Layanan Air Berkelanjutan di Finlandia Butuh Reformasi Organisasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

25 Juni 2025, 11.41

pixabay.com

Membangun Layanan Air Kota yang Tangguh: Studi Strategi Finlandia Menuju Sistem Berkelanjutan

Air bersih adalah hak dasar dan infrastruktur vital. Meski Finlandia dikenal sebagai negara dengan sistem layanan air yang maju, masih ada tantangan besar dalam pengelolaan aset, efisiensi organisasi, dan ketahanan terhadap perubahan iklim. Artikel ini merangkum temuan penting dari disertasi Jyrki Laitinen (Tampere University, 2020), yang mengevaluasi kebijakan dan praktik manajemen layanan air kota di Finlandia melalui pendekatan PESTEL-SWOT.

Konteks Global: Ketimpangan Akses dan SDG 6

Lebih dari 2 miliar orang di dunia tidak memiliki akses air minum aman, dan 4,5 miliar tanpa sanitasi memadai (WHO & UNICEF, 2017). SDG 6 secara tegas menargetkan akses universal terhadap air dan sanitasi pada 2030. Finlandia termasuk negara dengan pencapaian tinggi: lebih dari 90% penduduk memiliki akses air, dan 80% sanitasi terorganisir.

Namun, pengalaman Finlandia menyimpan pelajaran penting, termasuk bagaimana mengelola layanan air dalam konteks sosial, politik, dan teknologi yang kompleks.

Sistem Layanan Air Finlandia: Struktur dan Realitas

Struktur Dasar

  • Tanggung jawab layanan air berada di tingkat pemerintah kota (municipalities) untuk wilayah urban.
  • Layanan dikelola oleh perusahaan air milik pemerintah kota atau koperasi air lokal.
  • Di pedesaan, warga mandiri menggunakan sumur bor atau sistem sanitasi on-site.

Skema Pembiayaan

Sistem tarif berbasis full cost recovery, dengan rata-rata:

  • Konsumsi: 130 liter/orang/hari
  • Biaya: 5 €/m³ (rumah pribadi), 4 €/m³ (apartemen)
  • Sekitar 2% dari pendapatan keluarga digunakan untuk tagihan air bulanan

Analisis Strategis: Metode PESTEL-SWOT

1. PESTEL: Faktor Eksternal

  • Politik: Stabilitas tinggi mendukung kebijakan jangka panjang
  • Ekonomi: Sistem pembiayaan kuat, tetapi ketergantungan pada anggaran lokal berisiko
  • Sosial: Tingkat literasi dan kesadaran masyarakat tinggi
  • Teknologi: Sistem pintar mulai diterapkan, tapi belum merata
  • Lingkungan: Tekanan perubahan iklim, terutama dalam pengelolaan limbah dan sumber air
  • Hukum: Regulasi kuat, namun kompleks dan birokratis

2. SWOT: Kekuatan dan Tantangan

  • Kekuatan: Personel terdidik, tata kelola baik, sistem data canggih
  • Kelemahan: Infrastruktur pipa tua, organisasi terlalu tersebar (1100 perusahaan air resmi, 1000 koperasi informal)
  • Peluang: Kerjasama internasional, teknologi baru, kesadaran lingkungan meningkat
  • Ancaman: Perubahan iklim, ketimpangan pendanaan antar kota

Studi Kasus dan Angka Penting

  • 5,5 juta penduduk Finlandia dilayani oleh lebih dari 2100 entitas air, menyebabkan efisiensi rendah dan tumpang tindih operasional.
  • Sebagian besar jaringan air dan pipa limbah telah mencapai usia lebih dari 30–50 tahun, memicu kebocoran dan biaya perawatan tinggi.
  • Layanan air yang buruk menyebabkan dampak kesehatan dan lingkungan, bahkan di negara berpenghasilan tinggi seperti Finlandia, jika tidak dikelola dengan adaptif.

Rekomendasi Strategis

Laitinen menyusun delapan strategi utama berbasis hasil analisis:

  1. Konsistensi Kerangka Institusional
    Reformasi kelembagaan harus memastikan integrasi antara aktor, kebijakan, dan pelaksanaan teknis.
  2. Kebijakan Tarif Berbasis Full Cost Recovery
    Perlu dijaga keberlanjutannya agar sistem tetap operasional dan tidak tergantung pada subsidi jangka pendek.
  3. Peningkatan Tata Kelola dan Transparansi
    Reformasi organisasi diperlukan untuk menghindari fragmentasi kelembagaan.
  4. Fleksibilitas Organisasi
    Organisasi air perlu beradaptasi dengan perubahan teknologi dan kebutuhan pengguna.
  5. Manajemen Data dan Pengetahuan yang Andal
    Pemanfaatan smart water systems penting untuk prediksi, perawatan, dan transparansi.
  6. Penerapan Teknologi Baru secara Bertahap
    Tidak semua inovasi harus diterapkan sekaligus, tapi harus disesuaikan dengan kapasitas lokal.
  7. Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan
    Personel teknis dan manajerial harus mendapatkan pembaruan kompetensi secara berkala.
  8. Penguatan Kolaborasi Multipihak
    Dari pengguna, otoritas, hingga sektor swasta untuk menjaga keberlanjutan layanan.

Relevansi Global dan Nilai Tambah

Meskipun berbasis di Finlandia, temuan ini sangat relevan bagi negara-negara berkembang maupun maju. Misalnya:

  • Indonesia dan India bisa belajar dari skema pembiayaan dan koperasi air lokal.
  • Afrika Selatan dan Brasil dapat mengambil pelajaran dalam tata kelola desentralisasi.
  • Negara-negara Eropa lainnya dapat mempertimbangkan reformasi organisasi untuk meningkatkan efisiensi.

Pendekatan analisis PESTEL-SWOT secara berurutan juga menjadi alat diagnosis strategis yang dapat direplikasi di berbagai sektor infrastruktur publik, seperti energi dan transportasi.

Kesimpulan

Finlandia telah membuktikan bahwa layanan air kota yang berkelanjutan memerlukan lebih dari sekadar teknologi dan dana. Dibutuhkan struktur kelembagaan yang efisien, pembiayaan berbasis prinsip keberlanjutan, dan partisipasi sosial yang tinggi. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam efisiensi organisasi dan pengelolaan aset jangka panjang.

Studi ini memberikan peta jalan reformasi layanan air kota, yang tak hanya menjaga kualitas hidup, tapi juga memastikan ketahanan terhadap krisis masa depan.

Sumber : Laitinen, J. (2020). Quest for Sustainable Water Services – Management and Practices in Finland. Tampere University Dissertations 286/2020. Tampere University, Faculty of Built Environment.