Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada sebuah tantangan inti dalam pembangunan perkotaan: bagaimana menyelaraskan modernisasi "kota cerdas" dengan pelestarian aset warisan budaya yang tak ternilai. Latar belakang masalah yang diangkat adalah bahwa warisan budaya, baik yang berwujud maupun tidak berwujud (tangible and intangible), sangat penting untuk karakter, identitas, dan ekonomi sebuah kota.
Kerangka teoretis yang diusung oleh studi SAAR ini adalah bahwa konservasi warisan budaya merupakan komponen integral dari pembangunan berkelanjutan, yang secara langsung berkontribusi pada Target 11.4 dari Sustainable Development Goal (SDG) 11, yaitu "Memperkuat upaya untuk melindungi dan menjaga warisan budaya dan alam dunia". Proyek restorasi Gedung Kantor Kolektor Lama di Thanjavur—sebuah kota yang dikenal sebagai "Mangkuk Nasi Tamil Nadu" dan rumah bagi Kuil Brihadeswara (situs Warisan Dunia UNESCO) —diposisikan sebagai studi kasus dalam strategi ini. Tujuannya tidak hanya untuk melestarikan bangunan, tetapi juga untuk "merevitalisasi ekonomi lokal" dan menanamkan "rasa bangga dan memiliki" di antara penduduk melalui penggunaan kembali adaptif (adaptive reuse) bangunan tersebut sebagai museum.
Metodologi dan Kebaruan
Sebagai sebuah tinjauan, studi SAAR ini mengadopsi metodologi studi kasus kualitatif. Pendekatan ini melibatkan pengumpulan data primer melalui Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview) dengan pemangku kepentingan terkait, termasuk perencana kota, insinyur eksekutif dari Surat Municipal Corporation (SMC), dan arsitek konservasi. Ini dilengkapi dengan studi sekunder terhadap laporan proyek, dokumen, dan literatur terkait.
Metodologi proyek restorasi itu sendiri (yang ditinjau oleh studi ini) sangat terstruktur. Proyek ini menggunakan "rencana konservasi komprehensif" yang dikembangkan melalui konsultasi dengan para ahli konservasi. Rencana ini melibatkan penilaian dan analisis kondisi struktur, termasuk inspeksi, diagnosis, dan analisis penyebab kerusakan.
Kebaruan dari pendekatan proyek ini terletak pada strategi intervensi bertahap yang pragmatis. Pekerjaan konservasi dikategorikan ke dalam tiga prioritas: Immediate (Segera), Necessary (Diperlukan), dan Desirable (Diinginkan), yang memungkinkan alokasi sumber daya yang fleksibel berdasarkan urgensi, anggaran, dan waktu yang tersedia.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis studi kasus SAAR menghasilkan temuan-temuan kunci yang berfokus pada proses penilaian dan intervensi.
-
Identifikasi Masalah: Penilaian awal mengidentifikasi berbagai masalah yang disebabkan oleh kurangnya pemeliharaan. Ini termasuk ruang terbuka yang tersebar secara serampangan, penambahan struktur tambahan baru yang "tidak menghargai nilai warisan" (disrespected the heritage value), degradasi area kanal di sekitar lokasi, dan pertumbuhan biologis (seperti lumut atau jamur) akibat kelembapan pada bangunan itu sendiri.
-
Intervensi Konservasi yang Ditargetkan: Berdasarkan diagnosis tersebut, "Respons atau Intervensi Konservasi" yang diimplementasikan meliputi:
-
Pembongkaran Selektif: Menghapus struktur tambahan yang tidak asli dan puing-puing untuk memulihkan integritas visual dan spasial situs.
-
Peningkatan Ekologi: Memperbarui area kanal melalui "pengembangan bagian depan kanal" (canal front development) untuk mengaktifkan kembali ruang tersebut.
-
Restorasi Bangunan: Melakukan perawatan terhadap pertumbuhan biologis dan meningkatkan fasilitas dasar (utilitas) "tanpa mengganggu struktur yang ada".
-
-
Strategi Penggunaan Kembali Adaptif: Inti dari proyek ini adalah tujuannya untuk penggunaan kembali (reuse) yang berkelanjutan. Tinjauan ini mencatat perlunya "mengumpulkan dan melestarikan" objek-objek bernilai budaya dan sejarah. Dengan mengubah gedung kantor kolektor lama menjadi museum, proyek ini bertujuan untuk menciptakan pusat pendidikan dan budaya yang dapat menarik lebih banyak wisatawan ke kota warisan yang sudah terkenal itu.
Secara keseluruhan, temuan dari tinjauan ini menyoroti sebuah pendekatan sensitif yang berfokus pada "Penggunaan Kembali, Restorasi, dan Renovasi untuk pembangunan berkelanjutan dari seluruh kawasan warisan budaya".
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Studi SAAR ini terutama bersifat deskriptif, mendokumentasikan proses dan metodologi yang direncanakan untuk proyek tersebut. Karena berfokus pada "rencana komprehensif" dan "kebijakan yang diusulkan" , studi ini tidak memberikan evaluasi pasca-implementasi mengenai keberhasilan faktual dari restorasi tersebut, jumlah pengunjung museum, atau dampak ekonomi yang nyata.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat signifikan. Proyek ini berfungsi sebagai cetak biru bagi kota-kota warisan lainnya di India tentang cara mengintegrasikan pelestarian aset dengan proses perencanaan kota yang lebih besar. Pendekatan bertahap (Immediate, Necessary, Desirable) menawarkan model yang dapat direplikasi untuk mengelola proyek konservasi yang kompleks dengan anggaran dan waktu yang terbatas.
Untuk penelitian di masa depan, langkah logis berikutnya adalah melakukan studi evaluasi pasca-hunian (post-occupancy evaluation) untuk mengukur secara kuantitatif dampak ekonomi dan sosial dari museum yang telah selesai direstorasi, memvalidasi hipotesis bahwa konservasi warisan budaya memang merupakan pendorong yang efektif untuk revitalisasi ekonomi lokal.
Sumber
Studi Kasus C4: Renovation and Conservation of Old Collector Office Building. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 20, 33-35). National Institute of Urban Affairs (NIUA).