Kronik Kecelakaan Tragis: Analisis Kecelakaan Penerbangan Dirgantara Air Service 3130

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini

26 April 2024, 14.20

Sumber: id.wikipedia.org

Dirgantara Air Service Penerbangan 3130 (DIR3130/AW3130) adalah penerbangan penumpang domestik berjadwal yang dioperasikan oleh Dirgantara Air Service dari Bandara Datah Dawai di Kabupaten Malinau menuju Bandara Temindung di Samarinda, Kalimantan Timur. Pada tanggal 18 November 2000, sebuah pesawat BN-2 milik Norman Islander asal Inggris menabrak puncak pohon dan jatuh di hutan dekat bandara tak lama setelah lepas landas. Tidak ada yang selamat.

Laporan investigasi Dewan Keselamatan Transportasi Nasional menyimpulkan bahwa beberapa faktor berkontribusi terhadap kecelakaan ini, termasuk kesalahan pilot, kelebihan muatan, dan kurangnya keamanan bandara (penyuapan). Kesalahpahaman pilot ditambah dengan kelebihan beban akibat suap menyebabkan pesawat tersebut jatuh. Maskapai penerbangan ini berhenti beroperasi pada tahun 2009 dan menyatakan bangkrut pada tahun 2013.

Kecelakaan

Penduduk Norman Island lepas landas pada pukul 10:51 waktu setempat dengan 17 penumpang, termasuk 2 bayi, dan 1 awak kabin. Sesaat setelah lepas landas, operator radio pesawat melihat pesawat tersebut menghilang setelah melewati hutan. Pesawat menabrak pohon pertama dan mulai berguling ke kiri. Pesawat kemudian menabrak pohon lain dan mulai bergoyang. Pesawat menabrak pohon ketiga dan mulai kehilangan kendali. Pendaratannya menabrak pohon keempat dan pesawat jatuh terbalik ke dalam hutan. Kedua sayap patah dan bahan bakar bocor dari ujung sayap kanan. Hal ini meningkatkan risiko kebakaran pasca kecelakaan karena gambut Kalimantan mudah terbakar.

Petugas bandara segera membentuk tim SAR. Puing-puing pesawat ditemukan dua kilometer dari bandara. Semua penumpang tewas. Pesawat tersebut dinyatakan hilang total dan seluruh bagian depan hancur. Kemudi dan stabilizer ditemukan 7 meter dari reruntuhan. Lambungnya rata dan terpelintir.

Latar Belakang

Pesawat BN-2 Kepulauan Norman asal Inggris dengan nomor registrasi PK-VIY terlibat dalam kecelakaan tersebut. Pesawat ini dibangun pada tahun 1981 di Inggris dan memiliki total waktu siklus 22.336 jam. Pesawat ini memiliki satu awak dan 9 kursi penumpang. Pesawat ini memiliki sertifikat kelaikudaraan tertanggal 27 September 2000. Seluruh penumpang dan awak kapal adalah warga negara Indonesia. Satu-satunya awak kapal, Kapten Abdul Hay, memiliki pengalaman terbang selama 7.560 jam.

Pangkalan udara ini dimiliki oleh pemerintah daerah dan dioperasikan oleh Pioneers. Ketinggiannya tidak ditandai secara resmi dan hanya diukur dengan altimeter pesawat pada ketinggian sekitar 650 kaki di atas permukaan laut. Kedua ujung lintasan ini diberi nomor 02 dan 20. Panjang lintasan 750 meter dan lebar 23 meter. Halte terletak 30 meter di landasan pacu 02. Landasan pacu sudah beraspal dan mampu menampung pesawat CASA 212. Tidak ada menara pengatur lalu lintas udara karena bandara ini tidak tergolong bandara terkendali. Landasan pacu tidak dilengkapi penanda arah pendaratan. Karena arah angin permukaan yang berlaku, lepas landas dan mendarat terjadi di landasan 02. Ledakan terbesar di bandara ini adalah bukit berhutan di utara perpanjangan landasan pacu 02. Rintangan pertama terletak 200 kaki di atas landasan pacu, 533,3 meter dari ujung Runway 02. Rintangan kedua terletak kira-kira 500 kaki di atas landasan pacu, 1262,9 meter dari ujung runway 02. Kemiringan runway adalah 3% dari arah runway 02.

Sumber: id.wikipedia.com