Membongkar Risiko Tersembunyi: Arah Riset Masa Depan untuk Nyeri Punggung Bawah pada Operator Alat Berat

Dipublikasikan oleh Raihan

17 Oktober 2025, 10.13

Penelitian oleh Andi Yepita Deviyanti dari Universitas Hasanuddin menyajikan sebuah analisis mendalam mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) atau Low Back Pain (LBP) pada populasi pekerja yang sangat spesifik dan berisiko tinggi: operator alat berat di proyek pembangunan Makassar New Port. Riset ini tidak hanya mengonfirmasi beberapa faktor risiko yang telah diketahui, tetapi juga menawarkan model kausal yang lebih bernuansa dengan menggunakan analisis jalur (path analysis), yang membuka jalan bagi arah penelitian baru yang lebih terfokus.

Studi ini berangkat dari premis bahwa NPB adalah masalah kesehatan kerja global yang signifikan, terutama di sektor konstruksi yang mengandalkan alat berat. Operator alat berat terpapar berbagai faktor risiko secara simultan, termasuk getaran seluruh tubuh (whole-body vibration), posisi kerja statis (duduk) dalam waktu lama, serta tuntutan fisik lainnya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membedah pengaruh usia, masa kerja, posisi kerja, dan getaran seluruh tubuh terhadap kelelahan, dan bagaimana kelelahan tersebut pada akhirnya berdampak pada keluhan NPB.

Dengan menggunakan desain observasional analitik dan pendekatan cross-sectional pada 32 responden, penelitian ini memodelkan hubungan antar variabel. Temuan utamanya sangat mencerahkan. Hasil analisis jalur menunjukkan adanya pengaruh langsung yang signifikan secara statistik dari usia (p=0.000) dan posisi kerja (p=0.009) terhadap NPB. Ini mengindikasikan bahwa seiring bertambahnya usia dan dengan postur kerja yang tidak ergonomis, risiko mengalami NPB meningkat secara langsung, terlepas dari faktor lain.

Namun, kontribusi paling menarik dari riset ini terletak pada temuan mengenai getaran dan masa kerja. Getaran seluruh tubuh ditemukan tidak memiliki pengaruh langsung, melainkan pengaruh tidak langsung yang signifikan terhadap NPB (p=0.029). Hal ini menunjukkan bahwa getaran kemungkinan besar menyebabkan NPB melalui variabel perantara, yaitu kelelahan. Getaran membuat operator lebih cepat lelah, dan kondisi lelah inilah yang kemudian memicu atau memperburuk keluhan nyeri punggung. Temuan ini memberikan wawasan mekanistik yang krusial. Sebaliknya, masa kerja secara mengejutkan tidak menunjukkan pengaruh signifikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Temuan nol (null finding) ini sama pentingnya dengan temuan positif, karena menantang asumsi umum bahwa semakin lama seseorang bekerja, semakin besar risiko NPB yang dihadapinya, setidaknya dalam konteks spesifik penelitian ini.

Kontribusi Utama terhadap Bidang

Kontribusi paling signifikan dari penelitian ini adalah penggunaan analisis jalur untuk membedah hubungan yang kompleks antar variabel risiko. Alih-alih hanya menyatakan bahwa beberapa faktor berkorelasi dengan NPB, riset ini mencoba memetakan jalur kausalnya. Dengan memisahkan efek langsung dan tidak langsung, studi ini memberikan model konseptual yang lebih kuat:

  1. Mengidentifikasi Kelelahan sebagai Mediator Kunci: Penelitian ini secara kuantitatif menunjukkan peran kelelahan sebagai jembatan antara paparan lingkungan (getaran) dan dampak kesehatan (NPB). Ini menggeser fokus intervensi dari sekadar mengurangi getaran menjadi juga mengelola kelelahan secara aktif.
  2. Menyoroti Faktor Dominan: Temuan bahwa usia dan posisi kerja memiliki dampak langsung memperkuat pentingnya kebijakan penempatan kerja yang disesuaikan dengan usia dan intervensi ergonomi yang agresif.
  3. Menghasilkan Hipotesis Baru: Temuan nol terkait masa kerja memicu pertanyaan penting tentang healthy worker effect atau faktor-faktor lain yang mungkin menutupi dampak durasi kerja dalam populasi ini.

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Meskipun memberikan wawasan penting, penelitian ini memiliki keterbatasan yang secara inheren membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut. Ukuran sampel yang relatif kecil (32 responden) membatasi generalisasi temuan ke populasi operator alat berat yang lebih luas. Selain itu, desain cross-sectional hanya menangkap potret sesaat dan tidak dapat menetapkan kausalitas secara definitif; hubungan yang teramati bisa jadi bersifat dua arah.

Keterbatasan ini melahirkan beberapa pertanyaan terbuka yang krusial:

  • Apakah model jalur yang diusulkan (terutama efek tidak langsung getaran dan efek nol dari masa kerja) dapat direplikasi pada sampel yang lebih besar dan lebih beragam di berbagai proyek konstruksi?
  • Bagaimana hubungan ini berkembang dari waktu ke waktu? Apakah efek kelelahan sebagai mediator menjadi lebih jelas seiring bertambahnya paparan kumulatif?
  • Faktor spesifik apa dalam "posisi kerja" yang paling berkontribusi terhadap NPB? Apakah sudut sandaran, jangkauan kontrol, atau durasi posisi statis?

5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan Justifikasi Ilmiah)

Berdasarkan temuan dan keterbatasan dalam paper ini, berikut adalah lima arah penelitian lanjutan yang sangat direkomendasikan bagi komunitas akademik dan lembaga pendanaan:

  1. Studi Kohort Longitudinal untuk Menegakkan Kausalitas.
  • Dasar: Keterbatasan desain cross-sectional yang hanya menunjukkan asosiasi.
  • Metode Baru: Melakukan studi kohort prospektif dengan mengikuti sekelompok operator alat berat selama 3–5 tahun. Data tentang paparan getaran, postur kerja (menggunakan sensor wearable), kelelahan subjektif, dan insiden NPB dikumpulkan secara berkala.
  • Justifikasi: Penelitian ini akan memungkinkan peneliti untuk mengamati perkembangan NPB dari waktu ke waktu dan secara lebih definitif menetapkan apakah paparan getaran dan posisi kerja yang buruk benar-benar menyebabkan kelelahan dan NPB, serta pada titik mana intervensi paling efektif.
  1. Validasi Model Jalur dengan Structural Equation Modeling (SEM) pada Sampel Besar.
  • Dasar: Ukuran sampel yang kecil (N=32) dan potensi model analisis jalur yang telah ditunjukkan.
  • Metode Baru: Mereplikasi studi ini dengan sampel yang jauh lebih besar (misalnya, N > 250) dari berbagai proyek infrastruktur di Indonesia. Analisis data harus menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menguji kecocokan model secara lebih kuat dan mengeksplorasi variabel laten (misalnya, "stres kerja fisik" yang terdiri dari getaran dan posisi kerja).
  • Justifikasi: Ini akan menguji apakah model kausal yang diidentifikasi dalam penelitian ini dapat digeneralisasi. Validasi pada skala besar akan memberikan dasar bukti yang lebih kuat untuk pedoman K3 nasional di sektor konstruksi.
  1. Dekomposisi Variabel "Posisi Kerja" melalui Analisis Biomekanik.
  • Dasar: Temuan bahwa posisi kerja memiliki pengaruh langsung yang kuat (p=0.009).
  • Metode Baru: Menggunakan metode observasi langsung yang terperinci dan analisis video, dikombinasikan dengan sensor elektromiografi (EMG) pada otot punggung bawah, untuk mengukur secara objektif aktivitas otot selama berbagai manuver pengoperasian alat berat. Metode penilaian postur seperti REBA dapat diperdalam untuk mengidentifikasi gerakan atau postur mikro yang paling berisiko.
  • Justifikasi: Penelitian saat ini mengategorikan posisi kerja secara umum. Riset lanjutan ini akan mengidentifikasi elemen spesifik mana dari posisi kerja (misalnya, fleksi lumbal, torsi batang tubuh) yang paling membebani tulang belakang, sehingga memungkinkan desain ulang kabin dan pelatihan operator yang jauh lebih bertarget.
  1. Investigasi Fisiologis Jalur Getaran-Kelelahan-Nyeri.
  • Dasar: Temuan kunci mengenai efek tidak langsung getaran terhadap NPB melalui kelelahan.
  • Variabel Baru: Melakukan studi eksperimental di laboratorium atau lapangan terkontrol yang mengukur respons fisiologis terhadap getaran. Variabel yang diukur dapat mencakup heart rate variability (HRV) sebagai indikator stres sistem saraf otonom, kadar laktat darah sebagai penanda kelelahan otot, dan waktu reaksi sebagai ukuran kelelahan kognitif.
  • Justifikasi: Ini akan memberikan bukti objektif untuk mendukung mekanisme yang dihipotesiskan. Jika getaran terbukti secara konsisten mengubah penanda fisiologis kelelahan, ini akan memperkuat argumen untuk standar paparan getaran yang lebih ketat dan pengembangan teknologi peredam getaran yang lebih baik.
  1. Studi Komparatif untuk Menjelaskan Temuan Nol pada "Masa Kerja".
  • Dasar: Temuan yang tidak terduga bahwa masa kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap NPB.
  • Konteks Baru: Merancang studi komparatif yang membandingkan populasi operator pada proyek konstruksi jangka pendek (seperti Makassar New Port) dengan operator di lingkungan kerja yang lebih stabil dan jangka panjang (misalnya, pertambangan atau kehutanan). Studi ini akan mengontrol variabel perancu seperti kebijakan K3 perusahaan dan tingkat turnover pekerja.
  • Justifikasi: Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: mengapa masa kerja tidak menjadi faktor? Apakah karena healthy worker effect (pekerja dengan NPB cenderung keluar lebih awal)? Ataukah karena intensitas paparan pada proyek jangka pendek begitu tinggi sehingga menutupi efek paparan kronis jangka panjang? Jawabannya memiliki implikasi penting untuk strategi retensi pekerja dan program kesehatan jangka panjang.

Ajakan untuk Kolaborasi

Temuan awal dari riset ini memberikan fondasi yang kokoh, namun untuk mewujudkan potensi dampaknya, diperlukan upaya kolaboratif. Penelitian lebih lanjut harus melibatkan kolaborasi antara pusat-pusat akademik seperti Universitas Hasanuddin, entitas industri seperti PT. Pembangunan Perumahan (PP) yang mengelola proyek-proyek ini, dan badan regulasi atau ahli K3 seperti Balai K3 Makassar. Kemitraan semacam ini akan memastikan bahwa penelitian tidak hanya valid secara ilmiah tetapi juga relevan dengan kebutuhan industri dan dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja di seluruh Indonesia.

Baca paper aslinya di sini: http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/18945