Membongkar Paradoks K3 di Ghana: Tinjauan Riset Segbenya & Yeboah (2022) dan Peta Jalan untuk Riset Mendatang
Sektor konstruksi memberikan kontribusi fundamental bagi pembangunan sosial-ekonomi di Ghana. Namun, kemajuan ini dibayangi oleh tantangan besar: tingginya angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Insiden ini tidak hanya menyebabkan hilangnya nyawa tetapi juga berdampak negatif langsung pada kinerja karyawan dan organisasi. Di tengah lanskap di mana kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OHS) sering diabaikan karena buruknya budaya keselamatan atau terdesak oleh kepentingan ekonomi lainnya, penelitian oleh Moses Segbenya dan Esi Yeboah (2022) hadir sebagai kontribusi kritis.
Menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan sampel 120 karyawan dari Consar Construction Ltd, studi ini mengeksplorasi pengaruh OHS terhadap kinerja pekerja konstruksi di Ghana. Penelitian ini bergerak melampaui sekadar konfirmasi bahwa K3 itu penting; ia membedah jalur logis dari kebijakan, kesadaran, praktik, hingga dampaknya pada kinerja, sambil menyoroti tantangan implementasi yang krusial.
Perjalanan temuan penelitian ini mengungkap sebuah paradoks. Di satu sisi, OHS di perusahaan yang diteliti sebagian besar telah sesuai dengan praktik terbaik internasional, seperti penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) dan kesadaran antar rekan kerja. Di sisi lain, para peneliti menemukan kegagalan implementasi yang fatal: kurangnya induksi, orientasi, dan kursus penyegaran (refresher courses) K3 yang teratur bagi pekerja.
Kesenjangan ini menciptakan diskoneksi berbahaya. Studi ini menemukan bahwa meskipun mayoritas pekerja (70.8%) sadar akan adanya kebijakan K3, angka yang hampir identik (71.7%) telah menyaksikan kecelakaan atau penyakit di tempat kerja dalam 12 bulan terakhir. Ini menunjukkan bahwa keberadaan kebijakan di atas kertas gagal diterjemahkan menjadi lingkungan kerja yang aman, kemungkinan besar karena kegagalan dalam pelatihan reguler dan penegakan hukum.
Puncak dari penelitian ini adalah analisis regresi yang mengukur dampak kegagalan ini. Temuan ini menunjukkan hubungan kuat yang signifikan secara statistik antara OHS dan Kinerja Karyawan, dengan nilai Beta 0.728 (p=.000). OHS ditemukan menjelaskan 30.4% (R-Square = 0.304) varian dalam kinerja karyawan. Data kuantitatif ini secara deskriptif menunjukkan bahwa ketika OHS dikelola dengan baik, kinerja karyawan meningkat secara signifikan. Sebaliknya, pengabaian OHS secara langsung menekan kinerja.
Lantas, mengapa kesenjangan implementasi ini terjadi? Studi ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama (RQ4):
- Biaya: Manajemen merasa bahwa biaya pelatihan K3 reguler terlalu tinggi.
- Budaya Takut: Pekerja takut dipecat jika melaporkan cedera atau insiden ringan, yang berarti data kecelakaan kemungkinan besar tidak dilaporkan secara akurat (underreported). Prosedur pelaporan juga ditemukan tidak jelas, dengan hanya 40% responden yang yakin akan adanya prosedur tersebut.
- Kompetensi: Ada kesulitan dalam mendapatkan personel K3 yang kompeten untuk mempromosikan praktik di tempat kerja.
Secara krusial, temuan ini menantang Teori Domino Heinrich (Heinrich Domino's theory) klasik, yang menyatakan bahwa 88% kecelakaan disebabkan oleh tindakan tidak aman pekerja. Sebaliknya, Segbenya dan Yeboah menyimpulkan bahwa tanggung jawab yang lebih besar justru terletak pada manajemen. Kegagalan manajemen untuk menyediakan pelatihan reguler dan membina budaya pelaporan yang aman adalah akar penyebab kecelakaan, bukan semata-mata kesalahan pekerja.
Kontribusi Utama terhadap Bidang
Studi oleh Segbenya dan Yeboah (2022) memberikan tiga kontribusi utama bagi komunitas akademik dan praktisi OHS:
- Pergeseran Paradigma Tanggung Jawab: Kontribusi teoretis paling signifikan adalah pembalikan sebagian dari Teori Domino Heinrich dalam konteks Ghana. Dengan menyoroti kegagalan dalam pelatihan reguler dan "budaya takut" melaporkan, penelitian ini memindahkan fokus dari "tindakan tidak aman" pekerja ke "kelalaian manajerial" sebagai prediktor utama kecelakaan.
- Kuantifikasi Dampak Kinerja: Penelitian ini menyediakan bukti empiris yang vital (Beta = 0.728) yang secara langsung menghubungkan praktik OHS dengan kinerja karyawan di sektor konstruksi Ghana. Ini membuktikan bahwa investasi dalam OHS bukanlah sekadar pusat biaya (cost center), melainkan pendorong kinerja (performance driver).
- Identifikasi Hambatan Kultural: Studi ini mengidentifikasi "takut dipecat" sebagai penghalang implementasi K3 yang kritis. Ini menyiratkan bahwa data kecelakaan resmi kemungkinan besar tidak akurat dan bahwa intervensi teknis (seperti APD) tidak akan berhasil tanpa mengatasi masalah keamanan psikologis dan keamanan kerja (job security).
Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka
Meskipun memberikan wawasan penting, penelitian ini memiliki keterbatasan yang justru membuka jalan bagi penyelidikan di masa depan. Pertama, studi ini berfokus pada satu perusahaan konstruksi besar, Consar Construction Ltd. Meskipun perusahaan ini signifikan, temuan ini mungkin tidak dapat digeneralisasi ke seluruh sektor konstruksi Ghana, terutama pada kontraktor skala kecil dan menengah dengan sumber daya yang berbeda.
Kedua, model regresi menunjukkan bahwa OHS menjelaskan 30.4% varian kinerja, yang berarti 69.6% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam studi ini. Hal ini memunculkan pertanyaan: Faktor apa lagi (misalnya, kompensasi, gaya kepemimpinan, keamanan kerja) yang berinteraksi dengan OHS untuk memengaruhi kinerja?
Ketiga, temuan tentang "kurangnya personel kompeten" dan "biaya training tinggi" masih bersifat deskriptif. Pertanyaan terbuka yang mendesak adalah:
- Apa bottleneck spesifik dalam rantai pasokan talenta OHS di Ghana (pendidikan, sertifikasi, atau gaji)?
- Bagaimana persepsi "biaya tinggi" dapat dilawan dengan data Return on Investment (ROI) yang kuat dari intervensi K3?
5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan Justifikasi Ilmiah)
Berdasarkan temuan, kontribusi, dan keterbatasan yang disajikan oleh Segbenya dan Yeboah, agenda penelitian berikut direkomendasikan untuk peneliti dan lembaga pendanaan.
- Riset Intervensi: Analisis ROI Pelatihan K3 Reguler
- Justifikasi Ilmiah: Temuan utama paper ini adalah kegagalan dalam menyediakan pelatihan K3 reguler (induksi, orientasi, penyegaran), yang didorong oleh persepsi manajemen tentang "biaya tinggi". Paper ini berargumen bahwa biaya kemanusiaan dan hukum lebih besar, tetapi argumen ini memerlukan data ROI yang kuat.
- Arah Riset Baru: Melakukan studi intervensi longitudinal quasi-experimental. Peneliti harus membandingkan beberapa lokasi konstruksi: (A) Kontrol (tanpa perubahan), (B) Intervensi 1 (pelatihan K3 on-the-job berbiaya rendah), dan (C) Intervensi 2 (pelatihan off-the-job komprehensif). Variabel dependen harus mencakup (a) biaya moneter pelatihan, (b) frekuensi dan tingkat keparahan insiden (termasuk near-misses), dan (c) metrik kinerja (waktu penyelesaian tugas, kualitas kerja). Studi semacam itu akan secara langsung menguji apakah penghematan dari pengurangan kecelakaan dan peningkatan kinerja melebihi biaya investasi pelatihan.
- Studi Mixed-Methods: Mengatasi "Budaya Takut" dengan Pelaporan Anonim
- Justifikasi Ilmiah: Studi ini mengungkap bahwa pekerja "takut dipecat" jika melaporkan cedera ringan, dan prosedur pelaporan yang ada tidak jelas bagi banyak pekerja. Ini menunjukkan bahwa data keselamatan tidak akurat.
- Arah Riset Baru: Menerapkan desain penelitian mixed-methods yang mengevaluasi dampak sistem pelaporan anonim (misalnya, hotline independen atau aplikasi seluler) terhadap budaya keselamatan. Fase kualitatif akan mengeksplorasi persepsi pekerja tentang keamanan psikologis. Fase kuantitatif akan membandingkan (a) volume dan jenis laporan insiden (terutama near-misses) sebelum dan sesudah implementasi sistem anonim, dan (b) skor kinerja tim. Hipotesisnya adalah bahwa anonimitas akan meningkatkan pelaporan, menyediakan data yang lebih baik untuk pencegahan proaktif, dan memutus siklus "takut".
- Studi Kohort: Dampak Kesehatan Jangka Panjang (Pasca-Konstruksi)
- Justifikasi Ilmiah: Paper ini secara eksplisit merekomendasikan penelitian di luar kecelakaan di tempat kerja untuk melihat "efek lingkungan berdebu terhadap kesehatan pekerja konstruksi setelah aktivitas konstruksi". Ini adalah perluasan penting dari OHS, dari "keselamatan" (kecelakaan) menjadi "kesehatan" (penyakit akibat kerja).
- Arah Riset Baru: Melakukan studi kohort prospektif. Merekrut sekelompok pekerja konstruksi baru dan melacak mereka selama 5-10 tahun. Variabel independen akan mencakup tingkat paparan debu di tempat kerja (diukur melalui pemantauan udara) dan penggunaan APD. Variabel dependen akan menjadi insiden penyakit pernapasan jangka panjang yang didiagnosis secara klinis. Penelitian ini sangat penting untuk memahami total biaya kemanusiaan dari sektor ini, di luar statistik kecelakaan yang terlihat.
- Pemodelan Struktural: OHS dalam Konteks Manajemen SDM Holistik
- Justifikasi Ilmiah: Model regresi menyisakan 69.6% varian kinerja tidak terjelaskan. Para penulis secara eksplisit menyarankan penelitian masa depan untuk melihat isu-isu SDM lainnya, seperti "masalah jaminan sosial" dan "tantangan retensi atau turnover".
- Arah Riset Baru: Menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menguji model yang lebih komprehensif. Model ini harus memposisikan praktik OHS (variabel laten) bersama dengan variabel laten lainnya seperti (a) Keamanan Kerja (terkait dengan "takut dipecat"), (b) Jaminan Sosial, dan (c) Kompensasi. Model ini dapat menguji hipotesis bahwa OHS yang buruk hanyalah gejala dari praktik manajemen eksploitatif yang lebih luas, dan bagaimana variabel-variabel ini secara kolektif memprediksi turnover dan kinerja.
- Analisis Rantai Pasokan: Mengurai Bottleneck Kompetensi OHS
- Justifikasi Ilmiah: Hambatan signifikan yang diidentifikasi adalah kesulitan "mendapatkan personel kesehatan dan keselamatan yang kompeten". Ini adalah masalah sistemik yang tidak dapat diselesaikan oleh satu perusahaan saja.
- Arah Riset Baru: Melakukan analisis rantai pasokan talenta OHS di Ghana. Penelitian ini harus kualitatif, melibatkan wawancara mendalam dengan pemangku kepentingan utama: (a) institusi pendidikan tinggi dan pelatihan yang menawarkan program OHS, (b) badan sertifikasi profesional, (c) regulator pemerintah, dan (d) manajer perekrutan di berbagai perusahaan konstruksi. Tujuannya adalah untuk memetakan alur talenta dan mengidentifikasi bottleneck spesifik: Apakah masalahnya adalah kurangnya program, biaya sertifikasi yang mahal, gaji yang tidak kompetitif, atau ketidaksesuaian keterampilan antara kurikulum dan kebutuhan industri?
Ajakan untuk Kolaborasi
Studi Segbenya dan Yeboah (2022) telah meletakkan fondasi yang kuat, memberikan bukti kuantitatif (Beta=0.728) bahwa OHS adalah pendorong kinerja vital di Ghana. Penelitian ini secara tepat menggeser beban tanggung jawab dari pekerja ke manajemen, terutama dalam hal pelatihan dan budaya pelaporan.
Untuk membangun temuan ini dan mengatasi pertanyaan terbuka yang kompleks—terutama seputar ROI pelatihan, budaya takut, dan pasokan talenta kompeten—penelitian di masa depan tidak dapat dilakukan secara terisolasi. Diperlukan upaya kolaboratif. Penelitian lebih lanjut harus melibatkan kemitraan antara institusi akademik (seperti University of Cape Coast), regulator pemerintah yang menegakkan kerangka kerja (seperti Factories, Offices and Shops Act 1970), dan asosiasi industri konstruksi Ghana untuk memastikan bahwa temuan tidak hanya valid secara akademis tetapi juga relevan secara praktis dan berkelanjutan.
Baca paper aslinya di sini (https://doi.org/10.1177/11786302221137222)