Melampaui Statistik: Mengurai Akar Masalah Kecelakaan Kerja di Sektor Konstruksi dan Merumuskan Agenda Riset K3 Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Raihan

22 September 2025, 14.30

Freepik.com

Konteks dan Ruang Lingkup Masalah

Paper yang berjudul Analysis of SMK3 Implementation and Causes of Work Accidents at PT. Bumi Duta Persada (BDP) in Tangerang Regency mengkaji isu kritis kecelakaan kerja di Indonesia, dengan mengambil studi kasus spesifik pada PT. Bumi Duta Persada. Latar belakang riset ini sangat relevan, mengingat data dari periode 2019 hingga 2021 menunjukkan mayoritas kecelakaan kerja (64.4%) terjadi di tempat kerja, dengan sektor industri dan konstruksi menjadi penyumbang utama.1 Hal ini menegaskan urgensi untuk memahami mekanisme di balik insiden-insiden tersebut dan menemukan cara untuk memitigasinya. Penelitian ini secara spesifik berfokus pada analisis kegagalan sistem manajemen K3 di perusahaan tersebut, yang digambarkan sebagai salah satu penyebab utama meningkatnya jumlah kecelakaan.1

 

Pendekatan Metodologis dan Kerangka Analisis

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, sebuah metode yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam bentuk narasi dan tindakan, alih-alih angka atau statistik yang dapat dihitung.1 Pengumpulan data dilakukan melalui tiga teknik utama: observasi langsung di lokasi kerja, wawancara mendalam dengan empat informan kunci, serta dokumentasi.1 Untuk menganalisis data yang terkumpul, peneliti menerapkan dua metode:

Preliminary Hazard Analysis (PHA) untuk mengidentifikasi bahaya awal, dan metode 5W1H (What, Why, Where, When, Who, How) untuk memetakan insiden secara terperinci.1 Penggunaan PHA pada tahap awal memang membantu dalam memberikan informasi bahaya secara ringkas, namun sebagaimana yang diakui dalam paper, metode ini hanya memberikan informasi awal dan kurang detail tentang risiko serta cara pencegahannya secara spesifik.

 

Temuan Kunci dan Data Kuantitatif Deskriptif

Temuan utama dari penelitian ini mengonfirmasi bahwa faktor penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi dua kondisi, yaitu lokasi proyek yang tidak aman dan perilaku pekerja yang tidak aman, dengan perilaku pekerja yang tidak aman memiliki pengaruh yang lebih signifikan.1 Perilaku ini mencakup kurangnya kesadaran dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), kesalahan prosedur, serta kelelahan.1

Data kuantitatif yang disajikan dalam paper memperkuat argumen ini. Pada periode 2020-2022, tercatat total 85 kecelakaan kerja di PT. Bumi Duta Persada, dengan rincian 73 kecelakaan kategori kecil dan 12 kecelakaan kategori sedang.1 Meskipun terdapat sedikit penurunan jumlah kecelakaan di tahun 2021 (26 kecelakaan) dibandingkan tahun 2020 (30 kecelakaan), tren ini kembali meningkat di tahun 2022 menjadi 29 kecelakaan, menunjukkan tantangan yang persisten dalam mengendalikan risiko kerja.1

Lebih lanjut, analisis data kecelakaan yang terjadi pada periode Mei-Juni 2023 menunjukkan total 16 kecelakaan, terdiri dari 13 kecelakaan kecil dan 3 kecelakaan sedang.1 Secara kuantitatif, temuan ini menunjukkan hubungan kuat antara perilaku tidak aman, seperti kurangnya penggunaan APD dan kurangnya fokus, dengan tingginya frekuensi kecelakaan kecil dan sedang. Secara spesifik, dari total 16 kecelakaan yang tercatat,81.25% dikategorikan sebagai kecelakaan kecil.1

Sebuah temuan yang sangat penting adalah identifikasi kelelahan sebagai salah satu penyebab kecelakaan.1 Sebagai contoh, insiden terpeleset yang menyebabkan kecelakaan sedang terjadi pada malam hari, dan temuan ini secara eksplisit menghubungkan insiden tersebut dengan faktor kelelahan akibat pekerja yang melakukan dua shift kerja, yaitu siang dan malam.1 Hal ini menunjukkan bahwa isu perilaku tidak hanya sebatas kurangnya kesadaran, tetapi juga terkait dengan kebijakan internal perusahaan yang secara tidak langsung menciptakan kondisi risiko.

 

Kontribusi Utama terhadap Bidang

Penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bidang keselamatan dan kesehatan kerja, terutama dalam konteks studi kasus. Pertama, paper ini memberikan bukti empiris yang memvalidasi bahwa faktor perilaku pekerja (unsafe labor behavior) memiliki peran dominan dalam insiden kecelakaan kerja, sebuah hipotesis yang telah banyak dibahas dalam literatur.1 Kedua, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini berhasil mengidentifikasi akar masalah spesifik dan nuansanya, seperti keterbatasan anggaran dan kelelahan, yang sering kali sulit ditangkap dalam analisis kuantitatif berskala besar.1 Terakhir, penggunaan metode PHA dan 5W1H, meskipun sederhana, berhasil menyediakan kerangka dasar yang efektif untuk mengidentifikasi bahaya dan memetakan insiden, yang dapat menjadi pijakan untuk analisis risiko yang lebih kompleks di masa depan.1

 

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Meskipun memberikan temuan yang berharga, penelitian ini juga memiliki keterbatasan dan meninggalkan beberapa pertanyaan terbuka yang perlu dijawab oleh riset selanjutnya. Pertama, sebagai penelitian kualitatif deskriptif, hasilnya tidak dapat digeneralisasi ke perusahaan atau industri lain secara statistik. Kedua, terdapat paradoks dalam klasifikasi risiko. Paper menyimpulkan bahwa tingkat risiko kerja berada pada kategori "kecil" dengan nilai rentang (1-4), karena kecelakaan yang terjadi didominasi oleh kategori kecil dan sedang.1 Namun, frekuensi kecelakaan yang tinggi (85 kecelakaan dalam tiga tahun) menunjukkan tingkat kemungkinan (

likelihood) yang sangat tinggi. Hal ini memunculkan pertanyaan kritis: apakah model penilaian risiko yang digunakan (PHA), yang hanya memberikan informasi pendahuluan dan tidak detail, gagal menangkap risiko kumulatif yang sesungguhnya dari frekuensi insiden yang tinggi ini? Ada kemungkinan model penilaian yang lebih canggih akan mengklasifikasikan risiko ini sebagai sedang atau bahkan tinggi.

Ketiga, penelitian ini mengakui adanya faktor eksternal seperti kemacetan lalu lintas yang dapat menyebabkan kecelakaan namun menyatakan hal tersebut "di luar proses manajemen risiko yang ditangani".1 Ini meninggalkan pertanyaan tentang bagaimana interaksi antara faktor internal dan eksternal memengaruhi tingkat kecelakaan. Keempat, analisis paper ini tidak mengeksplorasi secara mendalam faktor psikologis yang melandasi perilaku tidak aman, seperti motivasi keselamatan, persepsi risiko, atau budaya keselamatan. Pertanyaan terbuka yang relevan adalah: sejauh mana faktor-faktor psikologis ini memengaruhi kesadaran pekerja dan kepatuhan terhadap prosedur?

 

5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan

Berdasarkan temuan dan keterbatasan yang teridentifikasi, berikut adalah lima rekomendasi strategis untuk penelitian lanjutan yang dapat memperdalam pemahaman dan memberikan solusi yang lebih efektif:

  1. Analisis Hubungan Sebab-Akibat Secara Kuantitatif. Penelitian lanjutan harus beralih dari deskriptif ke kuantitatif untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel secara statistik. Desain penelitian kuantitatif dapat menguji hipotesis bahwa kurangnya alokasi anggaran K3 secara signifikan memengaruhi ketersediaan APD dan, pada gilirannya, meningkatkan frekuensi kecelakaan. Variabel independen yang dapat diukur meliputi anggaran K3, frekuensi pelatihan keselamatan, dan tingkat penggunaan APD, sementara variabel dependen adalah tingkat kecelakaan kerja.
  2. Studi Intervensi untuk Mengukur Dampak Program Pelatihan. Untuk memvalidasi pernyataan bahwa kurangnya kesadaran adalah penyebab kecelakaan, diperlukan studi intervensi. Riset lanjutan dapat menerapkan desain eksperimental atau kuasi-eksperimental di mana kelompok intervensi menerima program pelatihan kesadaran K3 yang terstruktur, sementara kelompok kontrol tidak. Variabel yang diukur adalah tingkat penggunaan APD dan kepatuhan terhadap SOP sebelum dan sesudah intervensi, yang kemudian dihubungkan dengan perubahan frekuensi kecelakaan.
  3. Analisis Ekonomi: Anggaran K3 sebagai Investasi. Keterbatasan anggaran menjadi hambatan utama. Penelitian di masa depan harus menggunakan analisis ekonomi, seperti Cost-Benefit Analysis atau Return on Investment (ROI), untuk menunjukkan bahwa pengeluaran K3 bukanlah biaya yang hilang, melainkan investasi strategis. Variabel baru akan mencakup biaya langsung K3 (pengadaan APD, pelatihan) dan biaya tidak langsung (kerugian produksi, klaim asuransi) untuk menguantifikasi hubungan antara investasi K3 dan potensi penghematan jangka panjang.
  4. Ekstensi Model Risiko dengan Mengintegrasikan Faktor Eksternal. Model penilaian risiko yang komprehensif harus mempertimbangkan seluruh ekosistem. Penelitian lanjutan harus mengembangkan model prediktif yang tidak hanya berdasarkan kondisi internal perusahaan tetapi juga mengintegrasikan variabel eksternal yang dinamis seperti data lalu lintas atau kondisi cuaca untuk memetakan zona risiko tinggi secara lebih akurat.
  5. Studi Komparatif Lintas Industri. Untuk menguji generalisasi temuan, diperlukan studi kasus komparatif. Penelitian dapat membandingkan data dari PT. BDP dengan dua atau tiga perusahaan lain di sektor berbeda (misalnya, manufaktur atau pertambangan) untuk mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan dalam faktor-faktor yang memengaruhi keselamatan kerja. Tujuannya adalah untuk membangun kerangka teoretis yang lebih kuat dan dapat diterapkan secara luas.

 

Kesimpulan

Penelitian ini secara efektif mengidentifikasi kurangnya kesadaran pekerja dan keterbatasan anggaran sebagai penyebab utama kecelakaan kerja di PT. Bumi Duta Persada, yang secara dominan dipicu oleh faktor perilaku. Temuan ini memvalidasi literatur yang ada dan menawarkan wawasan penting melalui analisis kualitatif. Meskipun paper mengklasifikasikan tingkat risiko sebagai "kecil," tingginya frekuensi insiden menuntut perhatian lebih mendalam dan validasi melalui metode yang lebih canggih. Untuk itu, penelitian lanjutan diperlukan untuk mengukur hubungan sebab-akibat secara statistik, menguji efektivitas intervensi, mengkaji K3 dari perspektif ekonomi, memperluas model risiko, dan memvalidasi temuan di konteks industri yang lebih luas.

Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi akademik (misalnya, Universitas Bina Bangsa, tempat para penulis berafiliasi) untuk memperdalam analisis teoritis dan metodologis, lembaga pemerintah (misalnya, Kementerian Ketenagakerjaan) untuk memastikan temuan relevan dengan regulasi dan kebijakan nasional, serta perusahaan lain di sektor terkait untuk memvalidasi temuan di berbagai konteks. Kolaborasi ini akan memastikan keberlanjutan, validitas, dan dampak praktis dari hasil riset di masa depan.

Baca selengkapnya di https://ejournal.seaninstitute.or.id/index.php/Ekonomi/article/view/3606