Bayangkan saja: waktu liburan selalu terasa lebih “berdaging” daripada hari biasa. Ketika kamu berlari di pantai baru yang eksotis atau memasuki gedung pertama kali, setiap detik seolah mengembang. Ternyata ada penjelasan ilmiah di balik pengalaman ini. Peneliti psikologi di George Mason University baru-baru ini menemukan bahwa apa yang kita lihat dan ingat dapat mengubah persepsi durasi waktu. Menurut studi mereka, ukuran gambar dan memorabilitas (seberapa mudah sebuah gambar diingat) membuat waktu terasa lebih panjang, sedangkan gambar penuh kekacauan justru membuat waktu terasa lebih pendek[1]. Intinya, semakin menarik dan mudah diingat suatu adegan, otak kita “memperlambat” waktu untuk mengambil detailnya[1].
Bayangkan Hari Kerjamu di Ruang Baru
Bayangkan kamu diberi tugas membuat presentasi. Kamu bisa memilih latar belakang slide yang bersih atau yang rame penuh gambar cerah. Menurut penelitian ini, jika kamu memilih gambar yang besar dan mudah diingat, peserta malah akan merasa slide-mu berlangsung lebih lama daripada sebenarnya[1]. Dalam kehidupan sehari-hari, saat kita melakukan hal baru (misalnya liburan ke tempat asing), otak bekerja ekstra keras untuk memproses semua informasi baru tersebut. Fokus kita terpaku pada detail-detail unik, sehingga durasi pengalaman itu terasa melebar. Sebaliknya, rutinitas berulang membuat hari berlalu begitu cepat karena otak kita autopilot. Studi ini seakan bilang: “Mau hari kerjamu terasa panjang? Tambahkan unsur baru dan menarik!”
Penelitian Otak & Waktu
Para peneliti menguji ratusan relawan yang diminta menatap gambar-gambar berbeda dan menebak berapa lama gambar itu ditampilkan. Ada gambar dengan “scene” besar (misalnya pemandangan luas) dan gambar dengan banyak objek kecil (ruang berantakan). Hasilnya mengejutkan: relawan lebih sering menilai gambar besar dan berkesan sebagai lebih lama, sementara gambar yang penuh kekacauan dirasakan lebih cepat lewat[1]. Lebih jauh lagi, mereka juga menilai sendiri seberapa mudah gambar itu dikenang, lalu dites ingatannya keesokan harinya. Gambar yang dianggap paling memorable ternyata benar-benar diingat lebih baik – dan mengejutkannya, waktu yang mereka rasakan ketika melihat gambar ini lebih panjang dan tepat[1]. Singkatnya, gambar yang meninggalkan jejak ingatan kuat membuat detik-detiknya terkesan lebih lama di benak kita.
- 🚀 Temuan Kunci: Gambar dengan ukuran besar dan tinggi memorabilitas “memperpanjang” persepsi waktu, sedangkan gambar berantakan justru “memendekkan”nya[1]. Fakta menarik lainnya: lebih memoriabel sebuah gambar, durasi saat memandangnya dirasakan lebih akurat.
- 🧠 Inovasinya: Peneliti menggunakan model neural network (rCNN) untuk mensimulasikan pemrosesan visual otak. Mereka menemukan bahwa gambar yang sangat berkesan diproses lebih cepat oleh model otak maya ini, dan kecepatan pemrosesan yang meningkat itu memprediksi waktu terasa lebih lama dan lebih presisi[2]. Dengan kata lain, ingatan dan persepsi waktu saling kait, dibuat lewat cara otak kita memproses visual secara bertahap.
- 💡 Pelajaran: Agar hari kita terasa lebih “berat” bukan karena sulit, tapi karena penuh warna baru, cobalah menghadirkan momen yang berkesan. Daripada mengulangi rutinitas, berikan sentuhan unik pada pekerjaan atau belajar: misalnya putar musik baru saat bekerja, atur meja dengan plant unik, atau ubah urutan tugas rutin. Semakin banyak pengalaman baru dan menarik, semakin banyak kenangan yang terbentuk, dan waktu harian kita seolah “melambat” – karena otak sedang sibuk menyimpan hal-hal baru itu.
Apa yang Bikin Saya Terkejut
Jujur saja, saya kaget juga ketika membaca hasil penelitian ini. Selama ini saya pikir persepsi waktu lebih dipengaruhi mood (enjoy atau bosan) ketimbang hal teknis. Ternyata, sekadar apa yang kita lihat bisa memainkan peran besar. Misalnya, ketika rapat dengan slide yang penuh poin biasa saja, rasanya menit-menit cepat berlalu. Namun ketika bos saya pernah membagikan infografik besar yang menakjubkan, saya merasa setiap menitnya lebih lama karena otak saya dipaksa fokus menangkap detil warna dan grafiknya. Studi ini membuktikan hal itu secara ilmiah[1].
Tidak cuma itu, saya juga terkesan mereka melibatkan kecerdasan buatan untuk menyingkap mekanisme ini[2]. Semacam, para peneliti bilang: “Kami simulasikan otak melihat gambar.” Dengan model jaringan saraf tiruan (yang belajar mengenali gambar secara bertahap), terlihat jelas kenangan visual itu diproses lebih cepat. Jadi kalau ada pepatah “waktu berlalu saat kita bersenang-senang”, ternyata ada versi ilmiahnya: waktu 'melambat' saat kita memperhatikan hal luar biasa.
Meski begitu, satu kritik kecil: penyampaian topik tentang model neural network tadi cukup teknis. Bagi pembaca awam, penjelasan bagian neural-nya bisa terasa abstrak. Saya sempat berpikir, “Wah, rasanya perlu kursus khusus buat paham konsep ini.” Kalau materi otak sudah mulai pengenalan dari kursus online atau buku popular, hasilnya mungkin akan lebih mudah dipahami. Namun secara keseluruhan, wawasan bahwa ingatan visual bisa men-dial waktu adalah pelajaran berharga.
Dampak Nyata yang Bisa Saya Terapkan Hari Ini
Setelah tahu penelitian ini, saya mulai mencoba menerapkan pelajaran sederhananya di keseharian. Misalnya, saat menyusun jadwal kerja, saya sengaja memberi jeda untuk hal baru: tengok satu dokumen asing, atau tonton satu video inspiratif. Ternyata otak jadi “terisi ulang” dan tugas sehabisnya terasa tidak sepantasnya segera selesai. Sederhananya, memperbanyak variasi pekerjaan membuat hariku terasa lebih panjang dan tidak monoton.
Ide lainnya: dalam suasana belajar atau presentasi, hadirkan elemen visual menarik. Bayangkan, belajar materi rumit sambil ditemani poster warna-warni tentu jauh lebih menantang otak daripada monoton slide hitam putih. Dengan begitu, meski materi sulit, saya merasa waktu belajar jadi lebih ‘hidup’. Temuan ini juga mengingatkan saya pentingnya mindfulness: berfokus penuh ketika melihat hal baru. Saat pikiran aktif mengamati detail (karena hal baru), kita menciptakan kenangan jangka panjang sekaligus menambah rasa mengalir waktu.
Nah, kalau kamu ingin mempelajari topik terkait kognisi dan psikologi kerja lebih dalam, ada kursus singkat di DiklatKerja tentang Kemampuan Kognitif dan Beban Psikologi. Kursus ini membahas proses mental (perhatian, memori, persepsi) dalam pekerjaan sehari-hari, cocok bagi profesional maupun awam yang penasaran dengan cara kerja otak kita saat berkarya. Siapa tahu, dengan pemahaman lebih, kamu bisa merancang hari yang lebih bermakna dan “dipanjang-pendekkan” sesuai keinginan sendiri.
Kalau kamu tertarik dengan penjelasan ilmiahnya, coba baca paper aslinya: Baca paper aslinya di sini. Di situ hasil lengkapnya dijelaskan, lengkap dengan metode eksperimen dan model neural-nya.