Teknologi dan Energi Berkelanjutan
Dipublikasikan oleh Hansel pada 12 September 2025
Bayangkan sebuah kota di mana setiap bangunan tidak lagi sekadar menjadi konsumen listrik, tetapi juga ikut menyetir arah aliran energi: mengisi daya baterai saat matahari bersinar terik, menyuplai kembali energi ke jaringan ketika permintaan memuncak, bahkan mengatur pemakaian sesuai kebutuhan rumah tangga atau kantor secara otomatis. Konsep ini bukan lagi mimpi futuristik dalam film sains, melainkan sebuah gagasan nyata yang kini sedang dikejar di Inggris melalui riset bertajuk Active Building.
Di tengah krisis iklim dan lonjakan harga energi global, gedung menjadi aktor penting yang sering diabaikan. Padahal, data menunjukkan sektor bangunan menyumbang sekitar 40% dari total konsumsi energi dunia. Itu artinya, hampir separuh “tagihan energi global” ada di dinding, atap, dan jendela tempat kita bekerja dan tinggal sehari-hari. Tidak heran, jika strategi menuju net-zero carbon tidak bisa hanya bertumpu pada pembangkit listrik skala besar atau mobil listrik; cara kita membangun rumah, kantor, sekolah, dan rumah sakit akan menentukan arah masa depan energi.
Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan besar: bagaimana caranya membuat bangunan tidak hanya hemat energi, tetapi juga “aktif” — ikut mengendalikan pasokan, penyimpanan, dan distribusi listrik? Di sinilah lahir gagasan Active Building Protocol dan Active Building Toolkit, yang dirancang sebagai panduan praktis untuk arsitek dan desainer. Bukan hanya kumpulan teori teknis, toolkit ini hadir sebagai jembatan antara ilmu laboratorium dengan kebutuhan dunia nyata: dokumen yang bisa dibuka arsitek saat mendesain, atau dipakai kontraktor saat menyusun spesifikasi teknis.
Lebih jauh, penelitian ini bukan sekadar eksperimen akademis. Ia membawa pesan praktis: jika arsitek dan insinyur bisa dilibatkan sejak dini dengan bahasa yang mereka pahami — bukan jargon teknis berlapis — maka konsep Active Building bisa menembus batas universitas dan masuk ke proyek komersial. Inilah alasan kenapa tim peneliti memilih uji coba yang tidak biasa: mereka mengadakan focus groups yang diformat seperti sesi pelatihan Continuous Professional Development (CPD). Jadi, selain mendapatkan data, peneliti juga memberikan manfaat langsung: peserta pulang tidak hanya mengisi kuesioner, tapi juga membawa ilmu baru yang bisa mereka gunakan besok di meja kerja.
Pendekatan ini menjawab tantangan klasik dunia konstruksi: inovasi sering berhenti di laboratorium karena bahasa teknis terlalu rumit, biaya dianggap mahal, atau bukti nyata belum cukup. Dengan menempatkan toolkit sebagai titik awal, penelitian ini menyodorkan jalan tengah: “Mari kita mulai dari panduan praktis, tambahkan studi kasus, lalu kembangkan model bisnis, standar, dan sertifikasi.” Perlahan, sebuah roadmap dibentuk — dari 2021 hingga 2050 — dengan ambisi menjadikan Active Building bukan sekadar prototipe, tapi standar baru dalam industri konstruksi Inggris.
Penelitian ini menyajikan sebuah proyek riset untuk membantu industri konstruksi Inggris mengadopsi konsep Active Building (AB). AB bukan sekadar bangunan hemat energi, tetapi bangunan yang aktif dalam menstabilkan jaringan energi dengan cara mengintegrasikan pembangkit terbarukan, penyimpanan energi, sistem kontrol pintar, hingga kendaraan listrik.
Tujuan praktis penelitian adalah menyusun dan menguji AB Protocol serta AB Toolkit (termasuk Active Building Design Guide atau ABDG). Keduanya dirancang sebagai basis pengetahuan dan panduan praktis agar arsitek bisa merancang bangunan beroperasi net-zero. Untuk menguji efektivitasnya, peneliti menggunakan serangkaian focus groups (FG) yang diformat sebagai sesi Continuous Professional Development (CPD), sehingga peserta mendapatkan ilmu sekaligus menjadi sumber data penelitian.
Singkatnya, pendahuluan ini mengajak kita melihat bangunan bukan lagi sebagai beban energi, melainkan sebagai pemain aktif. Dan jika ide ini bisa berjalan, maka kota-kota Inggris — bahkan dunia — mungkin akan menyaksikan revolusi senyap: bangunan yang tidak hanya berdiri, tapi juga bekerja untuk kita dan untuk planet ini.
Mengapa Temuan Ini Bisa Mengubah Praktik Desain Bangunan?
Kontribusi utama penelitian ini bukan hanya soal teknologi panel surya, baterai, atau sistem pintar, melainkan cara menyampaikan pengetahuan kepada para pelaku proyek. Dengan toolkit yang mudah dipahami, konsep AB dapat diterapkan langsung di proyek nyata.
Dalam konteks global, gedung menyumbang hampir 40% konsumsi energi dunia. Artinya, mengubah cara arsitek merancang bisa memicu efek berantai terhadap keputusan klien, kontraktor, dan bahkan regulator.
Paper ini menyoroti bahwa:
Metode: Bagaimana Data Dikumpulkan, dan Mengapa Relevan
Peneliti menguji draf ABDG melalui pendekatan campuran: focus groups yang dipadukan dengan kuesioner semi-struktur dan skala Likert.
Keunggulan metode ini ada dua:
Format FG dirancang sistematis: dimulai dengan presentasi 30 menit, dilanjutkan satu jam untuk meninjau ABDG, lalu diskusi kelompok. Kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan (17 skala Likert dan 13 kualitatif).
Pendekatan ini bersifat abduktif — peneliti membangun solusi berupa toolkit dan roadmap, lalu mengujinya secara iteratif berdasarkan masukan pengguna akhir.
Temuan Utama: Apa yang Berhasil dan Apa yang Masih Kurang
Analisis tematik dari FG menghasilkan beberapa temuan kunci:
Fakta Menarik
Interpretasi Data yang Lebih Hidup
Penelitian ini menunjukkan bahwa satu FG awal sudah menghasilkan mayoritas tema utama. Ibarat mengisi baterai penelitian hingga 60% dalam sekali pertemuan, dua hingga tiga pertemuan berikutnya melengkapi sisanya hingga penuh. Dengan kata lain, hanya butuh tiga sampai empat sesi untuk menangkap mayoritas gagasan arsitek secara efisien.
Kritik dan Keterbatasan
Meski kontribusinya signifikan, penelitian ini memiliki keterbatasan:
Rekomendasi Praktis
Dampak Nyata
Jika AB Toolkit dan roadmap ini diterapkan secara bertahap — mulai dari uji coba proyek nyata, perkuatan argumen bisnis, hingga sertifikasi resmi — maka penyebaran strategi bangunan aktif dapat dipercepat.
Dampak realistis yang bisa dicapai:
Dengan kolaborasi akademisi, developer, dan regulator, manfaat ekonomi dan energi dapat mulai terasa dalam lima tahun pertama implementasi berkelanjutan.
Sumber Artikel:
Clarke, J., Littlewood, J. R., & Karani, G. (2023). Developing tools to enable the UK construction industry to adopt the active building concept for net zero carbon buildings. Buildings, 13(2), 304.