Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Admin pada 23 November 2022
BANDUNG, itb.ac.id—Bagi masyarakat Indonesia, beras memiliki peranan yang tinggi sebagai makanan pokok. Akibatnya, komoditas tersebut turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian nasional sehingga dibutuhkan adanya upaya diversifikasi pangan.
Salah satu alternatif yang patut dipertimbangkan adalah talas (Colocasia esculenta (L) Schott). Tanaman palawija ini memiliki nilai gizi dan nutrisi yang lengkap apabila dibandingkan dengan jenis umbi lainnya.
Selama ini, talas telah banyak dibudidayakan di wilayah Papua dan Jawa sebagai sumber makanan dan bahan baku industri. Masyarakat Desa Tanjunghurip, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat menjadikan talas sebagai komoditas pertanian hortikultura unggulan mereka. Talas yang ditanam di sana disebut talas pratama, diambil dari singkatan nama tiga peneliti LIPI yang mengembangkannya, yaitu Made Sri Prana, Tatang Kuswara, dan Maria Imelda.
Talas pratama merupakan hasil persilangan antara talas semir asal Sumedang dengan talas sutra asal Thailand. Umbi tersebut memiliki dua varietas, yakni Sumedang Simpati 1 (SS 1) dan Sumedang Simpati 2 (SS 2), yang telah terdaftar sebagai varietas lokal di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Berdasarkan cirinya, kedua varietas talas pratama memiliki keunikan masing-masing. Talas SS 1 memiliki pohon yang berwarna kekuningan dengan umbi yang putih mulus dan lonjong, serta jumlah anakan yang banyak. Sementara itu, talas SS 2 berwarna hijau dan saat membesar, batangnya menjadi keunguan. Umbinya berwarna putih dengan serat ungu dan jumlah anakannya lebih sedikit daripada varietas SS 1.
Sayang, banyaknya keunggulan yang dimiliki talas pratama belum dibarengi dengan pemanfaatannya secara optimal. Berdasarkan hasil survei di lapangan, umbi tersebut hanya dijual secara utuh dan dikonsumsi dengan cara direbus. Padahal, ada metode-metode lain yang dapat diterapkan untuk mengolah dan meningkatkan nilai ekonomi talas pratama. Selain itu, sebagai produk pertanian, umur simpan talas juga sangat pendek apabila tidak diberikan perlakuan yang sesuai.
Program Pengabdian Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan oleh SITH ITB bertujuan membantu petani Desa Tanjunghurip untuk mengembangkan rantai pasok dan produk turunan talas pratama. Kegiatan ini dilaksanakan pada 5-6 Agustus 2022 bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang di Gedung Serbaguna Kecamatan Ganeas.
Masyarakat setempat diajak untuk mengikuti praktik olahan produk talas dan Focus Group Discussion (FGD) dengan kelompok tani Tanjunghurip serta pihak desa. Mereka didampingi untuk mencoba membuat tepung talas, susu talas, stik talas, dan keripik kaca talas.
Tepung memiliki kadar air yang rendah sehingga mampu membuat bahan pangan menjadi lebih tahan lama. Menurut Ir. Agustania, MP., dosen SITH ITB yang turut bergabung dalam tim PPM, tepung talas mempunyai kapasitas absorpsi air dan lemak yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengental sup atau beberapa produk olahan lainnya. “Tepung itu juga dapat mempertahankan rasa, memperbaiki palatabilitas, serta memperpanjang umur simpan produk olahan daging dan kue,” lanjutnya.
Produk turunan lain yang dapat dibuat dari talas ialah susu. Susu talas kaya akan protein nabati, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, vitamin C, dan vitamin A. Karbohidrat di dalamnya memiliki manfaat utama yang tidak dapat digantikan oleh zat lain, yaitu sebagai bahan dasar penghasil energi utama bagi tubuh. Ditambah lagi, karbohidrat dapat menyeimbangkan asam dan basa dalam tubuh, meregenerasi jaringan yang rusak, serta mengatur metabolisme.
*Infografis fakta tentang Talas Pratama. Ilustrasi diolah oleh tim litbang Media Indonesia.
Stik talas dibuat dari talas yang dipotong memanjang, berwarna kuning, dan sekilas mirip dengan jajanan kentang goreng. Makanan ini memiliki rasa yang gurih dan teksturnya renyah. Tujuan utama pembuatan talas menjadi stik ialah memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengoptimalisasi pemanfaatan hasil panen. Harapannya, peluang-peluang kerja baru akan tercipta untuk menambah pendapatan masyarakat dan desa.
Terakhir, keripik kaca talas merupakan sejenis makanan ringan yang menyehatkan. Selain itu, keripik tersebut memiliki umur simpan yang cukup lama, bahkan hingga berbulan-bulan, sehingga mempunyai nilai ekonomi yang bagus. Masyarakat juga menggemari jenis snack ini sehingga prospek pengembangan keripik kaca talas sangat menjanjikan.
*Produk turunan dari Talas Pratama berupa stik dan susu. (Foto dok Tim PPH SITH ITB)
Selain melakukan program pendampingan pembuatan produk dari talas, tim PPM SITH ITB juga memberikan pelatihan desain pembuatan kemasan dan branding. Mereka juga berencana membantu pemasaran produk-produk tersebut secara daring dan luring oleh petani dan pelaku usaha Desa Tanjunghurip melalui sosialisasi digital marketing.
Sumber: itb.ac.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Admin pada 23 November 2022
Cibinong-Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah membangun High Performance Computer (HPC) untuk mendukung seluruh kegiatan riset. Namun sifatnya generik karena kemampuan periset yang bisa memanfaatkan HPC pada saat ini belum banyak. Untuk itu BRIN membuka secara umum, dan sampai sekarang sudah banyak pihak yang memanfaatkan HPC untuk riset seperti life science, farmasi, drug coverage, bioinformatika genomik, bidang material atau bidang AI dan machine learning.
Hal tersebut dikemukakan Kepala Pusat Riset Komputasi Rifki Sadikin, saat membuka paparannya berjudul “Introduction to Quantum Cryptography” dalam “Seminar Perkembangan Riset dan Forum Diskusi Pusat Kolaborasi Riset (PKR) Teknologi Kuantum 2.0” bertajuk "Menyongsong Revolusi Kuantum di Indonesia dan Dunia", secara luring di Gedung Teratai Kawasan Sains Terpadu (KST) Soekarno, Cibinong, pada Jum’at (18/11)
Rifki mengatakan, BRIN ingin menyediakan infra struktur untuk komputasi yang berskala ekstrim. Rencana ke depan BRIN akan membangun HPC dengan node yang lebih banyak. Pada bulan ini sudah ada penambahan 50 node dan sistem storage yang dapat menampung 6 Peta Byte.
“Selain sebagai repositori data yang terkait sekuensing genomik, HPC BRIN yang kita desain terdiri dari storage, dan kluster untuk komputasi yang ditujukan untuk tujuan umum termasuk keperluan model dan simulasi pada tataran kuantum. Untuk lebih lengkapnya silakan cek di situs www.hcp.brin.go.id,” ujar Rifki.
Dirinya menambahkan, siapapun yang ingin menggunakan HPC dapat mengajukannya melalui www.elsa.brin.go.id. Karena HPC BRIN merupakan salah satu infra struktur yang sifatnya terbuka.
“Saat ini HPC BRIN menyediakan untuk komputasi untuk tujuan riset saja dan tidak untuk produksi. Jika ada yang tertarik menggunakannya untuk produksi harus melalui sistem sewa atau kerjasama. Sedangkan untuk riset sampai saat ini masih gratis dengan janji output riset. Untuk lebih jelas dan lengkap informasi mengenai HPC bisa dibuka di youtube BRIN https://www.youtube.com/watch?v=prlQqkvvVYs&ab_channel=BRINIndonesia,” ungkap Rifki.
Teknologi Kuantum 2.0
Menurut Rifki, kriptografi paska kuantum adalah pengembangan sistem kriptografi yang mampu mencegah serangan yang diluncurkan oleh penyerang yang memiliki akses ke komputer kuantum. Dalam dekade kedepan diperkirakan sistem komputasi berbasis kuantum yang terbangun belum bisa mengkompromikan RSA 2048 atau sistem kunci publik berbasis logaritma diskrit menurut kajian US National Academy of Sciences Report: Quantum Computing Progress and Prospect (2019). Namun jika teknologi kuantum menemukan momen terobosan seperti penemuan transistor untuk komputer klasik, maka sebagaian besar protokol kriptografi publik yang dipakai sekarang menjadi berstatus “tidak aman”. Oleh karena itu, perlu bagi kita semua mempersiapkan strategi dan standar kriptografi paska kuantum untuk meminimalkan kemungkinan potensi bencana keamanan dan privasi.
“Jika kita menggunakan internet maka harus dianggap internet sebagai jalur publik yang rawan. Protokol kriptografi yang digunakan pada komputer klasik saat ini berasumsi attacker tidak mempunyai akses ke komputer. Pada 1995 oleh Shor membuat algoritme dengan asumsi attacker memiliki akses ke komputer kuantum dan dibuktikan bahwa problem faktorisasi atau diskrit logaritma yang menjadi basis skema kriptografi kunci publik saat ini bisa menyelesaikan dengan cepat,” jelas Rifki.
Jadi kalau kita menggunakan komputer kuantum, algoritma Shor hanya memerlukan waktu beberapa jam untuk menemukan faktorisasi ini. Artinya bisa membongkar keamanan pada kriptografi public key dan pada akhirnya keamanan data runtuh.
“Algoritma ini membuktikan komputer kuantum membawa ancaman serius jika sudah terwujud terhadap infra struktur keamanan data yang ada sekarang. Oleh karena itu kita tentu saja harus mempersiapkan standar. Misalnya nanti 20-30 tahun lagi ternyata komputer kuantum adalah hal yang umum maka kita harus membuat standar baru terkait dengan kriptografi yang dipakai pada keamanan jaringan. Itulah alasannya mengapa ada kriptografi paska kuantum,” ungkap Rifki.
Apa yang unik dari komputer kuantum? Komputer kuantum informasi disimpan pada qubit yang mematuhi mekanika kuantum yang salah satunya adalah superposisi kuantum. Superposisi kuantum secara singkat adalah benda kuantum berada pada beberapa keadaan secara bersamaan selama belum dilakukan pengukuran. Sehingga dalam komputer kuantum dalam perhitungannya seakan-akan secara intristik dilakukan secara paralel dan berbeda dengan komputer klasik setiap bit hanya bisa menyimpan salah satu nilai.
“Beberapa basis yang digunakan oleh kriptografi paska kuantum yaitu Code-based encryption and signatures, Hash-based signatures, Isogeny-based encryption, Lattice-based encryption and signatures, dan Multivariate-quadratic encryption and signatures. Problem-problem matematika tersebut jika digunakan secara benar akan memberikan keamanan terhadap attacker yang memiliki akses ke komputer kuantum” bebernya.
“Problem pada lattice yang biasa menjadi basis skema kriptografi paska kuantum membangun. Lattice pada dasarnya adalah kumpulan titik-titik yang dibentuk oleh vektor. Protokol kriptografi untuk paska kuantum terdiri dari dua skema yaitu Attacker dan Parties. Protokol pada skema terdiri dari inisialisasi, pembangkitan kunci dan transmisi data dan dengan asumsi active attacker,” kata Rifki mengakhiri.
Sementara itu, Khoirul Anwar selaku Direktur The University Center of Excellence for Advanced Intelligent Communications (AICOMS) dari Universitas Telkom, Bandung memaparkan materi berjudul “Artificial Intelligence for Channel Coding: From Classic to Quantum”.
Menurutnya teori informasi kuantum dan koreksi kesalahan adalah dua subjek penting yang mendukung komputasi dan komunikasi kuantum. Mekanika kuantum dibutuhkan sebagai konsep dasar. Dikatakan Khoirul, masalah tertentu sulit untuk mesin Turing, tetapi mudah untuk mesin Quantum. Google mengklaim pada tahun 2019 bahwa mesin Quantum Sycamore melakukan tugas dalam 200 detik yang akan memakan waktu 10.000 tahun untuk dilakukan oleh superkomputer.
“Sampai saat ini kita telah mempelajari 3 tantangan besar yaitu tren telekomunikasi, transformasi digital dan pengkodean koreksi kesalahan di masa depan. Kode koreksi kesalahan kuantum memiliki beberapa jenis pengkodean yaitu stabilizers dan logical operators, dan jumlah qubit harus minimum. Sedangkan untuk quantum machine learning yang paling utama adalah VQC,” ungkap Khairul.
Sebagai informasi kegiatan yang diselenggarakan oleh Pusat Kolaborasi Riset (PKR) Teknologi Kuantum 2.0 berlangsung selama dua hari, Kamis-Jum’at 17 – 18 November 2022 secara hybrid di Puspiptek Serpong dan KST Soekarno, Cibinong. PKR Teknologi Kuantum 2.0 merupakan kolaborasi para periset yang berasal dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Telkom University (Tel-U), serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Seminar ini menghadirkan beberapa pembicara dari ITB, Tel-U, dan BRIN. Adapun kegiatan hari kedua selain menghadirkan narasumber Rifki Sadikin dari BRIN dan Khoirul Anwar (Tel-U), hadir pula M. Imansyah Basudewa masih dari Tel-U dengan materi Simple Qudit Quantum Communications based on Orbital Angular Momentum. (ew/ ed.sl)
Sumber: brin.go.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Admin pada 24 April 2022
Nusa Dua – Humas BRIN. BRIN melaporkan kemajuan kesiapan partisipasi di forum Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) yang dilaksanakan di Nusa Dua Convention Center Bali (21/4). Pertemuan ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy. Selain melaporkan kemajuan dan kesiapan, BRIN juga mengonfirmasikan terkait kerja sama dengan beberapa Kementrian/Lembaga lainnya.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan tugas BMKG bersama BNPB adalah untuk menyiapkan substansi pada GPDRR. Substansi yang telah disiapkan terkait Thematic Session adalah Early Warning – Early Action (EW-EA). BMKG ditunjuk sebagai koordinator materi dan bekerja sama dengan BNPB, Badan Geologi ESDM, PUPR, dan BRIN.
Pada kesempatan tersebut, Perekayasa Utama BRIN Andi Eka Sakya mangatakan kesiapan BRIN mendukung dan berpartisipasi dalam GPDRR. Andi mengatakan, posisi BRIN merupakan bagian dari Tim Subtansi dan juga berkoordinasi dengan Bappenas. “Dalam kertas posisi, beberapa aktivitas yang sudah dilakukan oleh BRIN adalah Official Statement dan Opening Statement,” ungkapnya.
Kemudian, Andi menyebutkan bahwa BRIN sudah menyelesaikan pengajuan proposal terkait innovation platform. Ada tiga innovation platform yang telah yang telah disetujui. Inovasi pertama adalah Indonesia Paviliun: Indonesia’s Research and Innovation Landscape on Disaster Risk and Resilience, yang dalam kesempatan ini BRIN bekerja sama dengan Bappenas dan BNPB.
Selanjutnya, Inovasi kedua mengenai Innovation Platform on Recognizing Tsunami Ready: A New Meaning to Community Awareness and Preparedness, dimana BRIN bekerja sama dengan BMKG, IOTIC/UNESCO, dan U-INSPIRE Indonesia.
Andi mengatakan, Innovation platform on Youth and Young professionals in Science Engineering Technology, Innovation and Art in DRR and Resilience bekerja sama dengan UNICEF, UNESCO dan U-INSPIRE. Masing-masing innovation platform ditampilkan dalam Exhibition.
Selain itu, Andi menambahkan Periset BRIN pada thematic session akan diminta statemennya mengenai Cooperation Across Borders for Strengthened Capacity and Actions. Pada bagian Exhibition, BRIN membantu dalam Hybrid Exhibition Indonesia’s International Disaster Expo & Conference (IIDEC) yang bekerja sama dengan Kementrian Industri dan Kementrian Koperasi dan UKM dalam konteks melanjutkan gagasan mengenai Hybrid Exhibition karena belum bisa dilakukan secara luring. (igp/yul/gws)
Sumber: brin.go.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Admin pada 24 April 2022
Copernicus adalah salah satu bagian dari Program Antariksa Eropa (The European Space Programme). Data Copernicus terbuka dan gratis terdiri dari 6 layanan data pengamatan Bumi, yaitu perubahan iklim, monitoring maritim, monitoring lapisan atmosfer, monitoring lahan, keamanan, dan mitigasi keadaan darurat. Layanan tersebut dapat tercapai dengan didukung oleh 6 seri satelit Sentinel yang mengorbit Bumi. Demikian Astrid-Christina Koch, pakar senior dari Direktorat Jenderal Industri Pertahanan dan Antariksa Uni Eropa (DG DEFIS) memaparkannya dalam Joint Workshop on Copernicus secara virtual, Rabu (16/03).
Pada sesi diskusi panel, Rahmat Arief, Plt. Kepala Pusat Riset Penginderaan Jauh – BRIN menjelaskan bahwa penggunaan data Copernicus telah diterapkan pada berbagai aplikasi oleh institusi pemerintah maupun akademik. “Hasil riset dari data Copernicus menjadi dasar bagi pemerintah pusat dan daerah dalam menentukan kebijakannya meliputi monitoring luasan area sawah Kementerian Pertanian, pemantauan luasan hutan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), penegakan hukum dalam kasus tumpahan minyak kapal tanker oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan mitigasi bencana banjir dan perlindungan pantai di pantai utara Pulau Jawa dalam proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),” paparnya.
Rory Donnelly, Ahli Penginderaan Jauh, EU-Indonesia Partnership and Cooperation Agreement (PCA) Facility menjelaskan, di masa depan potensial penggunaan layanan data pengamatan Bumi di Indonesia semakin meningkat. Untuk itu perlu meningkatkan eksploitasi teknologi Copernicus di Indonesia, keahlian tenaga lokal dan kemampuan infrastruktur dalam menerima layanan Copernicus, serta kesadaran akan teknologi Copernicus pada berbagai instansi pemerintah. “Kita bersama dapat meninjau apa saja yang dilakukan suatu institusi tersebut, mengidentifikasi penggunaan data penginderaan jauh yang selama ini telah digunakan, kemudian kita dapat membandingkan layanan yang ada dan potensial pada Copernicus yang sesuai dengan prioritas instansi tersebut,” ujarnya.
Sementara, Andreas Becker, Ketua Tim EU Global Action on Space mengatakan saat ini telah tersedia 5 jenis layanan terkait program luar angkasa Uni Eropa untuk pemangku kepentingan ruang angkasa di Indonesia. 5 hal tersebut adalah laporan pasar strategis, diplomasi luar angkasa, peluang bisnis, penyiapan & pemeliharaan platform luar angkasa Uni Eropa, dan kampanye komunikasi.
Bidang Pertanian, Kehutanan, dan Maritim
Rizatus Shofiyati dari Kementerian Pertanian menyebutkan beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam pengembangan pertanian di masa depan. Di antaranya, keberlangsungan data citra satelit yang masih mengandalkan negara lain, model dan akurasi analisis data penginderaan jauh dalam pertanian masih diragukan, dan sudah tentu adalah mahalnya biaya investasi. Lebih lanjut ia mengatakan , teknologi inovasi berbasis data penginderaan jauh yang harus dikembangkan adalah di mana kita dapat mengetahui kondisi tanah lahan pertanian, pengelolaan irigasi menggunakan citra satelit, peringatan dini sistem pangan, dan mengidentifikasi potensi lahan rawa sebagai pemasok pangan.
Belinda Arunarwati Margono dari KLHK menyatakan, penginderaan jauh adalah salah satu alat bantu dalam memberikan informasi yang baik, namun bukan berarti tidak memiliki keterbatasan, di antaranya adalah kesinambungan data di mana harus mengikuti periode orbit satelit, masalah cakupan area, tehnik dan metode pengambilan data yang bergantung dengan harga perangkat lunak, perbedaan perbandingan hasil citra, dan biaya operasional yang tinggi untuk data resolusi tinggi.
“Beberapa tantangan yang dihadapi dalam bidang monitoring hutan dan lingkungan adalah perlu adanya data penginderaan jauh yang dapat mendeteksi perbedaan dari kondisi kesehatan vegetasi dan jenis spesies,” tegasnya.
Niken Gusmawati dari KKP memaparkan manfaat data penginderaan jauh selama ini dalam bidang maritim. “Penginderaan jauh memainkan peran yang sangat penting dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan untuk mendukung Blue Economy,” imbuhnya. “Hal ini akan memberikan kesempatan untuk memetik manfaat ekonomi dan membantu Indonesia yang memiliki wilayah perairan yang luas untuk menggunakan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan mata pencaharian, dan menjaga kesehatan ekosistem lautnya,” tambahnya.
Bidang Penanggulangan Bencana, Iklim, Atmosfer, dan Ekosistem
Bencana alam adalah kejadian yang berulang. Untuk itu, Udrech, Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB mengatakan, data historis sangatlah penting untuk mengamati perubahan spasial/ penggunaan lahan dari waktu ke waktu. “Bencana alam dapat disebabkan akibat perubahan lingkungan. Kebijakan satu data dan satu peta memudahkan ketersediaan data tidak hanya untuk mitigasi dan penanggulangan bencana tetapi juga aktifitas lainnya,” terangnya.
Edvin Aldrian menambahkan, mayoritas bencana alam yang terjadi di Indonesia adalah banjir dan kekeringan, diikuti oleh kebakaran hutan dan lahan, tanah longsor, dan polusi udara. “Dengan menggunakan multi data satelit dan radar kita dapat menganalisa dan menyajikan berbagai informasi seperti dalam Satellite Disaster Early Warning System (SADEWA) yang menggunakan data satelit Himawari-8 menyajikan informasi informasi mitigasi bencana,” ungkap peneliti dari Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN itu.
Sebagai informasi, selain SADEWA, peran data satelit dan radar juga disajikan dalam sistem informasi hasil litbang BRIN lainnya yaitu Sistem Embaran Maritim (SEMAR), Sistem Informasi Komposisi Atmosfer Indonesia (SRIKANDI), Sistem Informasi Perubahan Iklim (SRIRAMA), dan yang terbaru adalah Kajian Awal Musim Wilayah Indonesia Jangka Madya (KAMAJAYA). Edvin berharap bahwa Indonesia juga fokus mengembangkan satelit nasional sendiri yang menjadi bagian penting dalam penyediaan data penginderaan jauh.
Melengkapi penjelasan di atas, Ella Meilianda dari Pusat Penelitian Tsunami dan Mitigasi Bencana Universitas Syiah Kuala Aceh mengatakan, data penginderaan jauh adalah sesuatu yang esensial dalam menyelidiki penilaian risiko banjir skala daerah aliran sungai. “Data tersebut memberikan parameterisasi penilaian bahaya banjir mulai dari analisis data hidrologi, data historis curah hujan, data penggunaan lahan, jenis tipe tanah, aliran sungai,” urainya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, data satelit membantu menemukan potensi risiko secara tepat waktu. Melalui pemantauan menggunakan data satelit multispatio-temporal, proses pengambilan keputusan dan strategi untuk mengurangi risiko banjir menjadi lebih baik. (ra/ ed: drs)
Sumber: brin.go.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Admin pada 24 April 2022
Jakarta – Humas BRIN, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui skema pendanaan fasilitasi pengujian produk inovasi kesehatan (PPIK) akan melakukan uji klinis terhadap prototipe implan tulang belakang. Prototipe ini merupakan produk inovasi kesehatan yang dihasilkan oleh Pusat Riset Material Maju (PRMM), Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material.
Prototipe ini menjadi salah satu dari tiga produk inovasi kesehatan yang mendapatkan pendanaan untuk dilakukan uji klinis melalui skema fasilitasi PPIK. Produk implan tulang belakang ini diharapkan menjadi solusi untuk memperbaiki kondisi tulang belakang yang mengalami gangguan.
Perekayasa Ahli Utama, PRMM, I Nyoman Jujur menjelaskan, manfaat produk implan tulang belakang, diantaranya membentuk suatu konstruksi penyokong yang mengoreksi deformitas dan instabilitas tulang belakang. “Jika seseorang mengalami kecelakaan, biasanya akan terjadi gangguan pada tulang belakang. Dengan produk ini akan dapat dikoreksi posisi tulang belakangnya,” kata I Nyoman pada acara Webinar Fasilitasi Pendanaan Riset dan Inovasi edisi Fasilitasi Pengujian Produk Inovasi Kesehatan, Selasa (15/03).
Selain itu, penggunaan implan tulang belakang juga bermanfaat untuk koreksi kelainan bentuk yang diakibatkan penyakit degeneratif diskus, infeksi, tumor, maupun patah tulang pada regio tulang belakang. Penggunaan implan tulang belakang produk dalam negeri akan menjadi substitusi impor dan penguatan teknologi produksi alat kesehatan dalam negeri.
I Nyoman menceritakan perjalanan riset implan tulang belakang yang dimulai sejak tahun 2016. “Di awal penelitian, kami memulai dengan fokus pada penguasaan terhadap material yang akan digunakan pada implan tulang belakang terlebih dahulu,” ujar I Nyoman.
Menurutnya, material yang dibutuhkan untuk produk ini tentunya material medis dengan karakteristik yang khusus. Berdasarkan hasil pertimbangan dan pengujian, akhirnya dipilih titanium sebagai material dalam pembuatan implan tulang belakang.
“Pemilihan material titanium dilakukan melalui pengujian dan dipastikan bahwa material yang digunakan telah sesuai dengan standar yang ditentukan,” tambahnya.
Pada tahun 2020 dilakukan uji praklinis pertama terhadap produk ini, dengan tujuan untuk mengukur kinerja prototipe tersebut. Pada uji praklinis tahap ini ditemukan berbagai permasalahan yang membutuhkan penyempurnaan.
Setelah dilakukan penyempurnaan atas kekurangan yang ditemukan pada uji praklinis tahap 1, dilakukan uji praklinis tahap 2 dan seterusnya, hingga didapatkan hasil yang sesuai dengan standar yang ditentukan. “Setelah diyakini prototipe implan tulang belakang itu telah sesuai dengan standar dan keinginan pengguna serta pihak industri, selanjutnya diajukan untuk dilakukan uji klinis,” lanjutnya.
Pada akhir tahun 2021, tutur I Nyoman, melalui skema pendanaan fasilitasi PPIK, prototipe implan tulang belakang diajukan untuk dilakukan uji klinis bermitra dengan PT. Zenith Allmart Precisindo sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pengecoran logam presisi dengan menggunakan teknik investment casting. PT. Zenith Allmart Precisindo inilah yang akan mengkomersialisasikan produk implan tulang belakang kepada masyarakat pengguna.
CEO PT. Zenith Allmart Precisindo, Allan Chanrawinata mengatakan, kolaborasi antara pihak industri dengan periset mutlak harus dilakukan, mengingat dalam melakukan riset khususnya di bidang kesehatan memerlukan banyak prosedur dan standar yang harus dipatuhi. “Di bagian ini para periset di BRIN yang memahami, maka dari itu kolaborasi antara BRIN, industri, dan para dokter sangat membantu proses produksi sesuai dengan tujuan,” kata Allan.
Menurut Allan, kolaborasi berbagai pihak dalam penyelesaian produk ini sangat bermanfaat, dimana masing-masing pihak dapat memberikan banyak masukan dan informasi mulai dari perbaikan produk secara teknis hingga informasi terkait kebutuhan pasar terhadap produk kesehatan ini. “Hasil diskusi dari tiga pihak yang berkolaborasi yakni BRIN, industri, dan dokter akan mengerucut pada sebuah desain prototipe yang diinginkan,” pungkas Allan. (pur)
Sumber: brin.go.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Admin pada 24 April 2022
Bogor – Humas BRIN. Setelah melalui proses panjang rancang bangun dan pengujian, Surya Satellite-1 (SS-1) akhirnya selesai 100 persen dan siap diluncurkan ke orbit. Peluncuran menuju International Space Station (ISS) dilakukan oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), pada Q3 atau Q4 tahun 2022. Satelit diluncurkan dengan salah satu dari tiga opsi kargo luar angkasa, yaitu SpaceX Dragon, Cygnus, atau H-II Transfer Vehicle (HTV).
“Pelepasan satelit dari ISS ke orbit kurang lebih 1 bulan setelah tiba di ISS,” ujar anggota tim SS-1, Steven, saat dihubungi Humas BRIN, Selasa, (22/03).
Proyek SS-1 ini diinisiasi oleh mahasiswa Surya University, yang mendapat asistensi berupa pembinaan dan bimbingan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa, di Pusat Riset Teknologi Satelit. Mereka adalah M. Zulfa Dhiyaulfaq, Suhandinata, Hery Steven Mindarno, Setra Yoman Prahyang, Afiq Herdika Sulistya, dan Roberto Gunawan.
Menurut Tim SS-1, saat ini, pihaknya sedang melengkapi safety document report untuk diserahkan kepada pihak peluncur.
“Setelah disetujui pihak peluncur, maka satelit bisa diserahterimakan ke JAXA untuk diinspeksi dan diintegrasikan dengan peluncur,” tutur Steven.
Tim SS-1 juga telah melakukan Satellite Fit Check Test bersama JAXA dan United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) di Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan ukuran satelit sesuai dengan ukuran Japanese Experiment Module Small Satellite Orbital Deployer (JSSOD) yang ada di ISS. Selain itu, Satellite Fit Check Test juga berguna untuk memastikan tidak ada interferensi mekanik.
“Pengujian berlangsung sekitar 15 menit, dan hasilnya Surya Satellite-1 telah lolos dari pengujian. Setelah ini ada Sharp-Edge Test untuk memastikan tidak ada sisi luar satelit yang tajam dan berpotensi melukai astronaut,” tutur Steven.
“SS-1 juga telah lolos berbagai pengujian lainnya seperti Functional Test, Vacuum Test, Thermal Test, Vibration Test, Battery Test, serta Payload and Communication Test,” terangnya.
Steven menjelaskan, SS-1 merupakan satelit nano atau cubesat. Misinya yaitu Automatic Packet Reporting System yang berfungsi sebagai media komunikasi via satelit dalam bentuk teks singkat. Teknologi ini dapat dikembangkan untuk mitigasi bencana, pemantauan jarak jauh, dan komunikasi darurat.
Proyek SS-1 dimulai pada 2016 silam, diawali dengan Workshop Ground Station bersama Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI). Mockup model satelit pun rampung pada tahun 2018 dengan misi komunikasi amatir.
Pada kesempatan yang sama, Plt. Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN, Wahyudi Hasbi, mengatakan, pengembangan riset SS-1 ini merupakan kolaborasi berbagai pihak di dalam negeri. Selain dukungan dari ORARI, ada pula keterlibatan pihak swasta seperti PT. Pudak Scientific dan PT. Pasifik Satelit Nusantara. Sementara dari pemerintah melibatkan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
“Pengembangan satelit ini juga menghasilkan beberapa publikasi internasional, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), pemagangan mahasiswa, termasuk penggunaan HKI, hasil dari Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN,” pungkasnya. (dv/ ed: tnt)
Sumber: brin.go.id