Pendahuluan
Longsor merupakan bencana serius di wilayah berbukit seperti Ethiopia Selatan. Studi ini mengulas analisis stabilitas lereng di sepanjang jalan Sawla–Laska, jalur penting sepanjang 52 km yang rawan terganggu akibat struktur tanah lemah, curah hujan tinggi, dan muka air tanah dangkal. Penelitian oleh Kinde, Getahun, dan Jothimani (2024) menggunakan pendekatan uji laboratorium, survei lapangan, dan simulasi numerik untuk memahami penyebab utama dan potensi mitigasi.
Geologi dan Geografi Lokasi
- Terletak di zona Goffa, Ethiopia Selatan
- Ketinggian dan kemiringan lereng bervariasi, banyak lereng >35°
- Dominasi litologi: Basalt, Trachyte, dan tanah sisa pelapukan
- Cuaca tropis dengan curah hujan tahunan rata-rata 1339 mm
Jenis Longsor yang Terjadi
- Rock fall
- Soil/rock slides
- Earth flow Ketiga jenis ini didorong oleh kemiringan tinggi, batuan lapuk, dan infiltrasi air hujan.
Karakteristik Geoteknik Tanah
Kadar Air dan Berat Jenis
- Rata-rata kadar air tanah di lereng:
- Seksi 1: 19–34%
- Seksi 2: 29–35%
- Seksi 3: 36–39%
- Berat jenis kering: 14.95–17.05 kN/m³
- Berat jenis basah: 21.63–24.4 kN/m³
Kekuatan Geser
Hasil dari uji direct shear menunjukkan:
- Seksi 1: kohesi 2–34.7 kN/m², sudut geser 30–37°
- Seksi 2: kohesi 8–11.8 kN/m², sudut geser 18–21°
- Seksi 3: kohesi 11.3–14 kN/m², sudut geser 11–17°
Tanah dengan kadar air tinggi dan sudut geser rendah sangat rentan terhadap longsor.
Klasifikasi Tanah (USCS)
- Silty sand (SM) dan sandy lean clay (CL) dominan di Seksi 1
- Sandy silt (ML) mendominasi di Seksi 2 dan 3
- Aktivitas plastisitas: sebagian besar tanah bersifat tidak aktif (activity < 0.75), hanya satu sampel menunjukkan aktivitas sedang
Analisis Stabilitas Lereng dengan SLOPE/W
Metode:
- Model: Mohr-Coulomb
- Simulasi dengan kondisi muka air:
- Kering (GWT dalam)
- Setengah tinggi lereng
- Permukaan (jenuh air)
Hasil Faktor Keamanan (FoS):
- Seksi 1 (kemiringan 45°):
- FoS kering: 1.041–1.092 (sedikit stabil)
- FoS jenuh: 0.304–0.608 (tidak stabil)
- Seksi 2 (kemiringan 39°):
- FoS semua kondisi: < 0.93 (selalu tidak stabil)
- Seksi 3 (kemiringan 35°):
- FoS semua kondisi: < 0.92 (tidak stabil)
Tren jelas: makin dangkal muka air tanah, makin tidak stabil lereng.
Analisis Kualitas Massa Batuan (Rock Slope & SMR)
- RSs1 (Trachyte): UCS 28.68 MPa, SMR 78–79 → stabil
- RSs2 (Trachyte): UCS 32.25 MPa, SMR 71.1–72 → stabil
- RSs3 (Basalt): UCS 28.83 MPa, SMR 49.9–55.9 → stabil sedang
- RSs4 (Basalt): UCS 18.41 MPa, SMR 39.6–45.1 → tidak stabil
- RSs5 (Basalt): UCS 25.77 MPa, SMR 7–57 → dari sangat buruk hingga sedang
Peran Pelapukan dan Struktur Geologi
- Batuan yang sangat lapuk menunjukkan nilai rebound Schmidt rendah (<25)
- Banyak retakan vertikal dan sendi miring, menyebabkan kelemahan struktural
- Dua patahan besar memotong wilayah studi, memperburuk stabilitas
Kesimpulan dan Rekomendasi
Penyebab Utama Ketidakstabilan:
- Kemiringan lereng curam
- Muka air tanah dangkal
- Tanah dengan plastisitas sedang dan kohesi rendah
- Batuan lapuk dengan sendi dominan
Rekomendasi Teknis:
- Drainase air bawah permukaan untuk turunkan tekanan pori
- Perkuatan lereng dengan vegetasi akar dalam dan teknik rekayasa (revetment, soil nailing)
- Hindari pembangunan di wilayah dengan SMR rendah dan kemiringan >35°
Kritik dan Saran Lanjutan
Studi ini unggul dalam metode komprehensif — gabungan lapangan, lab, dan simulasi numerik. Namun:
- Tidak membahas risiko sosial-ekonomi langsung
- Belum ada skenario mitigasi berbasis biaya
- Dapat diperluas untuk prediksi masa depan dengan metode machine learning
Tetapi sebagai acuan teknis, artikel ini sangat layak dijadikan dasar dalam desain dan pemeliharaan infrastruktur jalan di wilayah tropis berbukit.
Sumber : Melkamie Kinde, Ephrem Getahun, Muralitharan Jothimani (2024). Geotechnical and slope stability analysis in the landslide-prone area: A case study in Sawla – Laska road sector, Southern Ethiopia. Scientific African, Vol. 23, e02071.