Keamanan air (water security) bukan hanya soal tersedianya air dalam jumlah cukup. Ia adalah fondasi kesejahteraan manusia, kesehatan publik, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas lingkungan. Dalam era perubahan iklim, persoalan ini menjadi semakin kompleks dan mendesak. Artikel terbaru oleh Amparo-Salcedo dkk. (2025) menawarkan tinjauan lintas 43 negara mengenai tantangan dan solusi keamanan air, mengungkap kondisi yang mengejutkan: 88% negara yang diteliti menghadapi masalah kelangkaan air, disusul oleh pencemaran dan banjir.
Artikel ini memadukan data dari 128 studi ilmiah (2014–2024) dengan pendekatan geografis dan tematik. Hasilnya adalah peta risiko air global yang sangat relevan bagi para pembuat kebijakan, akademisi, dan masyarakat umum.
Dampak Perubahan Iklim terhadap Siklus Hidrologi
Perubahan iklim terbukti memperparah intensitas dan distribusi presipitasi, meningkatkan suhu global, dan mempercepat laju penguapan air (evapotranspirasi). Akibatnya, beberapa wilayah mengalami banjir parah, sementara yang lain justru kekeringan ekstrem.
Misalnya:
- China mengalami risiko banjir di wilayah hilir dan kekeringan di hulu.
- Brasil berpotensi mengalami peningkatan risiko kelangkaan air akibat penurunan curah hujan.
- India menghadapi ancaman rangkap tiga: kelangkaan air, banjir, dan penurunan kualitas air.
Kondisi ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan spasial dan temporal dalam merancang kebijakan air.
Studi Kasus: Negara dengan Risiko Tertinggi
Penelitian ini menyoroti empat negara dengan tingkat kerentanan tertinggi:
- Afghanistan: Kombinasi antara keterbatasan infrastruktur, peningkatan curah hujan ekstrem, dan pencemaran air menciptakan risiko multi-dimensional. Diproyeksikan, produksi air akan gagal memenuhi permintaan yang terus meningkat.
- Bangladesh: Wilayah barat laut negara ini mengalami peningkatan permintaan air tertinggi. Di sisi lain, banjir akibat hujan muson merusak sumber air bersih dan mengancam keamanan pangan.
- India: Perubahan penggunaan lahan, urbanisasi, dan sistem irigasi yang buruk memperburuk ketersediaan air. Proyeksi menunjukkan permintaan air akan melebihi pasokan secara drastis.
- Meksiko: Pencemaran, konversi hutan menjadi lahan pertanian, dan perubahan pola hujan menyebabkan peningkatan kelangkaan air dan risiko banjir musiman.
Tren Global: Masalah dan Wilayah
Dari 43 negara yang diteliti, klasifikasi tantangan air berdasarkan gabungan faktor adalah sebagai berikut:
- Kelangkaan air saja: 21 negara (misalnya: Brasil, Iran, Turki)
- Kelangkaan + kualitas air: 8 negara (misalnya: Ethiopia, Spanyol)
- Kelangkaan + banjir: 5 negara (misalnya: China, Peru)
- Semua masalah (kelangkaan, banjir, kualitas): 4 negara (Afghanistan, Bangladesh, India, Meksiko)
Sementara Eropa lebih sering berhadapan dengan banjir dan penurunan kualitas air, Afrika dan Asia mengalami tekanan dari kekeringan dan pertumbuhan populasi yang tinggi.
Strategi Global Menghadapi Krisis Air
Penulis artikel mengelompokkan solusi menjadi dua cabang besar: strategi umum dan strategi khusus perubahan iklim.
A. Strategi Umum untuk Menjamin Keamanan Air
- Perencanaan Kota Berkelanjutan
- Pendekatan partisipatif yang melibatkan masyarakat dan mempertimbangkan dampak lingkungan.
- Koordinasi penggunaan air permukaan dan air tanah.
- Contoh: Kolaborasi transnasional seperti di Sungai Mekong.
- Efisiensi Konsumsi Air
- Pengurangan kebocoran jaringan pipa, irigasi tetes, dan penggunaan teknologi hemat air.
- Di India, sistem irigasi sprinkler terbukti mengurangi kebutuhan air tahunan secara signifikan.
- Perencanaan Tata Guna Lahan
- Reforestasi dan pemulihan ekosistem memperbaiki kualitas dan kuantitas air.
- Skema pembayaran jasa lingkungan (contoh: Ekuador) meningkatkan partisipasi petani dalam konservasi DAS.
- Teknologi Pemantauan dan Prediksi
- GIS, remote sensing, dan model prediksi digunakan untuk memperkirakan musim kering dan banjir.
- Digunakan di Colorado (AS) dan Tianshan (China).
- Perencanaan Berdasarkan Pola Musiman
- Penyesuaian distribusi air dengan pola hujan dan debit sungai yang berubah.
- Mengurangi risiko kelangkaan musiman.
B. Strategi Infrastruktur dan Adaptasi
- Infrastruktur Penahan Bencana
- Pembangunan bendungan, kanal drainase, dan sistem pompa untuk mereduksi banjir ekstrem.
- Hong Kong dan Shenzhen mengalami kerugian besar akibat banjir lima tahunan.
- Fasilitas Penyimpanan Air
- Waduk dan embung berfungsi menampung air hujan dan meningkatkan pengisian akuifer.
- Optimalisasi Air Tanah
- Kombinasi pemanfaatan air permukaan dan tanah untuk menjaga kelangsungan ekosistem sungai.
Kritik dan Refleksi
Kekuatan Studi
- Memberikan peta risiko air berbasis bukti ilmiah lintas negara.
- Pendekatan geografis dan tematik membantu pembaca memahami perbedaan kondisi tiap wilayah.
- Menawarkan strategi yang komprehensif dari segi kebijakan, teknologi, dan sosial-ekologis.
Keterbatasan
- Fokus hanya pada publikasi open-access bisa menciptakan bias wilayah (misalnya Afrika dan Asia lebih terwakili karena banyak publikasi tersedia).
- Tidak mencakup negara seperti Indonesia, Myanmar, atau negara-negara Timur Tengah lainnya secara detail.
Peluang Penelitian Lanjutan
- Ekspansi studi pada negara-negara dengan keterbatasan data namun risiko tinggi seperti Indonesia, Filipina, dan negara kepulauan Pasifik.
- Menghubungkan hasil penelitian ini dengan pencapaian SDG 6 (Akses Air Bersih dan Sanitasi) secara global dan lokal.
Penutup: Indonesia Harus Bersiap
Meskipun Indonesia tidak dibahas secara eksplisit, pelajaran dari negara-negara tetangga seperti India, Bangladesh, dan Vietnam sangat relevan. Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan populasi besar dan pola hujan tidak menentu, memiliki risiko keamanan air yang nyata. Urbanisasi pesat, degradasi hutan, dan pengelolaan air yang belum terintegrasi adalah tantangan yang perlu diatasi segera.
Maka dari itu, penting bagi pembuat kebijakan di Indonesia untuk meninjau kembali kebijakan air berbasis DAS, investasi teknologi, serta pemberdayaan masyarakat dalam konservasi sumber daya air.
Sumber Artikel Asli:
Amparo-Salcedo, M., Pérez-Gimeno, A., & Navarro-Pedreño, J. (2025). Water Security Under Climate Change: Challenges and Solutions Across 43 Countries. Water, 17(633). https://doi.org/10.3390/w17050633