Komunikasi NDMA Pakistan: Bagaimana Media Sosial Menjadi Pilar Utama dalam Memitigasi Krisis Banjir 2022 dan Merumuskan Ketahanan Bencana Digital

Dipublikasikan oleh Raihan

03 November 2025, 17.27

pexels.com

Pendahuluan: Transformasi Komunikasi Krisis di Era Digital

Kemanusiaan dihadapkan pada serangkaian bencana, baik yang disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerugian besar pada kehidupan, properti, dan infrastruktur. Krisis banjir Pakistan tahun 2022 menjadi studi kasus penting mengenai kerentanan nasional, yang tidak hanya menghasilkan masalah sosio-ekonomi tetapi juga menyoroti keterbatasan kapasitas finansial Pakistan untuk pemulihan dan rekonstruksi. Situasi ini diperparah oleh kegagalan media tradisional dalam memberikan liputan yang tepat, di mana fokus cenderung pada politisasi situasi daripada pelaporan masalah real-time di lapangan.

Di tengah tantangan ini, penelitian ini bertujuan untuk secara definitif mengartikulasikan pentingnya dan peran media sosial sebagai medium komunikasi antara Otoritas Manajemen Bencana Nasional (NDMA) Pakistan dan masyarakat yang terdampak. Penelitian ini menggunakan metodologi riset sekunder, menganalisis konten yang dipublikasikan oleh NDMA di dua platform utama, Facebook (21 unggahan) dan Twitter (26 unggahan), melalui metode Direct Content Analysis.

Jalur Logis Temuan: Aplikasi Teori dalam Respons Darurat

Jalur logis penelitian bermula dari identifikasi masalah komunikasi di tengah krisis besar menuju validasi efektivitas kerangka kerja teoritis dalam konteks darurat digital. Temuan menunjukkan bahwa media sosial memainkan peran penting dalam menyediakan informasi yang relevan dan cepat tentang area yang terdampak bencana.

Secara krusial, penelitian ini memvalidasi keberhasilan NDMA dalam menerapkan Situational Crisis Communication Theory (SCCT) dan Crisis Simulation Model selama krisis. NDMA berhasil mengomunikasikan krisis banjir dengan memposting setiap detail situasi dan tindakan administratif di platform media sosial. Komunikasi ini terstruktur di bawah empat tema utama: Prakiraan Banjir (Flood Forecasting), Dukungan Darurat (Emergency Support), Dukungan Administratif (Administrative Support), dan Dukungan Manajemen Krisis (Crisis Management Support).

Komunikasi krisis yang efektif melalui media sosial ini merupakan faktor penentu dalam memfasilitasi dukungan internasional. Secara deskriptif, temuan ini menunjukkan hubungan kuat antara manajemen komunikasi krisis berbasis media sosial dan mobilisasi dana bantuan darurat, ditandai dengan peningkatan dana bantuan banjir sebesar 13.7% pada akhir Oktober 2022, pasca manajemen komunikasi melalui media sosial. Angka ini sangat penting untuk upaya pemulihan, mengingat total kerusakan yang dialami Pakistan mencapai $14,906 juta, kerugian mencapai $15,233 juta, dan kebutuhan rekonstruksi serta pemulihan sebesar $16,261 juta. Dampak sosio-ekonomi dari bencana ini sangat nyata, di mana tingkat kemiskinan nasional meningkat dari 3.7% menjadi 4.0%. Oleh karena itu, kemampuan untuk memitigasi kesenjangan finansial yang besar ini melalui komunikasi digital menunjukkan potensi kuat media sosial untuk objek penelitian baru dalam pembiayaan bencana.

Kontribusi Utama terhadap Bidang

Kontribusi utama penelitian ini adalah menjembatani teori komunikasi krisis dengan implementasi praktis di lingkungan bencana alam skala besar. Dengan meneliti postingan NDMA, studi ini memberikan contoh empiris yang mengukuhkan:

  1. Validasi SCCT dalam Krisis Nyata: NDMA mengimplementasikan secara fungsional empat komponen utama SCCT—bolster, deny, diminish, dan rebuild—untuk mengelola seluruh siklus manajemen bencana (mulai dari mitigasi hingga pemulihan). Ini membuktikan bahwa SCCT, yang awalnya dirancang untuk konteks korporat, dapat diadaptasi secara efektif untuk komunikasi otoritas publik selama bencana alam.
  2. Peran Situational Awareness Skala Besar: Penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari 71.70 juta orang, atau 31.16% dari populasi (berdasarkan data pemerintah 2023), mendapatkan manfaat dari strategi komunikasi yang efektif melalui media sosial. Hal ini menggarisbawahi peran media sosial dalam menciptakan kesadaran situasional (situational awareness) dan memfasilitasi upaya kolektif di tengah krisis, sebuah proses yang lebih cepat dibandingkan saluran tradisional.

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Meskipun temuan ini penting, penelitian ini memiliki keterbatasan metodologis dan menghasilkan pertanyaan terbuka krusial untuk agenda riset masa depan:

  1. Keterbatasan Sampel dan Generalisasi: Studi ini mengandalkan metodologi riset sekunder dan analisis konten pada unggahan Facebook dan Twitter. Kesimpulan tentang "orang-orang yang terdampak banjir" secara eksplisit hanya merujuk pada individu di Pakistan yang menggunakan Facebook dan Twitter. Keterbatasan ini menghasilkan bias sampel yang mengabaikan dampak komunikasi (atau kekurangannya) pada populasi yang tidak menggunakan media sosial, terutama di daerah pedesaan yang paling terdampak dan mengalami masalah akses layanan.
  2. Ancaman Misinformasi dan Pertumbuhan Platform: Kekuatan media sosial sebagai alat komunikasi juga merupakan kelemahan terbesarnya, yaitu risiko melebih-lebihkan berita, menciptakan kepanikan, dan menyebarkan informasi palsu (fake information) yang terbukti mengintensifkan selama periode krisis. Dengan proyeksi pertumbuhan penggunaan platform media sosial di Pakistan sebesar 5.04% dari tahun 2022 hingga 2027, pertanyaan terbuka terbesar adalah bagaimana NDMA dapat mengembangkan mekanisme penyaringan dan mitigasi yang berkelanjutan untuk melawan gelombang misinformasi yang terus meningkat.
  3. Integrasi Data untuk Penilaian Sektor Mikro: Penelitian mengakui bahwa kerangka kerja Post Disaster Needs Assessment (PDNA) saat ini belum memadai untuk penilaian tingkat sektor. Dengan kerugian yang sangat besar pada sektor-sektor produktif (misalnya, Pertanian, Pangan, Peternakan, dan Perikanan yang menyumbang 60.68% dari total kerugian), pertanyaan terbuka muncul mengenai bagaimana konten media sosial, yang kaya akan data dari lapangan (ground-based data), dapat diubah menjadi metrik terperinci untuk penilaian kebutuhan (needs assessment) yang lebih granular dan berorientasi pada sektor mikro.

5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan untuk Komunitas Akademik

Berdasarkan temuan yang menggarisbawahi efektivitas komunikasi krisis NDMA sekaligus menyoroti kesenjangan dalam jangkauan dan risiko disinformasi, berikut adalah lima arah riset ke depan yang ditujukan untuk akademisi, peneliti, dan penerima hibah:

1. Eksplorasi Jangkauan dan Dampak Komunikasi Bencana di Area Minim Akses

Justifikasi Ilmiah: Temuan menunjukkan bahwa manfaat komunikasi digital terbatas pada pengguna Facebook dan Twitter. Padahal, dampak krisis sangat parah di daerah yang sudah menderita malnutrisi, kurangnya akses air minum, dan keterbatasan fasilitas kesehatan. Konteks baru harus mengatasi bias ini. Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus mengadopsi studi kualitatif mendalam (wawancara dan focus group discussion) dengan populasi non-pengguna media sosial di provinsi yang paling parah terdampak, seperti Sindh atau Balochistan, yang memiliki populasi sekolah yang sangat terdampak. Variabel baru yang harus diukur adalah efektivitas saluran komunikasi non-digital (seperti radio, telepon seluler biasa, atau pengeras suara komunitas) dan peran pemimpin komunitas sebagai perantara informasi NDMA. Kebutuhan Penelitian Lanjutan: Untuk menjamin kesiapsiagaan (preparedness) dan mitigasi risiko yang inklusif, penting untuk mengidentifikasi saluran yang paling dipercaya dan paling menjangkau untuk 68.84% populasi yang tidak secara eksplisit dihitung sebagai penerima manfaat komunikasi media sosial NDMA.

2. Model Prediktif dan Mitigasi Disinformasi Berbasis SCCT

Justifikasi Ilmiah: Bahaya misinformasi yang meningkat selama krisis sangat kontras dengan upaya komunikasi yang kredibel dari NDMA. Dengan pertumbuhan platform yang diproyeksikan, risiko ini akan meningkat. Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus mengembangkan model Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) atau Natural Language Processing (NLP) untuk menganalisis dan mengklasifikasikan postingan media sosial selama krisis. Kerangka kerja ini akan berfokus pada komponen SCCT "Deny" dan "Diminish" untuk mengidentifikasi dan menandai narasi yang berpotensi menimbulkan disinformasi atau kepanikan. Variabel baru adalah skor kepercayaan publik (Public Trust Score) dan laju viralitas (Virality Rate) narasi krisis yang dipublikasikan oleh sumber resmi dan tidak resmi, diukur dalam jam pertama pasca-publikasi. Kebutuhan Penelitian Lanjutan: Pembentukan alat operasional untuk NDMA yang dapat secara otomatis menerapkan strategi SCCT untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merespons informasi palsu secara real-time, sehingga melindungi validitas dan integritas komunikasi krisis.

3. Analisis Longitudinal Keberlanjutan Komunikasi Pasca-Krisis (Tahap Rekonstruksi)

Justifikasi Ilmiah: Meskipun NDMA berhasil pada fase response darurat , siklus manajemen bencana menuntut upaya berkelanjutan pada fase pemulihan dan rekonstruksi. Konteks baru harus mengukur konsistensi pesan dalam jangka panjang. Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Melakukan studi kasus jangka panjang (longitudinal case study) selama 12–24 bulan pasca-banjir, berfokus pada konten NDMA di tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Variabel baru adalah korelasi antara frekuensi dan spesifisitas postingan tentang bantuan/pemulihan (misalnya, jumlah sekolah yang dibangun kembali atau bantuan ternak yang disalurkan) dengan data pemulihan aktual dari badan mitra (ADB, World Bank). Kebutuhan Penelitian Lanjutan: Untuk memastikan akuntabilitas (accountability) dan transparansi, penelitian ini akan membuktikan bagaimana komunikasi digital dapat mempertahankan dukungan dan momentum pendanaan selama bertahun-tahun pasca-bencana, alih-alih hanya berfokus pada bantuan awal.

4. Uji Coba Lintas-Kontekstual SCCT untuk Respon Bencana Non-Banjir

Justifikasi Ilmiah: Keberhasilan penerapan SCCT dan model simulasi krisis hanya terbukti dalam konteks banjir Pakistan 2022. Untuk membangun kerangka kerja manajemen bencana nasional yang kuat, model ini harus diuji ketahanannya dalam berbagai jenis krisis. Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Menerapkan kerangka kerja SCCT yang sama pada studi kasus bencana alam atau buatan manusia yang berbeda di Pakistan (misalnya, krisis kesehatan masyarakat atau potensi gempa bumi). Konteks baru ini memerlukan perbandingan efektivitas strategi komunikasi antara NDMA dan otoritas sub-nasional, mengukur tingkat kepatuhan publik terhadap instruksi yang dikeluarkan di media sosial. Kebutuhan Penelitian Lanjutan: Untuk memitigasi risiko di masa depan, penelitian ini harus menetapkan pedoman standar operasional berbasis teori krisis untuk NDMA yang fleksibel dan dapat diterapkan pada berbagai ancaman nasional, sehingga mengurangi ketergantungan pada improvisasi.

5. Integrasi Data Media Sosial untuk Penilaian Kebutuhan Sektor Mikro yang Akurat

Justifikasi Ilmiah: PDNA yang ada tidak memadai untuk penilaian tingkat sektor, yang mana sangat penting untuk sektor produktif seperti pertanian yang menanggung kerugian paling besar. Media sosial adalah gudang data yang belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk intelijen bencana. Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Mengembangkan kerangka kerja (metode kualitatif dan kuantitatif) untuk mengubah data mentah dari platform media sosial (misalnya, postingan yang memohon bantuan spesifik di tingkat sub-distrik) menjadi metrik yang dapat digunakan untuk menilai kebutuhan sektor mikro. Variabel baru adalah koefisien korelasi antara permintaan bantuan spesifik (misalnya, benih tanaman, pakan ternak, atau perbaikan irigasi) yang diekstraksi dari platform dan alokasi sumber daya NDMA. Kebutuhan Penelitian Lanjutan: Penelitian ini akan menciptakan template perencanaan darurat berbasis data yang dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan untuk mendukung sektor-sektor yang paling membutuhkan, memastikan pemulihan yang berorientasi pada pembangunan, bukan hanya bantuan darurat.

Kesimpulan dan Ajakan Kolaboratif

Temuan penelitian ini dengan jelas menyoroti bahwa media sosial lebih dari sekadar saluran pengumuman; ia adalah mekanisme keterlibatan real-time yang mampu meningkatkan kesadaran publik, mempercepat mobilisasi sumber daya (terbukti dari peningkatan dana bantuan), dan menopang komunikasi kelembagaan selama masa-masa paling genting. Keberhasilan NDMA dalam menerapkan kerangka kerja teoritis modern (SCCT) menunjukkan potensi jangka panjang untuk mentransformasi respons bencana dari model statis menjadi sistem yang dinamis dan tahan banting.

Namun, untuk memanfaatkan sepenuhnya potensi ini dan mengatasi tantangan disinformasi serta keterbatasan jangkauan, dibutuhkan upaya akademik dan operasional yang lebih lanjut. Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi di luar batas Pakistan, termasuk Bank Dunia (World Bank) dan Bank Pembangunan Asia (ADB), yang merupakan mitra utama dalam PDNA, serta institusi riset terkemuka di bidang ilmu data dan komunikasi krisis (X, Y, Z) untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil. Kolaborasi ini sangat penting untuk membangun kerangka kerja digital yang tidak hanya merespons krisis tetapi juga merumuskan kebijakan pembangunan dan ketahanan nasional yang inklusif, terutama saat Pakistan bergulat dengan peningkatan angka kemiskinan dan kebutuhan finansial yang jauh melampaui sumber daya yang ada.

Baca paper aslinya di sini: Baca paper aslinya di sini