Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada sebuah masalah yang melekat dalam pendidikan tinggi: proyek tesis sarjana, yang menuntut otonomi pembelajar yang tinggi, perencanaan yang unik, dan pembelajaran mandiri, secara fundamental berbeda dari mata kuliah biasa yang terstruktur. Namun, LMS yang umum digunakan saat ini dirancang untuk memfasilitasi model pengajaran tradisional, di mana dosen menyiapkan serangkaian aktivitas pembelajaran yang telah dijadwalkan untuk seluruh kelas. Akibatnya, platform-platform ini sering kali gagal menyediakan dukungan yang memadai untuk proses tesis yang lebih individual dan dinamis, yang pada gilirannya berkontribusi pada masalah-masalah yang telah lama diketahui seperti kurangnya motivasi dan keterlibatan mahasiswa.
Dengan berlandaskan pada kerangka kerja pedagogis dari lingkungan belajar konstruktivis, penelitian ini memposisikan pembelajaran mandiri (self-regulated learning) dan scaffolding (dukungan terstruktur) sebagai dua pilar teoretis utama. Hipotesis implisit yang mendasari karya ini adalah bahwa dengan merancang sebuah LMS yang secara eksplisit mendukung siklus pembelajaran mandiri (perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi diri) dan menyediakan mekanisme scaffolding yang fleksibel, tantangan-tantangan yang melekat dalam proyek tesis dapat dimitigasi secara efektif. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk mengembangkan sebuah kerangka kerja yang menyediakan prinsip-prinsip desain untuk
Learning Management Systems yang secara spesifik ditujukan untuk mendukung proyek tesis sarjana (selanjutnya disebut LMSTP).
Metodologi dan Kebaruan
Penelitian ini mengadopsi metode penelitian desain (design research), dengan menggunakan pendekatan teori desain eksplanatori untuk menghasilkan artefak utamanya: sebuah kerangka kerja desain. Proses metodologisnya sangat terstruktur. Pertama, penulis membagi proses tesis menjadi empat fase utama untuk menyederhanakan pengembangan kerangka kerja:
Inisiasi, Perencanaan, Implementasi, dan Finalisasi. Untuk setiap fase, serangkaian "Persyaratan Meta" (Meta-Requirements - MR) yang berakar pada teori pedagogis dirumuskan. Persyaratan ini kemudian diterjemahkan lebih lanjut menjadi komponen-komponen desain yang lebih konkret.
Untuk memvalidasi kerangka kerja yang diusulkan, penulis melakukan survei untuk mengumpulkan opini dari para pemangku kepentingan (mahasiswa dan pembimbing) mengenai dampak potensial dari fitur-fitur yang diusulkan.
Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada pengembangan teori pedagogis baru, melainkan pada sintesisnya yang pragmatis dan aplikatif. Dengan secara sistematis menerjemahkan konsep-konsep seperti pembelajaran mandiri dan contingent scaffolding ke dalam serangkaian persyaratan desain yang dapat ditindaklanjuti, penelitian ini berhasil menjembatani kesenjangan antara teori pendidikan dan rekayasa perangkat lunak, menawarkan sebuah cetak biru yang konkret untuk inovasi dalam teknologi pendidikan.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Temuan utama dari penelitian ini adalah kerangka kerja desain itu sendiri, yang terdiri dari serangkaian persyaratan dan komponen yang dirancang untuk mendukung setiap fase proyek tesis.
-
Fase Inisiasi: Persyaratan utamanya (MR1) adalah bahwa mahasiswa harus dapat mengumpulkan dan menciptakan ide-ide yang relevan dengan masyarakat luas serta berinteraksi dengan pembimbing. Ini diterjemahkan menjadi komponen desain yang memfasilitasi pengumpulan ide dan interaksi awal antara mahasiswa dan pembimbing.
-
Fase Perencanaan: Persyaratan utamanya (MR2) adalah bahwa mahasiswa harus dapat membuat rencana proyek tesis yang komprehensif. Komponen desain yang diusulkan mencakup fungsi untuk memvisualisasikan rencana proyek dan, yang terpenting, menyediakan fungsi bagi mahasiswa untuk dapat memodifikasi rencana tersebut, yang mendukung otonomi pembelajar.
-
Fase Implementasi: Persyaratan utamanya (MR3) adalah bahwa sistem harus mendukung pembelajaran mandiri dan menyediakan scaffolding. Ini adalah bagian paling kaya dari kerangka kerja, dengan komponen desain yang mencakup:
-
Fungsi untuk meningkatkan perhatian dan keterlibatan mahasiswa.
-
Dukungan untuk interaksi ad-hoc dan bantuan yang disesuaikan (contingent scaffolding), yang mengakui bahwa setiap mahasiswa mungkin memerlukan jenis bantuan yang berbeda pada waktu yang berbeda.
-
Alat untuk kolaborasi sejawat (peer collaboration), yang dihipotesiskan dapat meningkatkan efikasi diri dan motivasi mahasiswa.
-
Alat komunikasi daring untuk meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan pembimbing.
-
-
Fase Finalisasi: Persyaratan utamanya adalah bahwa sistem harus mendukung proses penulisan laporan akhir dan evaluasi diri. Komponen desain yang relevan mencakup fungsi-fungsi yang mendorong strategi refleksi diri.
Temuan dari survei validasi secara kuat mendukung kerangka kerja yang diusulkan. Ditemukan bahwa lebih dari 91% partisipan setuju bahwa fitur-fitur dalam kerangka kerja tersebut akan menciptakan dampak yang positif atau sangat positif, baik sebagai solusi umum maupun sebagai solusi spesifik untuk proyek tesis di fakultas mereka.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Penulis secara transparan mengakui keterbatasan utama dari penelitian ini, yaitu bahwa studi ini tidak menginvestigasi persyaratan dari perspektif administrator tesis.
Sebagai refleksi kritis, perlu dicatat bahwa kerangka kerja yang disajikan masih berada pada level konseptual. Validasi yang dilakukan didasarkan pada persepsi dan opini para pemangku kepentingan mengenai fitur-fitur yang diusulkan, bukan pada data penggunaan dari sebuah sistem yang telah diimplementasikan secara penuh. Efektivitas nyata dari sebuah LMSTP yang dibangun berdasarkan kerangka ini dalam meningkatkan hasil belajar atau mengurangi tingkat putus studi masih merupakan sebuah hipotesis yang perlu diuji secara empiris.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat signifikan. Ia menyediakan sebuah panduan yang komprehensif dan berbasis teori bagi para pengembang perangkat lunak pendidikan, desainer instruksional, dan administrator universitas yang ingin menciptakan atau mengadaptasi platform LMS agar lebih sesuai dengan kebutuhan unik dari proses pembimbingan tesis.
Untuk penelitian di masa depan, karya ini secara efektif meletakkan fondasi untuk siklus penelitian selanjutnya. Langkah berikutnya yang paling logis adalah mengimplementasikan sebuah prototipe LMSTP berdasarkan kerangka kerja ini dan kemudian melakukan studi longitudinal untuk mengevaluasi dampaknya secara kuantitatif dan kualitatif terhadap pengalaman mahasiswa, interaksi pembimbing, dan kualitas hasil tesis. Selain itu, sebagaimana disarankan oleh penulis, penelitian selanjutnya harus memperluas analisis untuk mencakup persyaratan dari para administrator guna menciptakan solusi yang benar-benar holistik.
Sumber
Peiris, C. R., Männikkö Barbutiu, S., & Hansson, H. (2022). A Framework for Designing Learning Management Systems for Thesis Projects. Journal of Research Innovation and Implications in Education, 6(3), 1-18.