Setiap proyek konstruksi, tak peduli skalanya, dimulai dengan sebuah keputusan fundamental: bagaimana proyek itu akan dilaksanakan? Pilihan metode pengiriman proyek (Project Delivery Method - PDM) adalah salah satu keputusan paling krusial yang harus diambil oleh pemilik proyek, karena ia akan menentukan struktur kontrak, alokasi tanggung jawab, manajemen risiko, dan pada akhirnya, kesuksesan proyek secara keseluruhan. Di kota-kota yang berkembang pesat seperti Surabaya, yang terus menyaksikan geliat pembangunan gedung-gedung baru, pemilihan PDM yang tepat menjadi semakin kompleks namun vital. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Andi, Sugianto, dan Lukas dari Petra Christian University, yang dipublikasikan di Civil Engineering Dimension pada tahun 2024, menawarkan kerangka kerja sistematis untuk membantu pemilik proyek di Surabaya dalam membuat keputusan PDM yang optimal. Studi ini tidak hanya mengidentifikasi kriteria-kriteria kunci, tetapi juga mengusulkan model pengambilan keputusan multi-kriteria yang dapat menjadi panduan praktis.
PDM: Lebih dari Sekadar Kontrak, Ini Strategi Proyek
PDM adalah kerangka kerja kontraktual dan organisasi yang mendefinisikan hubungan antara pemilik proyek, desainer, dan kontraktor. Pilihan PDM yang tepat dapat menjadi fondasi kesuksesan, sementara pilihan yang salah dapat membawa pada pembengkakan biaya, keterlambatan jadwal, sengketa, dan penurunan kualitas. Artikel ini menyoroti bahwa berbagai kriteria harus dipertimbangkan secara matang dalam proses pemilihan PDM, termasuk sifat unik proyek konstruksi, karakteristik spesifik pemilik, dan detail proyek itu sendiri.
Secara umum, ada beberapa PDM utama yang banyak digunakan di industri konstruksi global:
-
Design-Bid-Build (DBB) atau Single General Contractor: Ini adalah metode tradisional di mana pemilik mengontrak desainer (arsitek/insinyur) dan kontraktor secara terpisah. Desain diselesaikan terlebih dahulu, kemudian dilelang kepada kontraktor. Keuntungannya adalah kejelasan peran dan tanggung jawab, namun seringkali memakan waktu lebih lama dan memiliki risiko perubahan desain yang lebih tinggi selama konstruksi.
-
Design-Build (DB): Pemilik mengontrak satu entitas tunggal yang bertanggung jawab atas desain dan konstruksi. Keuntungannya adalah efisiensi waktu, satu titik tanggung jawab, dan potensi inovasi. Ini telah banyak dibahas dalam paper sebelumnya, misalnya konteks di Jakarta (Lindawati & Wibowo), Jepang (Suratkoni), dan Sri Lanka (Rathugama).
-
Construction Management (CM): CM dapat berupa CM-at-Risk (CMAR) di mana CM memegang kontrak konstruksi dan bertanggung jawab atas harga maksimum yang dijamin, atau Agency CM di mana CM bertindak sebagai penasihat pemilik.
-
Multiple Primes: Pemilik mengontrak beberapa kontraktor utama secara langsung untuk bagian-bagian pekerjaan yang berbeda. Ini memberikan pemilik kontrol lebih besar, tetapi juga meningkatkan beban koordinasi.
Setiap PDM memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, dan tidak ada "satu ukuran untuk semua" yang cocok untuk setiap proyek. Oleh karena itu, penting untuk memiliki pendekatan yang sistematis dalam memilih PDM yang paling sesuai.
Metodologi Penelitian: Membangun Model Keputusan Multi-Kriteria
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kriteria kunci dalam pemilihan PDM untuk proyek bangunan di Surabaya dan kemudian mengusulkan model pengambilan keputusan. Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini, berdasarkan informasi yang diberikan, adalah pendekatan multi-criteria decision-making (MCDM), khususnya menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP adalah teknik yang kuat untuk menguraikan keputusan kompleks menjadi hierarki elemen yang lebih mudah dikelola, kemudian mengevaluasi setiap elemen berdasarkan perbandingan berpasangan.
Langkah-langkah umum dalam penerapan AHP meliputi:
-
Mendefinisikan Masalah: Menentukan tujuan utama, yaitu pemilihan PDM yang optimal.
-
Mengidentifikasi Alternatif PDM: Dalam kasus ini, alternatif yang diteliti adalah Single General Contractor, Multiple Primes, dan Design-Build.
-
Mengidentifikasi Kriteria Keputusan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pilihan PDM. Peneliti dalam studi ini menilai dan mengevaluasi kriteria-kriteria kunci ini.
-
Membangun Struktur Hierarki: Mengatur tujuan, kriteria, sub-kriteria (jika ada), dan alternatif dalam struktur hierarki.
-
Melakukan Perbandingan Berpasangan: Ahli atau responden memberikan penilaian relatif untuk setiap pasangan kriteria dan alternatif berdasarkan skala AHP (misalnya, 1-9, di mana 1 berarti kepentingan yang sama dan 9 berarti sangat lebih penting).
-
Menghitung Vektor Prioritas: AHP menggunakan matematika matriks untuk menghitung bobot relatif (vektor prioritas) untuk setiap kriteria dan alternatif.
-
Melakukan Uji Konsistensi: AHP juga menghitung rasio konsistensi untuk memastikan bahwa penilaian responden konsisten secara logis.
-
Menentukan Peringkat Akhir: Menggabungkan bobot kriteria dengan bobot alternatif untuk mendapatkan peringkat keseluruhan dan merekomendasikan PDM terbaik.
Pengumpulan data dilakukan melalui survei ahli atau kuesioner yang disebarkan kepada para profesional konstruksi di Surabaya. Responden adalah para pemilik proyek atau pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan PDM.
Temuan Kunci: Kriteria Dominan untuk Pemilihan PDM di Surabaya
Meskipun abstrak tidak merinci bobot numerik spesifik dari setiap kriteria, penelitian AHP umumnya akan menghasilkan peringkat prioritas untuk setiap kriteria yang dipertimbangkan. Kriteria-kriteria kunci yang dievaluasi dalam studi ini kemungkinan besar mencakup, tetapi tidak terbatas pada:
-
Tujuan Proyek: Misalnya, kendala waktu (jadwal agresif), kendala biaya (anggaran ketat), kebutuhan akan inovasi, atau persyaratan kualitas tinggi.
-
Karakteristik Proyek: Seperti kompleksitas desain, ukuran proyek, jenis bangunan (misalnya, perumahan, komersial, industri), atau kondisi situs.
-
Karakteristik Pemilik: Seperti pengalaman pemilik dengan metode pengiriman proyek tertentu, kapasitas internal pemilik untuk manajemen proyek, atau keinginan pemilik untuk kontrol terhadap desain dan konstruksi.
-
Manajemen Risiko: Seberapa besar pemilik ingin mengalihkan risiko kepada kontraktor atau seberapa besar pemilik ingin mempertahankan kontrol risiko.
-
Fleksibilitas dan Perubahan: Seberapa besar kemungkinan perubahan desain atau lingkup selama proyek.
Berdasarkan studi AHP yang khas, kemungkinan besar penelitian ini menemukan bahwa beberapa kriteria memiliki bobot yang jauh lebih tinggi daripada yang lain. Misalnya, bisa jadi "Kendala Waktu" atau "Manajemen Risiko" adalah kriteria paling dominan yang memengaruhi pilihan PDM oleh pemilik proyek di Surabaya. Ini akan mengindikasikan bahwa pemilik cenderung memilih PDM yang dapat menyelesaikan proyek lebih cepat atau yang dapat mengalihkan risiko secara efektif.
Contoh temuan yang mungkin muncul dari penelitian ini (jika angka spesifik disertakan dalam full paper):
-
Bobot Kriteria: Jika Kendala Waktu memiliki bobot prioritas 0.35, Manajemen Risiko 0.25, dan Kontrol Desain 0.15, ini menunjukkan bahwa waktu dan risiko adalah perhatian utama bagi pemilik di Surabaya.
-
Peringkat PDM: Berdasarkan bobot kriteria tersebut, PDM seperti Design-Build (jika kecepatan prioritas) atau Single General Contractor (jika kontrol desain prioritas) akan mendapatkan peringkat lebih tinggi.
Analisis Mendalam: Relevansi Konteks Lokal dan Tantangan Umum
Studi ini memiliki relevansi tinggi karena berfokus pada konteks lokal Surabaya. Setiap kota atau wilayah memiliki dinamika industri konstruksinya sendiri, termasuk budaya bisnis, ketersediaan sumber daya, peraturan lokal, dan tingkat pengalaman profesional.
-
Dinamika Surabaya: Surabaya, sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, adalah pusat pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Tingginya aktivitas pembangunan gedung komersial, perumahan, dan fasilitas publik di Surabaya kemungkinan besar menuntut metode pengiriman proyek yang efisien dan cepat. Hal ini membuat kriteria seperti "kendala waktu" menjadi sangat relevan.
-
Karakteristik Pemilik Proyek di Indonesia: Di Indonesia, pemilik proyek mungkin memiliki tingkat pengalaman yang bervariasi dalam mengelola proyek konstruksi. Beberapa mungkin memiliki departemen manajemen proyek yang kuat, sementara yang lain mungkin lebih memilih untuk menyerahkan tanggung jawab kepada pihak eksternal. Model ini dapat membantu pemilik dengan pengalaman terbatas untuk membuat keputusan yang lebih terinformasi.
-
Perbandingan dengan Penelitian Global: Penelitian serupa tentang pemilihan PDM telah banyak dilakukan di berbagai negara. Misalnya, studi di Amerika Utara seringkali menyoroti faktor-faktor seperti "kolaborasi tim" dan "potensi inovasi" sebagai pendorong pemilihan DB. Studi di Asia Tenggara mungkin menekankan "kemampuan finansial kontraktor" atau "hubungan dengan pemerintah". Studi ini dapat membantu memvalidasi apakah kriteria umum bersifat universal atau ada kekhususan regional.
-
Sebagai contoh, jika studi Andi dkk. menemukan bahwa "biaya awal yang rendah" adalah kriteria dominan, sementara studi di negara maju lebih menekankan "nilai jangka panjang" atau "keberlanjutan", ini menunjukkan perbedaan prioritas yang menarik.
-
-
Peran Pemerintah Daerah: Meskipun studi ini berfokus pada proyek bangunan, pemerintah daerah (misalnya, Pemkot Surabaya) sebagai pemilik proyek juga dapat menggunakan model ini untuk memilih PDM yang tepat untuk proyek infrastruktur lokal mereka, yang juga menghadapi tekanan waktu dan anggaran.
Implikasi Praktis dan Nilai Tambah
Penelitian ini memiliki implikasi praktis yang signifikan bagi industri konstruksi di Surabaya dan sekitarnya:
-
Panduan untuk Pemilik Proyek: Model yang diusulkan AHP ini dapat menjadi alat bantu yang kuat bagi pemilik proyek untuk membuat keputusan PDM yang lebih objektif dan terstruktur. Ini mengurangi ketergantungan pada intuisi atau kebiasaan semata.
-
Transparansi dalam Pengambilan Keputusan: Dengan menguraikan kriteria dan bobotnya, proses pemilihan PDM menjadi lebih transparan, yang dapat mengurangi konflik dan meningkatkan akuntabilitas.
-
Optimalisasi Kinerja Proyek: Dengan memilih PDM yang paling sesuai dengan karakteristik dan tujuan proyek, peluang kesuksesan (tepat waktu, sesuai anggaran, kualitas tinggi) dapat meningkat secara signifikan.
-
Pendidikan Industri: Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengedukasi para pemangku kepentingan di industri konstruksi (pengembang, kontraktor, konsultan) tentang pentingnya pemilihan PDM yang strategis.
-
Dasar untuk Penelitian Lanjutan: Model ini dapat menjadi fondasi untuk penelitian lebih lanjut, seperti pengembangan perangkat lunak berbasis AHP untuk pemilihan PDM, atau integrasi dengan faktor keberlanjutan dan risiko dalam model keputusan.
Kritik dan Saran Pengembangan
Meskipun penelitian ini sangat relevan dan metodologinya kuat, ada beberapa area yang dapat menjadi fokus untuk pengembangan lebih lanjut:
-
Validasi Empiris Lebih Lanjut: Meskipun AHP melibatkan input dari para ahli, validasi model dengan mengaplikasikannya pada sejumlah proyek nyata di Surabaya dan membandingkan hasilnya dengan kinerja proyek aktual akan sangat memperkuat argumen.
-
Kriteria Keberlanjutan dan Dampak Sosial: Mengingat semakin pentingnya isu keberlanjutan dalam konstruksi, akan sangat berharga jika model ini diperluas untuk memasukkan kriteria terkait dampak lingkungan (CO_2 emisi, penggunaan material daur ulang) dan dampak sosial (partisipasi komunitas, penciptaan lapangan kerja lokal).
-
Penggunaan Data Kuantitatif Objektif: Selain input subjektif dari para ahli, integrasi data kinerja proyek historis yang objektif (misalnya, cost overrun, schedule delay, data kualitas) dapat meningkatkan akurasi dan objektivitas model.
-
Dinamika Pasar Kontraktor: Penelitian dapat diperluas untuk mempertimbangkan dinamika pasar kontraktor di Surabaya. Apakah ada banyak kontraktor yang berpengalaman dalam metode DB? Apakah ada persaingan yang sehat di setiap PDM?
-
Peran Teknologi: Bagaimana peran teknologi, seperti BIM atau digital twins, dapat memengaruhi pilihan PDM? PDM tertentu mungkin lebih cocok untuk proyek-proyek yang sangat mengandalkan teknologi canggih.
Kesimpulan: Menentukan Arah Proyek di Surabaya dan Lebih Jauh
Penelitian oleh Andi, Sugianto, dan Lukas adalah kontribusi penting yang mengisi kesenjangan dalam literatur tentang pemilihan PDM dalam konteks kota berkembang seperti Surabaya. Dengan menyediakan model berbasis AHP, studi ini memberdayakan pemilik proyek untuk membuat keputusan yang lebih cerdas dan terinformasi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan tingkat keberhasilan proyek konstruksi di wilayah tersebut.
Di era proyek yang semakin kompleks dan menuntut, kemampuan untuk memilih PDM yang tepat bukanlah lagi kemewahan, melainkan kebutuhan. Penelitian ini tidak hanya memberikan alat praktis, tetapi juga mendorong pemikiran yang lebih strategis dalam manajemen proyek, membuka jalan menuju industri konstruksi yang lebih efisien, adaptif, dan sukses di Surabaya dan di seluruh Indonesia.
Sumber Artikel:
Andi, Sugianto, S.E., & Lukas, Y.S. (2024). Project Delivery Method Selection Criteria for Building Projects in Surabaya, Indonesia. Civil Engineering Dimension, 26(2), 111-119. Diakses dari https://doi.org/10.9744/ced.26.2.111-119