Kerangka Tak Terlihat di Dunia Kita (Dan Mengapa Begitu Rumit)

Dipublikasikan oleh Melchior Celtic

02 Oktober 2025, 13.40

Kerangka Tak Terlihat di Dunia Kita (Dan Mengapa Begitu Rumit)

Pernahkah kamu merakit perabotan IKEA? Kamu membuka kotak, menebarkan semua potongan di lantai, dan mengambil buku manualnya. Ada momen kelegaan—sebuah peta jalan untuk keluar dari kekacauan. Tapi sering kali, kelegaan itu diikuti oleh frustrasi. Gambarnya membingungkan, beberapa langkah terasa tidak logis, dan kamu bertanya-tanya, "Siapa yang merancang instruksi ini?"

Manual IKEA itu adalah analogi skala kecil yang sempurna untuk sebuah standar desain. Ia adalah panduan, jaring pengaman, tetapi juga bisa membingungkan, terlalu preskriptif, atau bahkan terasa tidak masuk akal. Ini adalah paradoks dari aturan: kita membutuhkannya untuk menciptakan keteraturan, tetapi proses pembuatannya sendiri sering kali penuh dengan kekacauan.

Sekarang, bayangkan jika manual itu bukan untuk rak buku, melainkan untuk jembatan gantung atau gedung pencakar langit. Taruhannya jauh lebih tinggi. Inilah dunia yang dijelajahi oleh disertasi PhD Dr. Mariapia Angelino, "Mengembangkan standar desain yang lebih baik untuk industri konstruksi". Saya baru saja menghabiskan waktu berhari-hari tenggelam dalam penelitian setebal 80.000 kata ini, dan apa yang saya temukan sungguh mengejutkan. Disertasi ini berargumen bahwa membuat standar desain yang "baik" bukanlah tugas teknis yang lugas. Sebaliknya, ini adalah tentang menavigasi sebuah  

"konteks sosio-teknis yang kompleks". Para peneliti menyebutnya sebagai "masalah pelik" (  

wicked problem)—sebuah masalah di mana mendefinisikan masalah itu sendiri adalah bagian dari masalahnya.  

Kompleksitas yang kita lihat dalam dokumen-dokumen teknis yang tebal itu bukanlah sebuah kesalahan desain yang tidak disengaja; itu adalah gejala dari sistem yang mendasarinya. Sistem ini terus-menerus mencoba menyeimbangkan tuntutan yang saling bersaing: keselamatan versus ekonomi, inovasi versus konsistensi, tanggung jawab hukum, kepentingan politik, dan tingkat keahlian ribuan insinyur yang berbeda-beda. Jadi, untuk "memperbaiki" kompleksitas, kita tidak bisa hanya menyewa editor yang lebih baik. Kita harus memahami—dan memperbaiki—sistem yang menghasilkannya. Tulisan ini adalah janji saya untuk membongkar "masalah pelik" ini dan mengungkap kisah yang mengejutkan tentang sisi manusiawi di balik dokumen-dokumen teknis yang membentuk dunia fisik kita.  

Dari Palu Hammurabi ke Perpustakaan Aturan: Sebuah Kisah 4.000 Tahun

Untuk memahami mengapa aturan-aturan kita begitu rumit hari ini, kita perlu melihat ke belakang. Disertasi Angelino membawa kita dalam perjalanan sejarah yang menarik, menunjukkan bagaimana kita beralih dari kesederhanaan yang brutal ke kompleksitas yang terkodifikasi.  

Zaman Kesederhanaan yang Brutal

Kisah kita dimulai sekitar 4.000 tahun yang lalu di Babilonia. Di sini kita menemukan contoh pertama dari peraturan bangunan yang diketahui: Kode Hammurabi. Aturannya sangat jelas dan tanpa kompromi. Salah satu pasalnya berbunyi:

"Jika seorang pembangun membangun rumah untuk seseorang dan tidak membuat konstruksinya kokoh, dan rumah yang dibangunnya runtuh dan menyebabkan kematian pemilik rumah, pembangun itu akan dihukum mati."  

Ini adalah standar "berbasis kinerja" (performance-based) yang paling pamungkas. Kode ini tidak menentukan jenis batu bata atau metode konstruksi yang harus digunakan. Ia hanya menetapkan satu hasil yang tidak bisa ditawar: rumah itu tidak boleh runtuh. Tanggung jawab sepenuhnya dan secara pribadi berada di pundak satu individu. Sederhana, langsung, dan brutal.

Zaman Kompleksitas yang Terkodifikasi

Sekarang, mari kita lompat ke era modern. Revolusi Industri membawa material baru seperti beton dan baja struktural, menciptakan kebutuhan untuk menyebarkan pengetahuan teknis secara luas dan konsisten. Tanggung jawab tidak lagi berada di tangan satu "ahli bangunan" saja. Prosesnya terpecah menjadi arsitek, insinyur struktur, insinyur geoteknik, kontraktor, dan produsen material.  

Sebagai respons, lahirlah perpustakaan aturan. Puncaknya adalah dokumen seperti Structural Eurocodes, sebuah rangkaian standar desain yang terdiri dari 58 bagian terpisah. Sistem ini adalah kebalikan total dari Kode Hammurabi. Ia sangat preskriptif (menentukan  

bagaimana sesuatu harus dilakukan), dibuat melalui konsensus komite yang panjang, dan menyebarkan tanggung jawab ke seluruh jaringan pemangku kepentingan.

Peralihan ini mengungkap sebuah tren yang mendasari: ada hubungan terbalik antara kompleksitas aturan dan tanggung jawab pribadi. Semakin kompleks sistem teknis kita, semakin rumit pula aturan yang kita ciptakan untuk menyebarkan risiko. Tidak ada satu orang pun yang bisa diharapkan untuk mengetahui segalanya. Standar desain modern, oleh karena itu, bukan hanya panduan teknis; ia adalah tulang punggung hukum dan sosial dari sistem tanggung jawab yang terdistribusi. Inilah mengapa mengubahnya begitu sulit—mengubah aturan berarti mengubah sistem pertanggungjawaban yang sudah tertanam dalam.

Kehidupan Rahasia Standar Desain: Lebih Manusiawi dari yang Kamu Kira

Jika kamu berpikir standar desain adalah dokumen yang kering dan objektif seperti buku teks fisika, pikirkan lagi. Argumen inti dari disertasi Angelino adalah bahwa standar desain lebih mirip seperti sebuah perjanjian damai yang dinegosiasikan dengan susah payah. 

Pertarungan Para Pembangun: Akademisi vs. Praktisi

Bayangkan sebuah ruangan yang penuh dengan orang-orang terpintar di bidang rekayasa. Di satu sisi, ada para akademisi dan peneliti. Mereka ingin memasukkan metode analisis terbaru dan paling canggih secara teknis ke dalam standar. Di sisi lain, ada para insinyur praktisi yang bekerja di lapangan. Mereka menginginkan aturan yang sederhana, ekonomis, dan cepat diterapkan untuk pekerjaan sehari-hari.

Disertasi ini menyoroti bagaimana ketegangan ini—yang oleh peneliti David Nethercot sebutkan—adalah konflik mendasar yang tidak dapat dihindari dalam pembuatan standar. Setiap klausul dalam standar itu adalah hasil kompromi antara desakan untuk presisi teknis dan kebutuhan akan kepraktisan di dunia nyata.  

Dilema Sang Penulis: Seni "Mengkodekan" Pengetahuan

Disertasi ini memperkenalkan konsep yang sangat kuat dari "pengkodean" (encoding) dan "penguraian kode" (decoding) pengetahuan. Bayangkan seorang koki ahli (penulis standar) mencoba "mengkodekan" pengetahuan intuitifnya tentang memasak ke dalam sebuah resep. Kemudian, seorang juru masak rumahan (pengguna standar) harus "menguraikan kode" resep itu. Masalahnya, juru masak rumahan mungkin memiliki oven yang berbeda, bahan yang berbeda, dan tingkat keahlian yang sama sekali berbeda. Potensi untuk menghasilkan masakan yang gosong sangat tinggi.  

Ini menjelaskan bagaimana subjektivitas penulis dan keragaman keahlian pengguna menjadi inti dari masalah. Standar ditulis oleh para ahli, tetapi sering kali digunakan oleh para generalis atau insinyur muda. Kesenjangan inilah yang sering kali menciptakan kebingungan dan frustrasi.  

Wawasan ini mengubah cara kita memandang dokumen-dokumen ini. Mereka bukanlah kebenaran objektif, melainkan artefak budaya yang mencerminkan nilai-nilai masyarakat, toleransinya terhadap risiko, kerangka hukumnya, dan prioritas ekonominya pada suatu waktu. Ketika kita mengekspor satu set standar desain, kita tidak hanya mengekspor rumus rekayasa; kita mengekspor seperangkat nilai budaya dan ekonomi.

  • 🚀 Tantangannya: Disertasi menunjukkan bahwa standar adalah negosiasi terus-menerus antara kebutuhan yang saling bersaing: keselamatan vs. ekonomi, kesederhanaan vs. kelengkapan, dan inovasi vs. konsistensi.  

  • 🧠 Faktor Manusia: Prosesnya sangat subjektif. Standar bukanlah dokumen objektif; ia adalah pengetahuan yang "dikodekan" oleh satu kelompok manusia (dengan segala bias mereka) untuk "diuraikan" oleh kelompok lain.  

  • 💡 Pelajaran: Standar yang "sempurna" dan cocok untuk semua adalah mitos. Tujuan sebenarnya adalah merancang sistem yang mengelola ketegangan manusiawi ini secara cerdas.

Apa yang Saya Pelajari dari Disertasi Ini dan Bisa Saya Terapkan Besok

Setelah menganalisis masalahnya, disertasi Angelino beralih ke solusi. Dan di sinilah letak kontribusinya yang paling berharga dan dapat ditindaklanjuti.

Memperbaiki Dokumen, Memperbaiki Proses

Penelitian ini mengusulkan kerangka kerja dua cabang untuk perbaikan: (1) memperbaiki konten standar itu sendiri, dan (2) memperbaiki sistem standardisasi yang menghasilkannya.  

Untuk konten, kerangka kerja ini mengidentifikasi properti-properti kunci yang harus dimiliki oleh standar yang baik. Ini terdengar seperti akal sehat, tetapi secara mengejutkan sering diabaikan. Properti-properti ini meliputi:

  • Jelas dan tidak ambigu (Clear and unambiguous)  

  • Lengkap dan ringkas (Complete and concise)  

  • Mudah diakses dan dinavigasi (Easy to access and navigate)  

Untuk sistem, disertasi ini merekomendasikan proses yang lebih baik, seperti memiliki "aturan penulisan yang jelas dan tidak ambigu" dan "strategi manajemen pemangku kepentingan yang efektif". Ini adalah tentang menciptakan proses yang lebih transparan, kolaboratif, dan responsif.  

Pola Pikir Baru: Dari Buku Aturan ke "Kerangka Belajar"

Di sinilah disertasi ini menjadi benar-benar visioner. Angelino mengusulkan agar kita berhenti melihat standar sebagai buku aturan yang statis dan mulai melihatnya sebagai "kerangka belajar" (learning frameworks).  

Pendekatan ini mengakui bahwa para insinyur memiliki tingkat keahlian yang berbeda—dari pemula hingga ahli. Standar yang baik seharusnya tidak hanya memberikan resep untuk diikuti secara buta. Sebaliknya, ia harus membantu para insinyur belajar, mengembangkan penilaian mereka, dan memahami mengapa aturan itu ada. Ini adalah pergeseran dari kepatuhan pasif ke pemahaman aktif. Pergeseran pola pikir ini, dari sekadar mengikuti aturan menjadi aktif meningkatkan penilaian profesional, sangat penting untuk pertumbuhan karier. Ini adalah jenis pengembangan profesional mendalam yang dituju oleh kursus-kursus di platform seperti(  

https://diklatkerja.com), yang bergerak melampaui kepatuhan belaka menuju keahlian sejati.

Meskipun kerangka kerja Angelino sangat brilian, penerapannya di dunia nyata bergantung pada kemauan badan-badan standar yang besar dan digerakkan oleh konsensus untuk mengadopsi pendekatan pemikiran sistem yang reflektif seperti ini. Disertasi ini lebih merupakan "mengapa" dan "apa" yang kuat daripada panduan "bagaimana" yang sederhana untuk sebuah komite yang berada di bawah tekanan. Kerangka kerjanya sendiri, meskipun komprehensif, bisa terasa abstrak bagi para praktisi yang mencari perubahan konkret dan segera pada dokumen yang mereka gunakan setiap hari.  

Mari Bangun Aturan yang Lebih Baik, Bersama-sama

Pesan utama dari penyelaman mendalam ke dalam disertasi ini adalah: kualitas dunia fisik kita terkait erat dengan kualitas aturan "tak terlihat" yang mengaturnya. Memperbaiki aturan-aturan ini bukan hanya pekerjaan para ahli di sebuah komite; ini membutuhkan pergeseran budaya.

Bagi para profesional di industri ini, berhentilah melihat standar sebagai sesuatu yang turun dari langit. Lihatlah diri kamu sebagai peserta aktif dalam sistem ini. Terlibatlah dalam periode konsultasi publik. Berikan umpan balik yang bijaksana. Perjuangkan prinsip-prinsip kejelasan dan kegunaan dalam pekerjaan kamu sendiri.

Bagi kita semua, mari kita hargai kompleksitas yang tersembunyi di balik bangunan dan jembatan yang kita anggap biasa. Ada sebuah kisah manusiawi yang mendalam di balik setiap baut dan balok—sebuah kisah tentang negosiasi, kompromi, dan upaya tanpa henti untuk membangun dunia yang lebih aman dan lebih baik.

Jika perjalanan ke jantung aturan rekayasa ini telah memicu rasa ingin tahu kamu, saya sangat menganjurkan kamu untuk menjelajahi sumbernya. Kamu bisa menyelami disertasi lengkap Dr. Angelino sendiri dan melihat kedalaman penelitian di balik gagasan-gagasan ini.

(https://doi.org/10.5523/bris.221v52rq008g219917z33u3u8)