Teknologi Industri & Pemeliharaan
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 12 Agustus 2025
Perkembangan teknologi digital dalam dua dekade terakhir memunculkan sebuah tren besar yang kerap disebut sebagai digital revolution. Salah satu teknologi yang menjadi tulang punggung revolusi ini adalah Digital Twin—sebuah representasi virtual dari sistem atau objek fisik yang dapat memantau, mensimulasikan, dan memprediksi kinerja aset di dunia nyata. Dalam konteks Operation and Maintenance (O&M), teknologi Digital Twin telah terbukti memberikan dampak signifikan terhadap efisiensi perawatan aset, perencanaan pemeliharaan yang lebih tepat, serta pengurangan waktu henti (downtime) yang merugikan.
Namun, meskipun manfaat Digital Twin sudah banyak diakui, tingkat adopsinya di industri masih belum maksimal. Salah satu hambatan utamanya adalah tidak adanya metode standar untuk mengkualifikasi Digital Twin—artinya, sulit memastikan apakah sebuah Digital Twin benar-benar merepresentasikan sistem fisik dengan akurat, dapat diandalkan, dan cocok untuk tujuan tertentu.
Paper yang ditulis oleh Jie Liu, Xingheng Liu, Jørn Vatn, dan Shen Yin ini mencoba menjawab permasalahan tersebut dengan mengusulkan framework generik untuk kualifikasi Digital Twin di bidang pemeliharaan. Framework ini terdiri dari lima pilar utama: Fidelity, Smartness, Timeliness, Integration, dan Standard Compliance.
Melalui dua studi kasus pada strategi Preventive Maintenance dan Condition-Based Maintenance (CBM), penulis menunjukkan bagaimana framework ini bisa diterapkan secara praktis, membantu organisasi memilih tingkat kualifikasi Digital Twin yang tepat sesuai kebutuhan, dan menghindari risiko over-qualified atau under-qualified.
Latar Belakang: Digital Twin dan Pemeliharaan
Digital Twin, secara sederhana, adalah kembaran digital dari objek fisik yang terhubung secara data dan dapat memantau perilaku, kondisi, dan performa objek tersebut secara real-time. Konsep ini sudah digunakan di berbagai sektor industri seperti manufaktur, transportasi, energi, konstruksi, dan bahkan kesehatan.
Beberapa contoh penerapan Digital Twin di industri:
Meskipun banyak sukses cerita, setiap industri mengembangkan dan menggunakan Digital Twin dengan kualitas, kompleksitas, dan metode yang berbeda-beda. Tanpa adanya sistem kualifikasi yang jelas, sulit bagi pengguna atau penyedia layanan untuk membandingkan dan menilai kualitas Digital Twin.
Framework Kualifikasi yang Diusulkan
Framework ini bertujuan untuk memberikan metode penilaian yang komprehensif terhadap kualitas dan kesesuaian Digital Twin dalam konteks pemeliharaan. Lima pilar utamanya adalah:
1. Fidelity
Fidelity adalah ukuran seberapa akurat Digital Twin merepresentasikan perilaku dan karakteristik objek fisiknya. Penulis membagi fidelity menjadi empat level:
Aplikasi praktis:
Untuk sistem sederhana seperti pompa air di pabrik, L1 mungkin sudah cukup. Tapi untuk sistem kompleks seperti mesin jet atau reaktor nuklir, L3 menjadi keharusan.
2. Smartness
Smartness menggambarkan tingkat kecerdasan dan fungsi yang dapat dilakukan oleh Digital Twin. Empat levelnya adalah:
Aplikasi praktis:
Sebuah Digital Twin di level L2 bisa memprediksi kegagalan bearing turbin angin sehingga tim teknis dapat menjadwalkan perbaikan sebelum kerusakan terjadi, menghemat biaya dan mencegah downtime besar.
3. Timeliness
Timeliness adalah kecepatan pembaruan data antara objek fisik dan kembarannya. Empat levelnya berdasarkan waktu tunda (lag time) adalah:
Aplikasi praktis:
Pada proses produksi berkecepatan tinggi seperti industri semikonduktor, L3 diperlukan. Sementara untuk inspeksi periodik seperti perawatan jalan raya, L1 sudah cukup.
4. Integration
Integration menilai keterhubungan Digital Twin, baik internal (antara fisik dan digital) maupun eksternal (ke sistem lain):
Aplikasi praktis:
Integrasi penuh (L3) memungkinkan Digital Twin berkomunikasi langsung dengan sistem ERP atau rantai pasok, sehingga jadwal perawatan bisa disinkronkan dengan ketersediaan suku cadang.
5. Standard Compliance
Standard Compliance adalah sejauh mana Digital Twin mematuhi standar resmi, seperti ISO 23247 untuk manufaktur. Empat levelnya:
Aplikasi praktis:
Penting untuk industri dengan regulasi ketat seperti penerbangan atau medis, di mana kepatuhan terhadap standar keselamatan adalah wajib.
Kelebihan dan Kekurangan Framework
Kelebihan:
Kekurangan:
Penerapan pada Strategi Pemeliharaan
Penulis menguji framework ini pada dua strategi perawatan utama:
1. Preventive Maintenance
Preventive Maintenance adalah perawatan rutin yang dilakukan untuk menghindari kerusakan tak terduga.
2. Condition-Based Maintenance (CBM)
CBM adalah strategi perawatan yang berdasarkan kondisi aktual peralatan.
Analisis Aplikatif
Framework ini relevan untuk industri dengan aset bernilai tinggi seperti minyak & gas, penerbangan, manufaktur presisi, dan energi terbarukan. Beberapa penerapan nyata:
Kritik dan Saran
Meskipun framework ini komprehensif, ada beberapa catatan:
Kesimpulan
Framework generik ini adalah langkah maju dalam standarisasi kualifikasi Digital Twin di bidang pemeliharaan. Dengan lima pilar utamanya, framework ini memungkinkan:
Rekomendasi:
DOI: https://doi.org/10.1016/j.jai.2023.07.002
Sumber: Journal of Automation and Intelligence, Vol. 2 (2023) 196–205