Korupsi Tersembunyi di Balik Runtuhnya Bangunan Saat Bencana: Studi Kasus Gempa Sichuan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

10 Juni 2025, 16.00

pixabay.com

Pengantar: Korupsi Tak Selalu Terlihat, Tapi Dampaknya Bisa Mematikan

Bencana besar sering kali dipandang sebagai akibat dari kehendak alam. Namun, studi ini membongkar sisi lain yang lebih gelap: bagaimana korupsi yang tersembunyi memperparah dampak bencana alam. Menggunakan data 1.050 bangunan yang terdampak Gempa Sichuan 2008, peneliti Yiming Cao menunjukkan bahwa bangunan yang dibangun ketika pejabat daerah memiliki hubungan kampung halaman (hometown connection) dengan atasan mereka 75% lebih mungkin roboh.

Studi Kasus: Gempa Sichuan 2008

Gempa berkekuatan 7,9 SR ini terjadi pada 12 Mei 2008, menewaskan 87.587 jiwa dan menyebabkan kerugian langsung senilai 845 miliar yuan—sekitar 80% dari PDB Sichuan tahun sebelumnya. Bangunan sekolah dan fasilitas publik menjadi yang paling banyak runtuh, sering kali tanpa ada kerusakan pada bangunan di sebelahnya. Ketimpangan ini menimbulkan kecurigaan terhadap praktik konstruksi yang tidak sesuai standar.

Metodologi: Melacak Korupsi Melalui Koneksi Sosial

Koneksi Kampung Halaman sebagai Indikator Korupsi

Di Cina, pejabat daerah yang memiliki asal kota yang sama dengan atasannya seringkali membentuk relasi patron-klien yang dikenal rawan penyalahgunaan wewenang. Penelitian ini memanfaatkan variabel “hometown connection” sebagai proksi untuk menilai kemungkinan adanya korupsi saat pembangunan.

Dataset dan Teknik Analisis

  • 1.050 bangunan publik di zona gempa.
  • Periode konstruksi: 1978–2007.
  • Ukuran kerusakan: Skala 1–5, dari "utuh" hingga "runtuh total".
  • Strategi identifikasi: Generalized difference-in-differences dengan kontrol lokasi, tipe bangunan, tahun pembangunan, karakteristik pejabat, dan intensitas gempa.

Temuan Utama: Koneksi Sosial, Runtuhnya Bangunan, dan Bukti Korupsi

1. Bangunan Dibangun oleh Pejabat “Terkoneksi” Lebih Rawan Runtuh

  • 12 poin persentase lebih tinggi kemungkinan mengalami keruntuhan (75% lebih besar dibanding bangunan biasa).
  • Efeknya setara dengan memindahkan bangunan sejauh 30 km lebih dekat ke pusat gempa.

2. Bukti Pelanggaran Standar Bangunan

Analisis lanjutan menunjukkan bahwa banyak bangunan yang roboh seharusnya mampu bertahan berdasarkan standar tahan gempa saat itu. Hal ini mengindikasikan:

  • Pelanggaran kode bangunan.
  • Penggunaan material berkualitas rendah.
  • Minimnya pengawasan konstruksi.

3. Dampak Lebih Besar pada Proyek Tanpa Partisipasi Swasta

Bangunan yang didanai penuh oleh pemerintah, tanpa campur tangan swasta, menunjukkan tingkat kerusakan lebih tinggi di bawah pejabat yang terkoneksi. Ini menunjukkan bahwa ketiadaan pihak independen memperbesar peluang korupsi.

4. Pejabat yang Terkoneksi Lebih Sering Diproses Hukum Pasca-Bencana

Setelah gempa, tingkat penuntutan atas kasus korupsi lebih tinggi pada pejabat yang memiliki koneksi dan sebelumnya mengawasi bangunan yang roboh. Ini memperkuat dugaan bahwa kerusakan bukan sekadar akibat alam, tapi juga hasil dari perilaku koruptif.

Penjelasan Mekanisme: Seleksi Politik Negatif vs Moral Hazard

Seleksi Negatif: Sumber Masalahnya?

Studi ini menemukan bahwa efek destruktif koneksi muncul karena pejabat yang diangkat berdasarkan kedekatan kampung halaman cenderung:

  • Kurang kompeten.
  • Lebih korup.
  • Terlindungi secara politik.

Analisis menunjukkan bahwa pergantian pejabat senior (yang menunjuk bawahannya) lebih berpengaruh terhadap kerusakan dibanding rotasi pejabat junior. Ini menyiratkan bahwa masalahnya bukan sekadar moral hazard (penyalahgunaan insentif), melainkan seleksi pejabat yang buruk sejak awal.

Implikasi Global: Bukan Hanya Masalah China

Korelasi antara infrastruktur rapuh dan hubungan sosial informal bukan hanya terjadi di China. Kasus serupa juga terjadi di:

  • Iran (2003 Bam Earthquake),
  • Turki (2023 Earthquake),
  • AS (Surfside Condominium Collapse 2021),
  • Inggris (Grenfell Tower Fire 2017).

Semua menyiratkan bahwa korupsi dalam konstruksi adalah masalah global dengan konsekuensi kemanusiaan yang sangat nyata.

Kontribusi Penelitian Ini dalam Literatur

Berbeda dengan banyak studi sebelumnya yang fokus pada kerugian efisiensi dan alokasi, artikel ini menunjukkan bahwa:

  • Korupsi bisa memicu kematian massal.
  • Dampak terburuk korupsi tidak langsung terlihat, melainkan hanya muncul ketika terjadi krisis besar.
  • Penelitian ini memperkenalkan pendekatan “audit bencana” sebagai cara untuk mendeteksi perilaku koruptif tersembunyi melalui konsekuensi ekstrem yang muncul saat bencana.

Kesimpulan: Korupsi yang Terlihat Setelah Runtuhnya Dinding

Penelitian ini adalah pengingat bahwa korupsi bukan hanya soal uang negara yang bocor, tapi juga soal nyawa yang melayang. Ketika pejabat publik lebih memikirkan koneksi politik daripada kualitas pembangunan, masyarakatlah yang menanggung risiko dalam diam.

Reformasi sistem seleksi pejabat dan pengawasan independen terhadap proyek konstruksi publik adalah keharusan jika ingin mencegah tragedi serupa di masa depan—di mana pun tempatnya.

Sumber : Cao, Y. (2024). Audit of God: Hometown Connections and Building Damage in the Sichuan Earthquake. University of Hong Kong.