Ketika David Bertemu Goliath di Aspal: Sebuah Refleksi tentang Truk, Kita, dan 59% Nyawa yang Bisa Diselamatkan

Dipublikasikan oleh Melchior Celtic

21 November 2025, 13.19

Ketika David Bertemu Goliath di Aspal: Sebuah Refleksi tentang Truk, Kita, dan 59% Nyawa yang Bisa Diselamatkan

Laporan penelitian ini menyajikan analisis komprehensif dan mendalam mengenai konflik fatal antara Kendaraan Barang Berat (HGV) dan Pengguna Jalan Rentan (VRU) dalam ekosistem transportasi Swedia. Berbasis pada data empiris dari 63 kecelakaan fatal yang terjadi antara tahun 2015 hingga 2020, laporan ini mengevaluasi efektivitas 22 sistem keselamatan aktif dan pasif, baik yang sudah ada di pasar maupun yang akan diwajibkan oleh regulasi masa depan seperti General Safety Regulation (GSR) dan Euro NCAP.

Analisis menunjukkan bahwa implementasi teknologi keselamatan secara teoretis mampu mencegah hingga 59% dari total kematian yang diamati. Temuan kunci mengindikasikan bahwa sistem aktif seperti Moving-Off Information System (MOIS) dan Blind Spot Information System (BSIS) memiliki potensi tertinggi untuk menyelamatkan pejalan kaki dan pesepeda. Sementara itu, untuk pengendara roda dua bermesin (PTW) yang sering terlibat dalam kecelakaan berkecepatan tinggi, solusi pasif berupa perlindungan roda (wheel protection) menjadi benteng pertahanan terakhir yang vital. Namun, adanya residu fatalitas sebesar 41% menegaskan bahwa teknologi kendaraan semata tidak cukup. Diperlukan pendekatan holistik yang mencakup infrastruktur, serta peningkatan kompetensi manusia melalui pendidikan keselamatan yang terstruktur, seperti yang ditawarkan oleh platform pengembangan profesional (https://www.diklatkerja.com/).   

1. Pendahuluan: Paradoks Raksasa di Jalan Raya

1.1 Latar Belakang: Visi Nol dan Realitas Lapangan

Swedia telah lama menjadi mercusuar global dalam keselamatan jalan raya sejak parlemennya mengadopsi Vision Zero pada tahun 1997. Filosofi ini bukan sekadar target statistik, melainkan sebuah pergeseran paradigma etis yang menyatakan bahwa kehilangan nyawa dalam sistem transportasi adalah hal yang tidak dapat diterima. Dengan tingkat kematian jalan raya sekitar 19 per satu juta penduduk pada tahun 2020, Swedia, bersama Norwegia, berdiri sebagai negara dengan jalanan teraman di dunia.   

Namun, di balik statistik yang mengesankan ini, terdapat sebuah paradoks yang meresahkan. Kendaraan Barang Berat (HGV), atau truk dengan berat kotor lebih dari 3,5 ton, hanya menyumbang sekitar 6% dari total jarak tempuh kendaraan di negara tersebut. Kendati demikian, raksasa-raksasa besi ini terlibat dalam proporsi yang tidak seimbang dari tragedi di jalan raya—mencapai 15% hingga 20% dari semua kematian lalu lintas dalam dekade terakhir.   

Disparitas ini menyoroti hukum fisika yang tak terelakkan: ketika massa puluhan ton bertemu dengan tubuh manusia yang rapuh tanpa perlindungan, hasilnya hampir selalu katastropik. Interaksi ini menjadi fokus utama dari laporan ini, yang membedah dinamika tabrakan antara HGV dan Pengguna Jalan Rentan (VRU)—kelompok yang terdiri dari pejalan kaki, pesepeda, dan pengendara sepeda motor (PTW).

1.2 Urgensi Regulasi dan Peta Jalan Teknologi

Laporan ini hadir pada titik infleksi yang kritis dalam sejarah regulasi keselamatan otomotif Eropa. Regulator telah mulai mengalihkan fokus dari perlindungan penumpang mobil (yang sudah sangat maju) ke perlindungan mereka yang berada di luar kendaraan. General Safety Regulation (GSR) terbaru dan peta jalan Euro NCAP yang akan datang telah menetapkan tonggak-tonggak ambisius untuk implementasi teknologi keselamatan pada kendaraan komersial.   

Peta jalan Euro NCAP, misalnya, merencanakan peluncuran uji konsumen untuk kendaraan komersial berat dalam tiga fase mulai tahun 2024. Fase ini akan dimulai dengan evaluasi keselamatan aktif, kemudian berlanjut ke penilaian perhatian pengemudi pada 2027, dan akhirnya penilaian keselamatan pasif pada 2030. Dalam konteks inilah analisis retrospektif terhadap kecelakaan fatal menjadi sangat berharga—untuk memvalidasi apakah teknologi yang direncanakan benar-benar relevan dengan skenario kematian di dunia nyata.   

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk mengevaluasi potensi efisiensi dari penanggulangan (countermeasures) HGV yang ada dan yang akan datang dalam menyelamatkan nyawa VRU. Dengan mengadopsi pendekatan sistem yang aman (Safe System Approach), penelitian ini memprioritaskan sistem keselamatan kendaraan untuk memahami kontribusinya terhadap pencegahan tabrakan atau mitigasi keparahan cedera.   

2. Metodologi Investigasi: Merekonstruksi Detik-Detik Terakhir

2.1 Sumber Data: Autopsi Sistemik

Dasar dari laporan ini adalah basis data studi mendalam (in-depth studies) yang dikelola oleh Administrasi Transportasi Swedia (STA). Sejak 1997, STA telah mengumpulkan data forensik dari setiap kecelakaan fatal di jalanan Swedia. Data ini mencakup laporan polisi, laporan layanan penyelamatan darurat, jurnal medis dari rumah sakit, pernyataan saksi mata, dan analisis teknis penyelidik lalu lintas mengenai kondisi kendaraan dan infrastruktur.   

Untuk laporan ini, sampel yang diambil mencakup seluruh kecelakaan fatal antara HGV dan VRU di Swedia dari tahun 2015 hingga 2020. Total terdapat 63 kasus valid yang dianalisis. Penting untuk dicatat bahwa satu kasus dikecualikan karena HGV tidak terlibat aktif (sepeda motor menabrak mobil penumpang lalu terlempar ke bawah HGV), sehingga menjaga kemurnian data terkait interaksi langsung HGV-VRU.   

2.2 Proses Konsensus Analisis

Metodologi yang digunakan bukanlah simulasi komputer semata, melainkan analisis kualitatif berbasis konsensus ahli. Sebuah kelompok yang terdiri dari minimal tiga analis dengan keahlian di bidang keselamatan aktif, keselamatan pasif, faktor manusia, dan investigasi kecelakaan dibentuk.

Proses analisis dilakukan dalam dua tahap utama:

  1. Rekonstruksi: Kelompok ini meninjau ulang setiap detik kejadian kecelakaan menggunakan semua data yang tersedia untuk mencapai pemahaman bersama tentang urutan peristiwa (course of events).

  2. Evaluasi Penanggulangan: Kelompok kemudian mendiskusikan dan mencapai konsensus mengenai apakah setiap penanggulangan yang relevan dapat mencegah kecelakaan atau mencegah cedera fatal.

Analisis ini menggunakan pendekatan biner: "Ya" atau "Tidak". Sebuah "Ya" diberikan jika ada konsensus bahwa teknologi tersebut akan mencegah fatalitas, berdasarkan "populasi target" dan "kondisi batas" yang telah didefinisikan secara ketat untuk setiap teknologi.   

2.3 Definisi Penanggulangan (Countermeasures)

Penelitian ini mendefinisikan 22 sistem keselamatan spesifik, yang dibagi menjadi sistem aktif dan pasif. Setiap sistem memiliki parameter operasional yang jelas. Misalnya, Advanced Emergency Braking (AEB) untuk pejalan kaki diasumsikan efektif hanya jika kecepatan truk berada di bawah ambang batas tertentu dan pejalan kaki berada dalam jangkauan sensor yang realistis.

3. Analisis Skenario Fatalitas: Anatomi Konflik

Untuk memahami solusi, kita harus terlebih dahulu memahami masalahnya secara mendalam. Pola kecelakaan ternyata sangat spesifik untuk setiap jenis pengguna jalan rentan. Tidak ada solusi "satu ukuran untuk semua".

3.1 Pejalan Kaki: Bahaya di Titik Buta Depan

Pejalan kaki mewakili kelompok korban terbesar dalam sampel ini (n=28). Analisis pola kecelakaan mengungkapkan bahwa ancaman terbesar bagi pejalan kaki bukanlah truk yang melaju kencang di jalan raya, melainkan truk yang bergerak pelan di lingkungan perkotaan.

Skenario Dominan: Moving-Off (Mulai Bergerak) Sembilan dari 28 kematian pejalan kaki terjadi dalam skenario moving-off. Ini biasanya terjadi di persimpangan atau penyeberangan zebra (zebra cross).

  • Mekanisme: Pejalan kaki mulai menyeberang di depan truk yang sedang berhenti karena lampu merah atau kemacetan. Karena desain kabin truk yang tinggi (Cab-Over-Engine), terdapat area buta yang signifikan tepat di depan bumper bawah.

  • Kronologi: Sebelum pejalan kaki sampai ke sisi seberang, lampu lalu lintas berubah hijau. Pengemudi truk, yang tidak melihat siapa pun melalui kaca depan atau spion, mulai menjalankan kendaraan.

  • Kecepatan: Kecepatan HGV dalam kejadian ini sangat rendah (< 10 km/jam), dan pejalan kaki berjalan normal (< 5 km/jam). Namun, massa truk yang besar menyebabkan cedera fatal seketika saat terjadi kontak dan pelindasan.   

Selain itu, terdapat 7 kasus di mana pejalan kaki menyeberang jalur HGV (crossing path) dan 5 kasus manuver mundur (reversing), yang sering terjadi di area pemuatan barang atau loading dock.   

3.2 Pesepeda: Konflik Tikungan Kanan

Bagi 13 pesepeda yang tewas, pola kecelakaan sangat konsisten dan mengerikan: Truk Berbelok ke Kanan (Turning Right).

Dinamika Kesalahpahaman Kecelakaan ini terjadi ketika truk dan sepeda datang dari arah yang sama. Truk hendak berbelok ke kanan di persimpangan, sementara pesepeda hendak lurus atau juga berbelok.

  • Faktor Visual: Pengemudi truk memiliki keterbatasan visibilitas di sisi kanan kabin (sisi penumpang).

  • Faktor Kognitif: Analisis menunjukkan bahwa dalam semua kasus ini, pengemudi HGV tidak menyadari keberadaan VRU. Di sisi lain, pesepeda tampaknya salah memahami intensi truk atau berasumsi bahwa pengemudi telah melihat mereka.

  • Konsekuensi: Pesepeda tertabrak sisi samping truk dan sering kali berakhir dengan terlindas (overrun) oleh roda-roda belakang truk atau trailer. Kecepatan truk saat berbelok umumnya rendah (< 20 km/jam).   

3.3 Pengendara Motor (PTW): Kecepatan yang Mematikan

Berbeda dengan dua kelompok sebelumnya, 22 kematian pengendara motor (PTW) ditandai oleh energi kinetik yang tinggi. Skenario dominan adalah tabrakan frontal (oncoming collision).

Skenario Kritis: HGV Belok Kiri vs. PTW Oncoming Dalam skenario ini (8 kasus), HGV hendak berbelok ke kiri memotong jalur lawan. PTW datang dari arah berlawanan.

  • Tantangan Kecepatan: HGV bergerak pelan saat berbelok (~20 km/jam), namun PTW sering kali melaju dengan kecepatan sangat tinggi (> 90 km/jam), jauh di atas batas kecepatan jalan.

  • Kegagalan Deteksi: Kecepatan tinggi PTW membuat waktu reaksi menjadi sangat sempit. Pengemudi truk mungkin melihat jalan kosong saat mulai berbelok, namun motor tiba-tiba sudah berada di titik tumbukan dalam hitungan detik. Kecepatan ini juga menjadi tantangan besar bagi sensor keselamatan aktif untuk bereaksi tepat waktu.   

4. Potensi Penyelamatan Nyawa: Analisis Kuantitatif

Berdasarkan rekonstruksi kasus, tim analis mengevaluasi potensi setiap teknologi. Hasilnya memberikan gambaran optimis namun realistis tentang masa depan keselamatan jalan raya.

4.1 Efektivitas Keseluruhan

Secara total, kombinasi teknologi keselamatan aktif dan pasif pada HGV memiliki potensi untuk mencegah 59% (37 dari 63) kematian VRU yang diteliti. Ini adalah angka yang signifikan, menunjukkan bahwa mayoritas tragedi ini sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang sudah ada atau sedang dikembangkan.

4.2 Dominasi Sistem Aktif

Sistem aktif, yang bertujuan mencegah terjadinya kecelakaan sama sekali, menunjukkan potensi terbesar (51% penyelamatan). Teknologi ini bekerja sebagai "indra tambahan" bagi pengemudi.

  1. Moving-Off Information System (MOIS): Sangat efektif untuk pejalan kaki. MOIS mendeteksi keberadaan manusia di depan truk saat mulai bergerak. Potensi penyelamatannya mencapai 32% untuk kasus pejalan kaki.   

  2. Blind Spot Information System (BSIS): Ini adalah penyelamat utama bagi pesepeda. Dalam skenario belok kanan, BSIS memiliki potensi mencegah 85% fatalitas pesepeda dengan memberi peringatan dini kepada pengemudi.   

  3. Advanced Emergency Braking (AEB) Junction: Sering bekerja beriringan dengan BSIS, sistem pengereman otomatis di persimpangan juga menunjukkan potensi 85% untuk menyelamatkan pesepeda. Jika pengemudi gagal bereaksi terhadap peringatan BSIS, AEB akan mengambil alih untuk menghentikan truk.   

  4. Visi Langsung (Direct Vision) & Surround View: Perbaikan desain kabin untuk meningkatkan pandangan langsung pengemudi ke jalan memiliki dampak masif. Surround View (kamera 360 derajat) berpotensi menyelamatkan 50% pejalan kaki, sementara Direct Vision berkontribusi 43%.   

4.3 Peran Vital Sistem Pasif

Meskipun sistem aktif sangat menjanjikan, sistem pasif tetap menjadi jaring pengaman terakhir yang krusial, terutama ketika fisika kecelakaan membuat pencegahan total menjadi mustahil.

  1. Wheel Protection (Perlindungan Roda): Temuan ini adalah salah satu yang paling kritis. Banyak korban tewas bukan karena benturan awal, melainkan karena terlindas (run-over) setelah jatuh. Perlindungan roda—panel fisik yang mencegah tubuh masuk ke jalur ban—berpotensi menyelamatkan 54% pesepeda dan 18% pengendara motor. Bagi PTW, ini sering kali menjadi satu-satunya teknologi HGV yang efektif karena kecepatan tinggi mereka membuat sistem aktif gagal.   

  2. Underrun Protection (Samping & Depan): Perlindungan kolong samping (Side Underrun Protection - SUP) yang diperluas menunjukkan potensi menyelamatkan 46% pesepeda dan 14% PTW. Ini mencegah korban terseret ke bawah sasis truk.   

5. Analisis Residu: Batas Kemampuan Teknologi

Meskipun 59% nyawa dapat diselamatkan, kita dihadapkan pada kenyataan pahit tentang 41% sisanya (26 nyawa) yang masuk dalam kategori "residu". Kasus-kasus ini berada di luar jangkauan teknologi HGV yang diteliti.

5.1 Residu PTW: Tantangan Terbesar

Residu terbesar ditemukan pada kelompok PTW, di mana 73% (16 dari 22) kematian tidak dapat dicegah oleh teknologi HGV. Alasan utamanya adalah kecepatan. Ketika sebuah motor melaju dengan kecepatan sangat tinggi, waktu yang tersedia bagi sensor HGV untuk mendeteksi dan bagi sistem rem untuk bereaksi menjadi tidak cukup. Fisika pengereman memiliki batas; truk tidak bisa berhenti seketika, dan motor yang melaju peluru sulit dihindari.   

5.2 Residu Pejalan Kaki dan Pesepeda

Untuk pejalan kaki, residu (29%) sering kali melibatkan skenario di jalan berkecepatan tinggi dan kondisi gelap, di mana pejalan kaki (seringkali pengemudi mobil yang keluar karena mogok) tertabrak di jalan tol. Untuk pesepeda (15%), residu melibatkan kasus unik seperti pesepeda yang jatuh sendiri dan membentur truk yang diam atau bergerak sangat pelan.   

5.3 Implikasi: Perlunya Pendekatan di Luar Kendaraan

Besarnya angka residu ini menegaskan bahwa kita tidak bisa hanya mengandalkan teknologi kendaraan (" vehicle-centric approach "). Solusi harus melebar ke ranah infrastruktur (pemisahan jalur), teknologi terkoneksi (V2X), dan yang paling penting, faktor manusia.

6. Integrasi Faktor Manusia: Pendidikan dan Kompetensi

Salah satu wawasan implisit namun kuat dari laporan ini adalah peran sentral kompetensi manusia. Teknologi seperti BSIS atau MOIS sering kali memberikan peringatan, namun keputusan akhir tetap berada di tangan pengemudi. Kegagalan pengemudi untuk memeriksa area blind spot atau bereaksi terhadap peringatan adalah faktor kontributor utama.

6.1 Kebutuhan akan Pelatihan Berkelanjutan

Sistem keselamatan yang canggih membutuhkan operator yang kompeten. Pengemudi HGV modern bukan lagi sekadar pengemudi mekanis; mereka adalah manajer sistem yang harus memahami antarmuka digital kendaraan mereka.

Di sinilah peran platform pendidikan profesional seperti (https://www.diklatkerja.com/) menjadi sangat relevan dalam ekosistem keselamatan transportasi. Diklatkerja menyediakan akses ke berbagai pelatihan yang dapat menjembatani kesenjangan antara teknologi canggih dan kemampuan manusia.

6.2 Relevansi Kurikulum K3 dan Transportasi

Dalam konteks "residu" yang tidak teratasi oleh teknologi, pelatihan perilaku dan keselamatan kerja menjadi benteng pertahanan utama. Platform seperti Diklatkerja menawarkan kursus yang secara langsung relevan dengan temuan studi ini:

  • Manajemen Keselamatan Transportasi: Kursus yang mengajarkan tentang manajemen risiko operasional, pentingnya pengecekan kendaraan (pre-trip inspection), dan manajemen kelelahan pengemudi. Ini krusial untuk memastikan pengemudi dalam kondisi prima saat mengoperasikan HGV.   

  • Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Pemahaman dasar K3 sangat penting bagi operator HGV. Kursus seperti "Dasar-dasar K3" atau "Sistem Manajemen Keselamatan" membantu membangun budaya keselamatan (safety culture) di mana pengemudi secara sadar memprioritaskan keselamatan di atas kecepatan pengiriman.   

  • Manajemen Logistik dan Alat Berat: Memahami dinamika alat berat dan logistik membantu pengemudi dan manajer armada merencanakan rute yang lebih aman, menghindari area padat VRU jika memungkinkan, dan memahami batasan fisik kendaraan mereka.   

Peningkatan kompetensi melalui pelatihan yang terstruktur di(https://diklatkerja.com/) dapat mengurangi kesalahan manusia (human error) yang sering kali menjadi pemicu awal dalam skenario moving-off atau turning right. Pendidikan adalah "software" yang harus diinstal pada manusia agar "hardware" keselamatan pada truk dapat berfungsi maksimal.

7. Diskusi Mendalam: Wawasan Orde Kedua dan Ketiga

7.1 Sinergi Aktif-Pasif: Redundansi yang Menyelamatkan

Salah satu temuan paling berharga dari studi ini adalah konsep "komplementaritas". Sering kali perdebatan keselamatan berpusat pada "mencegah kecelakaan" (aktif) vs "melindungi saat kecelakaan" (pasif). Studi ini menunjukkan bahwa keduanya harus bekerja bersama.

Misalnya, dalam kasus pesepeda: Sistem AEB mungkin tidak bisa sepenuhnya menghentikan truk tepat waktu untuk menghindari kontak, tetapi bisa mengurangi kecepatan secara drastis. Pada kecepatan yang lebih rendah ini, sistem pasif seperti Side Underrun Protection menjadi jauh lebih efektif dalam mencegah pesepeda terseret ke bawah roda. Tanpa pengereman awal (aktif), benturan mungkin terlalu keras bagi sistem pasif untuk menahan beban. Tanpa sistem pasif, pengereman saja mungkin masih menyisakan kontak fatal. Sinergi inilah yang menciptakan ketahanan (robustness) dalam sistem keselamatan.   

7.2 Kesenjangan Implementasi dan Umur Armada

Laporan ini menyoroti masa depan yang cerah dengan regulasi GSR dan Euro NCAP. Namun, ada realitas logistik yang harus diakui: umur armada truk. Rata-rata usia truk di Uni Eropa adalah sekitar 14,2 tahun.   

Ini berarti, meskipun teknologi seperti MOIS dan AEB diwajibkan pada truk baru mulai tahun 2024 atau 2028, akan butuh waktu lebih dari satu dekade sebelum mayoritas truk di jalanan memilikinya. Selama masa transisi yang panjang ini (" lag period "), solusi retrofit (pemasangan ulang) dan solusi non-teknologi (seperti Wheel Protection fisik yang lebih mudah dipasang pada truk lama) menjadi sangat penting. Kita tidak bisa hanya menunggu armada berganti baru untuk menyelamatkan nyawa.

7.3 Perspektif Konektivitas Masa Depan (V2X)

Untuk residu PTW yang tinggi, laporan menyarankan solusi Connected Safety Technology (V2V atau V2I). Bayangkan jika motor dapat mengirimkan sinyal keberadaannya ke truk di tikungan buta. Truk akan "tahu" ada motor melaju kencang bahkan sebelum terlihat oleh mata atau sensor radar. Studi mengestimasi bahwa teknologi konektivitas ini secara teoretis bisa mencegah 70% fatalitas yang tersisa, menutupi celah yang tidak bisa dijangkau oleh sensor on-board mandiri.   

8. Kesimpulan dan Rekomendasi Strategis

Studi retrospektif terhadap 63 kecelakaan fatal di Swedia ini memberikan peta jalan yang jelas untuk mengurangi konflik maut antara raksasa jalan raya dan pengguna jalan yang rentan.

Kesimpulan Utama:

  1. Potensi Signifikan: Sebanyak 59% nyawa VRU dapat diselamatkan dengan penerapan teknologi keselamatan HGV yang komprehensif.

  2. Spesifisitas Solusi:

    • Pejalan Kaki: Membutuhkan visi yang lebih baik (Direct VisionSurround View) dan deteksi gerak awal (MOIS).

    • Pesepeda: Sangat bergantung pada peringatan titik buta (BSIS) dan intervensi pengereman di tikungan (AEB Junction).

    • PTW: Paling sulit diselamatkan oleh sistem aktif karena kecepatan tinggi; sangat membutuhkan perlindungan fisik (Wheel Protection) untuk mencegah pelindasan.

  3. Residu: Sebesar 41% kasus (terutama PTW) memerlukan solusi di luar kendaraan HGV itu sendiri, seperti infrastruktur, konektivitas, dan perubahan perilaku.

Rekomendasi:

  • Bagi Regulator: Mempercepat mandat untuk perlindungan fisik (seperti Wheel Protection dan Extended Underrun Protection) yang terbukti efektif sebagai pertahanan terakhir, serta mendorong standar Direct Vision yang lebih ketat untuk desain kabin truk masa depan.

  • Bagi Industri: Mengembangkan fusi sensor yang lebih baik untuk menangani objek berkecepatan tinggi (PTW) dan memastikan sistem aktif bekerja mulus dengan sistem pasif.

  • Bagi Operator Transportasi: Berinvestasi dalam pelatihan pengemudi yang berkelanjutan. Menggunakan platform seperti (https://www.diklatkerja.com/) untuk memastikan pengemudi dan manajer keselamatan memahami teknologi baru dan praktik manajemen risiko terbaik. Kompetensi manusia adalah kunci untuk mengatasi residu yang tidak terjangkau teknologi.

  • Bagi Masyarakat (VRU): Peningkatan kesadaran akan "No-Go Zones" di sekitar truk, terutama area titik buta saat truk berbelok atau mulai bergerak.

Visi Nol bukanlah mimpi utopis, tetapi target yang dapat dicapai melalui rekayasa yang cerdas, regulasi yang berani, dan pendidikan yang konsisten. Laporan ini membuktikan bahwa kita memiliki alat untuk menyelamatkan sebagian besar nyawa yang hilang; sekarang tantangannya adalah implementasi.

Referensi Dokumen:

  • Dukic Willstrand, T., Holmquist, K., Fredriksson, R., & Rizzi, M. (2024). Potential of heavy goods vehicle countermeasures to reduce the number of fatalities in crashes with vulnerable road users in Sweden. Traffic Safety Research, vol. 6. DOI: 10.55329/dpjc9540.    

  • Informasi tambahan terkait pelatihan dan kompetensi kerja diintegrasikan dari platform(https://www.diklatkerja.com/).