memperkuat argumen bahwa QbD bukan sekadar metode, tetapi paradigma desain menyeluruh.

Kritik terhadap Pendekatan Penulis

1. Kekurangan Kedalaman pada Aspek Implementasi Nyata

Meskipun artikel menjabarkan tahapan QbD secara menyeluruh, terdapat keterbatasan dalam menggambarkan tantangan implementasi riil di industri, seperti:

  • Ketersediaan data eksperimental dalam fase awal.

  • Hambatan budaya organisasi dalam mengadopsi pendekatan ilmiah.

  • Kompleksitas komunikasi lintas departemen dalam menyelaraskan CQA dan strategi kontrol.

2. Kurang Bahasan pada Integrasi Digital dan Real-Time Monitoring

Artikel kurang menyinggung dimensi digitalisasi dan pemantauan real-time, yang kini menjadi pilar dalam praktik QbD modern—terutama di era Process Analytical Technology (PAT) dan continuous manufacturing.

3. Minim Visualisasi Data dan Studi Kasus

Kecuali satu ilustrasi formulasi tablet, makalah ini relatif miskin contoh numerik lain yang menunjukkan dampak QbD terhadap variabilitas produk atau efisiensi proses. Padahal, kehadiran grafik atau visualisasi bisa memperkuat kekuatan argumentasi.

Daftar Keunggulan QbD Menurut Artikel

H3: Nilai Strategis dari QbD yang Ditekankan

  • ✅ Meningkatkan efisiensi proses pengembangan.

  • ✅ Mengurangi kebutuhan rework dan batch rejection.

  • ✅ Memberikan fleksibilitas operasional dalam ruang desain tanpa memerlukan notifikasi ulang ke regulator.

  • ✅ Meningkatkan pemahaman proses secara ilmiah.

  • ✅ Memungkinkan kontrol berbasis risiko daripada hanya inspeksi akhir.

Implikasi Ilmiah dan Potensi Lanjutan

Artikel ini memperkuat urgensi mengintegrasikan prinsip QbD dalam pendidikan farmasi, pelatihan industri, dan sistem regulasi. Penulis mengimplikasikan bahwa masa depan industri obat akan sangat bergantung pada kemampuan untuk merancang proses dan produk dengan pemahaman mendalam sejak awal.

Potensi masa depan termasuk:

  • Integrasi QbD dengan machine learning untuk prediksi kualitas produk.

  • Pengembangan sistem kendali adaptif berbasis model.

  • Adopsi QbD dalam obat biologis dan terapi canggih (ATMPs).

Kesimpulan: QbD sebagai Paradigma, Bukan Sekadar Alat

Artikel ini memberikan pencerahan penting bahwa Quality by Design bukanlah sebuah teknik semata, tetapi filosofi ilmiah yang menyatukan desain produk, pemahaman proses, dan jaminan mutu dalam satu sistem yang kohesif.

Meskipun artikel ini tidak menyentuh seluruh kompleksitas dunia nyata, ia tetap berperan sebagai fondasi konseptual dan instruksi praktis bagi siapa pun yang ingin memahami bagaimana obat masa kini dan masa depan seharusnya dikembangkan—bukan berdasarkan dugaan, tetapi desain yang terinformasi.

📘 Link resmi paper: https://doi.org/10.1016/j.ijpharm.2018.11.032