Filosofi keselamatan "Nol" (seperti Zero Harm atau Vision Zero) telah menjadi pendekatan dominan dalam manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industri konstruksi global. Didukung oleh argumen etis yang tampaknya tak terbantahkan—bahwa menerima target selain nol berarti menerima adanya cedera—konsep ini diadopsi secara luas di tingkat C-Suite. Namun, di balik popularitasnya, terdapat kelangkaan bukti empiris yang mendukung efektivitasnya dalam mengurangi insiden paling parah. Paper "Making zero work for construction safety in a post-zero world" oleh Sherratt, Harch, dan Perez (2024) secara sistematis mendekonstruksi validitas "Nol", menyajikan argumen teoretis yang kuat dan analisis kuantitatif yang menantang status quo ini.
Paper tersebut berargumen bahwa "Nol" secara konseptual cacat karena beberapa alasan fundamental. Pertama, ia bersifat ahistoris. Asumsi bahwa "semua kecelakaan dapat dicegah" mengabaikan fakta bahwa banyak tugas konstruksi dirancang selama Revolusi Industri Pertama, sebuah era di mana pekerja dianggap dapat dikorbankan dan keselamatan bukanlah pertimbangan desain utama. Akibatnya, menerapkan slogan keselamatan modern pada sistem kerja yang secara inheren tidak aman tanpa merekayasa ulang tugas itu sendiri adalah tindakan yang tidak logis. Kedua, "Nol" bertentangan dengan kerangka hukum yang mendasari regulasi K3 di banyak negara, termasuk AS, Inggris, dan Australia. Legislasi ini dibangun di atas prinsip "sejauh dapat dipraktikkan secara wajar" (so far as is reasonably practicable), yang menuntut keseimbangan antara risiko, biaya, dan upaya. Sebaliknya, "Nol" adalah sebuah absolutisme yang tidak memungkinkan adanya keseimbangan, menciptakan disonansi operasional bagi manajer. Ketiga, dari perspektif sosial, "Nol" dipandang sebagai produk dari "hiperbola linguistik" abad ke-21. Dalam budaya korporat yang terobsesi dengan slogan-slogan ekstrem seperti "terdepan di dunia", "Nol" menjadi norma yang diharapkan. Namun, penggunaan yang berlebihan ini menyebabkan "kelelahan linguistik", di mana pekerja di lapangan menganggapnya sebagai propaganda yang tidak memiliki substansi nyata, yang berpotensi menyebabkan sinisme dan keterasingan.
Untuk menguji klaim "Nol" secara empiris, penelitian ini menganalisis data Cedera Serius dan Kematian (Serious Injuries and Fatalities - SIF) dari industri konstruksi AS selama periode 2018–2022. Sampel terdiri dari 15 perusahaan konstruksi terbesar, yang diklasifikasikan menjadi kelompok "Nol" (n=6) yang secara publik mengadopsi kebijakan keselamatan berbasis nol, dan kelompok "non-Nol" (n=9).
Analisis data mentah pada awalnya tampak mendukung kebijakan "Nol". Perusahaan dalam kelompok "Nol" secara kolektif mencatat lebih sedikit insiden SIF (10 kematian dan 7 cedera serius) dibandingkan dengan kelompok "non-Nol" (16 kematian dan 23 cedera serius). Namun, temuan deskriptif ini bisa menyesatkan. Untuk mengevaluasi signifikansi statistik dari perbedaan ini, peneliti menggunakan Welch's t-test, sebuah uji statistik yang sesuai untuk sampel dengan varians yang tidak sama. Hasilnya sangat mencerahkan: perbedaan dalam hasil SIF antara kedua kelompok ditemukan tidak signifikan secara statistik, dengan nilai p=0.41. Dalam terminologi statistik, ini berarti tidak ada cukup bukti untuk menolak hipotesis nol—yaitu, tidak ada perbedaan nyata dalam kinerja SIF antara perusahaan yang mengadopsi "Nol" dan yang tidak. Data tersebut bersifat ekuivokal: tidak membuktikan bahwa "Nol" gagal, tetapi juga sama sekali tidak memberikan bukti bahwa ia berhasil.
Perbandingan Statistik Insiden SIF antara Perusahaan 'Zero' dan 'Non-Zero' (2018-2022)
Metrik untuk Perusahaan 'Zero':
- Jumlah Perusahaan (n): 6
- Total Kematian: 10
- Total Cedera Serius: 7
- Total Insiden SIF: 17
- Rata-rata SIF per Perusahaan: 2.83
- Standar Deviasi: 0.75
Metrik untuk Perusahaan 'Non-Zero':
- Jumlah Perusahaan (n): 9
- Total Kematian: 16
- Total Cedera Serius: 23
- Total Insiden SIF: 39
- Rata-rata SIF per Perusahaan: 4.33
- Standar Deviasi: 5.10
Hasil Welch's t-test (p−value) untuk kedua kelompok: 0.41 (Tidak Signifikan)
Sumber: Diadaptasi dari Sherratt et al. (2024)
Temuan kuantitatif ini, yang menggemakan hasil studi serupa sebelumnya di Inggris, menunjukkan hubungan yang lemah antara retorika keselamatan "Nol" dan hasil keselamatan yang sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa adopsi "Nol" mungkin lebih merupakan cerminan dari kematangan organisasi atau tekanan eksternal daripada strategi intervensi yang efektif secara inheren.
Kontribusi Utama terhadap Bidang
Penelitian oleh Sherratt et al. (2024) memberikan tiga kontribusi signifikan bagi bidang K3. Pertama, ia menyediakan data empiris penyeimbang yang sangat dibutuhkan dalam wacana yang didominasi oleh argumen teoretis dan etis. Dengan mereplikasi temuan dari konteks Inggris di pasar konstruksi AS yang besar, paper ini memperkuat argumen bahwa tidak ada bukti kuantitatif yang jelas yang mendukung klaim keberhasilan "Nol". Kedua, paper ini membangun kerangka kritik teoretis yang komprehensif. Dengan mengintegrasikan perspektif historis, hukum, dan sosiolinguistik, ia menawarkan pemahaman yang lebih kaya dan bernuansa tentang mengapa "Nol" mungkin gagal dalam praktik, melampaui kritik operasional yang umum seperti potensi kurangnya pelaporan (under-reporting). Ketiga, penelitian ini secara proaktif menggeser wacana ke arah alternatif yang dapat diukur. Dengan menyoroti pendekatan-pendekatan baru seperti "triase SIF" (memfokuskan upaya pada risiko paling parah) dan metrik yang mengukur "kehadiran kontrol" seperti High-Energy Control Assessment (HECA), paper ini mendorong komunitas K3 untuk bergerak melampaui perdebatan pro/kontra "Nol" dan menuju paradigma keselamatan generasi berikutnya yang berbasis bukti.
Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka
Para penulis secara transparan mengakui beberapa keterbatasan dalam penelitian mereka. Ukuran sampel yang relatif kecil (n=15) membatasi kekuatan statistik analisis. Sifat data yang korelasional berarti tidak ada klaim kausalitas yang dapat dibuat—penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa "Nol" menyebabkan hasil tertentu, hanya saja ia tidak berkorelasi dengan peningkatan kinerja SIF. Selain itu, penggunaan data SIF sebagai metrik kinerja itu sendiri bermasalah, karena insiden ini adalah peristiwa langka (black swan) yang tidak selalu mencerminkan kesehatan sistem keselamatan secara keseluruhan.
Keterbatasan ini justru membuka beberapa pertanyaan penelitian yang mendesak. Jika "Nol" tidak terbukti berhasil, mengapa ia terus menyebar dengan begitu pesat? Apakah ini didorong oleh tekanan dari investor dan kebutuhan pelaporan Environmental, Social, and Governance (ESG), seperti yang diisyaratkan oleh argumen "minyak ular untuk keselamatan"? Apa mekanisme kausal spesifik di balik "paradoks nol"—fenomena yang diamati dalam studi sebelumnya di mana lokasi "Nol" justru memiliki lebih banyak SIF? Apakah ini karena fokus yang salah pada cedera ringan mengorbankan perhatian pada bahaya fatal? Terakhir, bagaimana pekerja di lapangan menafsirkan dan merespons berbagai implementasi "Nol" (misalnya, 'Visi' vs. 'Target'), dan apakah ada perbedaan dalam tingkat keterasingan yang dihasilkannya?
5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan
Berdasarkan temuan dan pertanyaan terbuka ini, lima arah penelitian masa depan yang spesifik dapat dirumuskan untuk membangun agenda riset yang koheren dan berdampak.
- Mengukur Dampak 'Nol' pada Budaya Pelaporan dan Keterlibatan Pekerja
- Justifikasi: Paper ini menyoroti kekhawatiran teoretis bahwa "Nol" dapat menyebabkan "keterasingan tenaga kerja" dan mendorong under-reporting untuk menghindari "merusak angka". Kesenjangan kritis saat ini adalah kurangnya data empiris untuk memvalidasi kekhawatiran ini.
- Metode yang Diusulkan: Studi longitudinal dengan metode campuran selama tiga tahun pada perusahaan yang baru menerapkan program "Nol". Penelitian ini akan menggabungkan analisis data pelaporan insiden (termasuk near-misses dan kasus P3K) dengan survei psikometrik tahunan yang mengukur keamanan psikologis, kepercayaan pada manajemen, dan persepsi keadilan, serta wawancara kualitatif mendalam.
- Kebutuhan Lanjutan: Penelitian ini akan memberikan bukti kuantitatif dan kualitatif yang sangat dibutuhkan untuk menguji secara empiris salah satu kritik paling signifikan terhadap filosofi "Nol".
- Investigasi Kausalitas "Paradoks Nol" melalui Analisis Alokasi Sumber Daya
- Justifikasi: Berdasarkan temuan "paradoks nol" dari studi Sherratt & Dainty (2017) yang dirujuk dalam paper, terdapat hipotesis bahwa program "Nol" dapat secara tidak sengaja mengalihkan sumber daya dan perhatian manajemen dari bahaya berenergi tinggi ke metrik frekuensi cedera ringan.
- Metode yang Diusulkan: Studi kasus komparatif mendalam pada beberapa perusahaan. Penelitian akan membandingkan perusahaan "Nol" dengan kinerja SIF yang buruk dengan perusahaan berbasis risiko (misalnya, Human and Organizational Performance - HOP) dengan kinerja SIF yang baik. Metode akan mencakup analisis dokumen (anggaran K3, agenda rapat, laporan investigasi) dan observasi etnografis untuk memetakan bagaimana waktu dan sumber daya dialokasikan.
- Kebutuhan Lanjutan: Penelitian ini akan bergerak melampaui korelasi untuk mengeksplorasi mekanisme kausal potensial di balik paradoks tersebut, memberikan wawasan praktis tentang bagaimana fokus program keselamatan dapat salah arah.
- Analisis Komparatif Lintas Industri Berisiko Tinggi
- Justifikasi: Temuan paper ini spesifik untuk industri konstruksi. Menguji generalisasi temuan ini di industri berisiko tinggi lainnya sangat penting untuk memahami apakah kegagalan "Nol" bersifat kontekstual atau universal.
- Metode yang Diusulkan: Studi kasus jamak yang membandingkan implementasi dan hasil "Nol" di sektor konstruksi, pertambangan, dan minyak & gas. Penelitian akan fokus pada bagaimana konteks industri (misalnya, sifat pekerjaan, budaya serikat pekerja, struktur peraturan) memoderasi hubungan antara program "Nol" dan hasil K3.
- Kebutuhan Lanjutan: Akan menentukan apakah masalah dengan "Nol" merupakan fenomena yang lebih luas, sehingga memperkuat argumen untuk perubahan paradigma di berbagai sektor.
- Mengevaluasi 'Nol' sebagai Alat Komunikasi Eksternal (ESG dan CSR)
- Justifikasi: Paper ini mengajukan hipotesis provokatif bahwa "Nol" mungkin lebih dihargai karena penampilannya bagi investor ("minyak ular untuk keselamatan") daripada dampaknya bagi pekerja.
- Metode yang Diusulkan: Analisis konten kuantitatif terhadap laporan tahunan dan keberlanjutan dari 100 perusahaan konstruksi teratas. Penelitian akan mengkode frekuensi retorika "Nol" dan mengkorelasikannya dengan kinerja SIF yang dilaporkan (bukan hanya metrik frekuensi seperti TRIR). Ini dapat dilengkapi dengan wawancara dengan analis investasi ESG.
- Kebutuhan Lanjutan: Akan menguji secara empiris apakah "Nol" berfungsi terutama sebagai strategi branding dan manajemen reputasi, yang berpotensi terlepas dari kinerja keselamatan operasional yang sebenarnya.
- Studi Percontohan tentang Efektivitas Metrik Alternatif (misalnya, HECA)
- Justifikasi: Paper ini diakhiri dengan menyarankan bahwa alternatif seperti HECA dapat membuat "Nol" menjadi usang dengan menggeser fokus dari ketiadaan cedera ke kehadiran kontrol. Klaim ini memerlukan validasi empiris.
- Metode yang Diusulkan: Studi intervensi kuasi-eksperimental. Bekerja sama dengan perusahaan untuk menerapkan metrik HECA di beberapa proyek (kelompok intervensi) sambil mempertahankan metrik tradisional di proyek lain (kelompok kontrol). Penelitian akan mengukur tidak hanya hasil SIF tetapi juga indikator utama seperti persentase verifikasi kontrol kritis yang berhasil dan kualitas percakapan keselamatan.
- Kebutuhan Lanjutan: Akan menjadi salah satu studi pertama yang secara kuantitatif membandingkan paradigma keselamatan "berbasis ketiadaan" dengan paradigma "berbasis kehadiran", memberikan bukti penting untuk pergeseran paradigma di seluruh industri.
Secara keseluruhan, penelitian Sherratt et al. (2024) secara meyakinkan menunjukkan bahwa fondasi empiris untuk filosofi "Nol" sangat lemah. Implikasi jangka panjangnya adalah bahwa perdebatan dalam komunitas K3 tidak lagi seharusnya tentang apakah "Nol" berhasil, tetapi tentang bagaimana membangun dan memvalidasi alternatif yang berakar pada ilmu keselamatan, desain sistem, dan psikologi organisasi.
Agenda riset yang diuraikan di atas bersifat ambisius dan interdisipliner. Untuk mengatasi pertanyaan-pertanyaan ini secara efektif, penelitian lebih lanjut harus melibatkan kolaborasi antara pusat penelitian keselamatan konstruksi seperti Construction Safety Research Alliance (CSRA), departemen psikologi industri-organisasi di universitas riset terkemuka, dan lembaga pendanaan seperti National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). Kemitraan dengan asosiasi industri dan serikat pekerja juga penting untuk memastikan bahwa penelitian ini relevan secara praktis dan temuannya dapat diterjemahkan ke dalam praktik di lapangan untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil.