Membuat Pelatihan Keselamatan "Melekat": Model Komprehensif tentang Keterlibatan dan Transfer
Pelatihan keselamatan adalah komponen inti dari manajemen keselamatan modern, bertujuan untuk membekali pekerja dengan pengetahuan, motivasi, dan perilaku yang diperlukan untuk mengurangi risiko cedera. Namun, dibandingkan dengan bentuk pelatihan okupasional lainnya, pelatihan keselamatan menghadapi serangkaian tantangan unik yang sering kali menghambat keterlibatan peserta didik dan keberhasilan transfer (aplikasi) pengetahuan ke tempat kerja.
Penelitian yang ada cenderung berfokus pada faktor-faktor spesifik secara terpisah, seperti fitur desain atau dukungan sosial. Untuk mengatasi fragmentasi ini, penelitian ini menyajikan model teoritis terintegrasi yang komprehensif, mensintesis literatur pelatihan keselamatan selama satu dekade (2010–2020) dengan model pelatihan okupasional umum. Tujuannya adalah untuk memberikan kerangka kerja yang bernuansa dan holistik, yang disesuaikan untuk mengatasi tantangan yang melekat dalam konteks keselamatan , sehingga memungkinkan perancang dan praktisi pelatihan untuk memaksimalkan efektivitas dan keberlanjutan hasil.
Jalur Logis Menuju Temuan
Jalur logis penelitian dimulai dengan mengidentifikasi mengapa pelatihan keselamatan sering kali gagal "melekat" atau mentransfer ke perilaku kerja sehari-hari.
Tantangan Unik yang Menghambat Transfer:
- Resistensi Perubahan: Perilaku keselamatan sering kali sangat teratur dan rutin, menjadikannya sangat resisten terhadap perubahan yang diupayakan oleh pelatihan.
- Sifat Mandatori: Banyak program diwajibkan oleh regulator, yang mengurangi rasa pilihan dan determinasi diri (self-determination) peserta, yang dapat menghambat motivasi untuk terlibat.
- Birokratisasi dan Redundansi: Kelebihan atau pengulangan program pelatihan dapat menghalangi motivasi, terutama jika isinya dianggap tidak relevan.
- Peluruhan Pengetahuan (Decay): Sebagian keterampilan, khususnya yang berkaitan dengan skenario darurat, jarang diterapkan di tempat kerja, yang meningkatkan peluruhan pengetahuan seiring berjalannya waktu.
Model Terintegrasi sebagai Solusi: Mengingat tantangan ini, penelitian ini bertujuan untuk menyusun kerangka teoritis menyeluruh yang mengintegrasikan berbagai faktor pendorong. Model yang diusulkan, yang diadaptasi dari literatur transfer pelatihan seminal (Baldwin & Ford, 1988), mengelompokkan faktor-faktor yang memengaruhi transfer pelatihan keselamatan—melalui mediasi
Keterlibatan Pelatihan Keselamatan—menjadi tiga kategori utama :
- Faktor Pra-Pelatihan: Ini adalah karakteristik yang dibawa peserta didik dan organisasi ke dalam lingkungan belajar. Ini termasuk Faktor Individual (seperti kepribadian, keyakinan keselamatan, dan sikap), Faktor Kontekstual (seperti sifat wajib/sukarela pelatihan), dan Faktor Organisasi (seperti budaya dan Iklim Transfer Pelatihan Keselamatan).
- Faktor Desain dan Penyampaian Pelatihan: Ini merujuk pada bagaimana pelatihan dikonfigurasi dan dieksekusi, mencakup aspek-aspek seperti kesetiaan pelatihan (fidelity), penyelarasan pelatihan/tempat kerja, penggunaan prinsip pembelajaran dewasa, dan kredibilitas pelatih.
- Keterlibatan Pelatihan Keselamatan (The Meditator): Konstruk within-training ini adalah kombinasi dari aktivitas kognitif, emosional/afektif, dan perilaku optimal yang mendorong motivasi belajar. Keterlibatan yang berhasil (termasuk pengalaman emosional, perhatian, dan partisipasi aktif) adalah anteseden proksimal untuk Pembelajaran, yang pada gilirannya mengarah pada Transfer Pelatihan Keselamatan yang berhasil—pemeliharaan dan generalisasi keterampilan dan pengetahuan di tempat kerja. Kehadiran
Peluang untuk Menerapkan setelah pelatihan bertindak sebagai dukungan kritis untuk transfer yang berkelanjutan.
Sorotan Temuan Deskriptif Kuantitatif Meskipun penelitian ini merupakan ulasan kualitatif, sintesis temuan ini menegaskan pentingnya faktor kontekstual: Penelitian sebelumnya (Burke et al., 2008) menemukan bahwa Iklim Keselamatan (Safety Climate) memoderasi hubungan pelatihan-insiden, dengan iklim yang lebih positif memperkuat pengurangan insiden. Temuan ini menunjukkan hubungan kuat antara konteks organisasi dan keberhasilan transfer pelatihan—sebuah variabel yang menunjukkan potensi signifikan untuk objek penelitian lanjutan.
Kontribusi Utama terhadap Bidang
Model terintegrasi ini memberikan tiga kontribusi fundamental bagi komunitas akademik dan praktisi K3 :
- Penyediaan Kerangka Kerja Teoritis Holistik: Model ini adalah kerangka kerja menyeluruh yang pertama untuk pelatihan keselamatan, menggabungkan faktor-faktor pra-pelatihan (individu dan organisasi), faktor desain/penyampaian, keterlibatan, dan transfer. Ini mengatasi keterbatasan literatur yang ada yang cenderung berfokus pada faktor-faktor terpisah.
- Konseptualisasi Keterlibatan Pelatihan (Engagement) sebagai Konstruk Within-Training: Penelitian ini mengisi kekosongan dengan mendefinisikan Keterlibatan Pelatihan Keselamatan sebagai konstruk multidimensi (kognitif, emosional, perilaku) yang dapat diukur dan dievaluasi selama proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan diagnosis efek in-situ dari desain dan penyampaian, berlawanan dengan fokus tradisional pada motivasi pra- dan pasca-pelatihan.
- Memberikan Wawasan Praktis dan Consumer-Centric: Dengan mengorganisir faktor-faktor pendorong transfer secara kronologis (sebelum, selama, dan setelah pelatihan), penelitian ini menawarkan wawasan teoretis dan peluang praktis yang jelas bagi perancang dan praktisi untuk membuat program pelatihan yang lebih efektif, relevan, dan "melekat".
Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka
Ulasan ini menyoroti sejumlah keterbatasan dalam penelitian yang ada dan celah yang perlu diisi oleh riset ke depan :
- Kurangnya Model Integratif yang Disesuaikan Konteks: Meskipun literatur pelatihan okupasional yang lebih luas memiliki model-model integratif, penerapan langsungnya pada keselamatan mungkin tidak tepat. Pelatihan keselamatan memiliki karakteristik unik, seperti sikap pelajar terhadap keselamatan, kebutuhan untuk menerapkan pembelajaran dalam skenario darurat yang jarang terjadi (peluruhan pengetahuan), dan sifat pelatihan yang seringkali diwajibkan.
- Keterlibatan Pelatihan sebagai Konstruk Kurang Diteliti: Keterlibatan pelatihan masih merupakan konstruk yang relatif kurang diteliti dan seringkali tidak didefinisikan secara eksplisit, melainkan hanya diukur melalui proksi. Penelitian lanjutan diperlukan untuk menyempurnakan pengukuran dan pemahaman tentang Keterlibatan Pelatihan Keselamatan sebagai proses
within-training yang multidimensi.
- Fokus Penelitian yang Terlalu Sempit: Sebagian besar studi empiris sebelumnya hanya berfokus pada sekumpulan faktor yang sempit, seperti dukungan sosial atau motivasi individu, sehingga mengabaikan interaksi yang kompleks antara faktor-faktor pada tingkat individu, desain, dan organisasi.
- Mekanisme Peluruhan (Decay) dan Pencegahan Relapse: Peluruhan pengetahuan (decay) adalah tantangan unik karena keterampilan keselamatan seringkali hanya digunakan dalam keadaan darurat. Sementara model yang diajukan memasukkan training booster/refresher strategy sebagai faktor penyampaian, bukti empiris tentang desain dan waktu yang optimal untuk intervensi ini masih kurang dan memberikan hasil yang beragam.
5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan
Arah riset ke depan harus bergeser dari fokus biner (transfer terjadi atau tidak) menuju pemodelan dinamika proses transfer. Untuk memajukan bidang ini secara signifikan, berikut adalah lima rekomendasi riset yang didasarkan pada celah yang diidentifikasi dalam model :
- Pemodelan Dinamis Transfer Pelatihan dan Iklim Keselamatan (Metode Longitudinal):
- Justifikasi Ilmiah: Transfer pelatihan harus dipahami sebagai proses yang berfluktuasi seiring waktu (bukan hasil biner), dipengaruhi oleh variabel prediktor dinamis seperti dukungan penyelia.
- Metode/Variabel Baru: Penelitian harus menggunakan metode longitudinal untuk memodelkan Iklim Keselamatan (Safety Climate)—sebuah variabel yang diketahui bersifat dinamis dan bertindak sebagai indikator terdepan maupun tertinggal—secara paralel dengan perilaku transfer.
- Perlunya Penelitian Lanjutan: Pemodelan ini dapat menjelaskan mengapa pelatihan yang dirancang dengan baik gagal diterapkan dalam praktik, dengan menangkap efek sosial kontekstual yang berubah.
- Mengidentifikasi Konfigurasi Faktor Optimal untuk Jenis Pelatihan Spesifik (Konteks Baru):
- Justifikasi Ilmiah: Tidak ada solusi one-size-fits-all. Pelatihan yang berbeda (misalnya, pengetahuan deklaratif vs. pemecahan masalah) memerlukan konfigurasi faktor transfer yang berbeda untuk dioptimalkan.
- Metode/Variabel Baru: Riset harus menguji secara empiris konfigurasi faktor desain dan penyampaian (misalnya, teknologi fidelitas tinggi, error-based learning, atau metode ceramah tradisional) yang paling efektif untuk berbagai jenis pelatihan keselamatan (misalnya, pengenalan bahaya vs. pengambilan keputusan darurat).
- Perlunya Penelitian Lanjutan: Hal ini akan memberikan panduan yang lebih spesifik dan efisien bagi praktisi tentang cara mengalokasikan sumber daya.
- Investigasi Mendalam tentang Mekanisme Kredibilitas Pelatih (Variabel Baru):
- Justifikasi Ilmiah: Karakteristik pelatih, khususnya kredibilitas (kepercayaan dan kompetensi yang dirasakan), secara eksplisit diidentifikasi sebagai salah satu faktor spesifik pelatihan keselamatan yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Ketika pelatih dianggap sebagai "orang luar," kesediaan peserta didik untuk terlibat mungkin berkurang.
- Metode/Variabel Baru: Studi kualitatif atau eksperimental diperlukan untuk mengeksplorasi secara rinci keterampilan dan strategi spesifik yang digunakan oleh pelatih keselamatan untuk membangun kepercayaan dan menciptakan lingkungan belajar yang positif, terutama di tempat kerja di mana latar belakang operasional pelatih dapat meningkatkan atau menurunkan kredibilitas.
- Perlunya Penelitian Lanjutan: Memahami mekanisme ini akan meningkatkan penyampaian pelatihan secara langsung, sebuah faktor yang berada dalam jangkauan organisasi untuk dipengaruhi.
- Memahami Interaksi Kompleks antara Faktor Individual dan Kontekstual:
- Justifikasi Ilmiah: Sama seperti iklim keselamatan, transfer pelatihan dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks antara faktor individual, kelompok, dan organisasi. Misalnya, karyawan dengan masa kerja yang kurang atau kurang terbuka terhadap pengalaman mungkin kurang terpengaruh oleh konteks sosial.
- Metode/Variabel Baru: Riset harus menyelidiki interaksi (moderasi) antara karakteristik individu yang unik (misalnya, sikap negatif, locus of control) dan status pelatihan (mandatori/sukarela) terhadap Keterlibatan Pelatihan.
- Perlunya Penelitian Lanjutan: Temuan ini akan membantu perancang pelatihan untuk menyesuaikan intervensi (misalnya, modul kesiapan pra-pelatihan) untuk "mengalirkan" peserta didik berdasarkan keyakinan dan sikap mereka yang sudah ada.
- Pengujian Empiris Desain dan Waktu Pelatihan Penyegar (Booster) (Metode Baru):
- Justifikasi Ilmiah: Peluruhan pengetahuan adalah masalah utama dalam pelatihan keselamatan karena terbatasnya peluang penerapan. Meskipun pelatihan penyegar (refresher) telah menunjukkan hasil yang lebih positif dibandingkan dengan pencegahan kambuh (relapse prevention), panduan spesifik mengenai waktu dan format yang optimal masih belum jelas.
- Metode/Variabel Baru: Penelitian eksperimental harus membandingkan format pelatihan penyegar yang berbeda (misalnya, praktik fisik vs. latihan simbolik/tertulis) dan menguji periode waktu optimal untuk retensi jangka panjang, seperti sekitar satu bulan setelah sesi awal.
- Perlunya Penelitian Lanjutan: Hal ini sangat penting untuk pelatihan darurat, di mana retensi keterampilan jangka panjang sangat penting untuk melindungi nyawa dan aset.
Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi seperti Queensland University of Technology (QUT) ,National Safety Council, dan Spesialis Interaksi Manusia-Komputer untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil.