Proyek Kontruksi

Mengupas Dampak Design–Build terhadap Keberhasilan Proyek Infrastruktur: Efisiensi, Risiko, dan Realita Lapangan

Dipublikasikan oleh Anisa pada 20 Mei 2025


Pendahuluan: Design–Build sebagai Paradigma Baru dalam Infrastruktur

Dalam lanskap konstruksi modern yang semakin kompleks dan menuntut efisiensi tinggi, metode pengadaan Design–Build (DB) muncul sebagai alternatif menarik dibanding pendekatan tradisional. DB menggabungkan fungsi perancangan dan pelaksanaan konstruksi dalam satu kontrak, yang diharapkan bisa menyederhanakan koordinasi dan mempercepat waktu penyelesaian. Namun, apakah benar DB membawa keberhasilan proyek infrastruktur secara menyeluruh?

Paper berjudul “The Impacts of Design–Build Procurement on Infrastructure Project Success” yang diterbitkan oleh Journal of Engineering, Project, and Production Management (Vol. 14, No. 3, 2024) menyajikan kajian komprehensif tentang bagaimana sistem DB mempengaruhi kinerja proyek, berdasarkan persepsi para profesional industri. Artikel ini tidak hanya menyajikan data empirik, tetapi juga membuka ruang refleksi atas praktik DB di dunia nyata.

Metodologi Penelitian: Survei pada Praktisi Proyek Infrastruktur

Penelitian ini berbasis survei kuantitatif yang disebarkan kepada para pelaku proyek infrastruktur di sektor publik dan swasta. Sebanyak 67 responden memberikan pandangan mereka terkait tujuh dimensi keberhasilan proyek, yaitu:

  1. Kinerja Biaya

  2. Kinerja Waktu

  3. Kualitas

  4. Kepuasan Pemilik

  5. Kepuasan Kontraktor

  6. Hubungan Tim

  7. Kinerja Keseluruhan Proyek

Teknik analisis yang digunakan adalah Exploratory Factor Analysis (EFA) dan Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM), yang memungkinkan identifikasi pengaruh laten dan hubungan antar variabel.

Temuan Utama: DB Meningkatkan Kolaborasi dan Kepuasan Tim

Peningkatan Kolaborasi & Hubungan Tim

Salah satu kontribusi terbesar metode DB adalah peningkatan kualitas hubungan antar pihak dalam proyek. Karena perancang dan pelaksana tergabung dalam satu kontrak, koordinasi menjadi lebih cair dan minim konflik. Hal ini mendukung terciptanya budaya kerja yang lebih kooperatif dan solutif, terutama dalam mengatasi perubahan desain selama pelaksanaan.

Contoh nyata dapat dilihat pada proyek infrastruktur besar seperti North Tarrant Express di Texas, AS, di mana sistem DB digunakan untuk mempercepat pembangunan jalan tol sepanjang 13 mil. Proyek ini berhasil diselesaikan lebih cepat dari jadwal dan berada dalam batas anggaran berkat sinergi erat antar tim desain dan konstruksi.

Efisiensi Waktu dan Biaya

Penelitian ini menemukan bahwa metode DB memiliki korelasi kuat dengan peningkatan efisiensi waktu dan kinerja biaya. Hal ini didukung oleh hasil PLS-SEM yang menunjukkan pengaruh positif signifikan dari DB terhadap kedua aspek tersebut.

Sebagai perbandingan, proyek tradisional dengan sistem Design–Bid–Build (DBB) seringkali mengalami keterlambatan akibat ketidaksesuaian antara desain dan pelaksanaan. Dalam sistem DB, potensi konflik tersebut dapat diminimalisir sejak awal karena integrasi fungsi desain dan konstruksi.

Kepuasan Pemilik dan Kontraktor

DB juga menunjukkan pengaruh signifikan terhadap kepuasan pemilik dan kontraktor. Pemilik proyek merasa lebih puas karena proyek selesai lebih cepat dan sesuai ekspektasi biaya, sementara kontraktor mendapat fleksibilitas lebih dalam merancang solusi yang ekonomis dan mudah dieksekusi.

Dimensi Lain: Tantangan Tersembunyi dalam Sistem DB

Meskipun banyak keuntungan, metode DB bukan tanpa kelemahan. Penelitian ini juga mengungkap beberapa tantangan yang masih membayangi penerapannya.

Potensi Penurunan Kualitas

Salah satu kekhawatiran terbesar dalam sistem DB adalah potensi kompromi terhadap kualitas. Karena tanggung jawab desain dan konstruksi berada di tangan satu entitas, ada risiko bahwa pelaksana memilih solusi desain yang lebih ekonomis namun kurang optimal secara teknis.

Dalam studi ini, dimensi quality performance memang mendapatkan skor positif, namun tidak sekuat dimensi waktu dan biaya. Artinya, meskipun tidak ditemukan penurunan signifikan, kekhawatiran akan kompromi kualitas tetap perlu diperhatikan, khususnya dalam proyek-proyek berisiko tinggi seperti jembatan, bendungan, atau fasilitas publik vital.

Ketergantungan pada Kompetensi Kontraktor

Sistem DB sangat mengandalkan kemampuan dan integritas kontraktor. Jika kontraktor tidak memiliki kapasitas desain yang mumpuni, maka hasil akhir proyek dapat terancam. Hal ini menjadi perhatian khusus dalam pasar negara berkembang, di mana sumber daya manusia dan lembaga desain-kontraktor yang terintegrasi masih terbatas.

Implikasi Praktis: Apakah DB Cocok untuk Semua Proyek?

Cocok untuk Proyek Cepat dan Kompleks

DB sangat cocok diterapkan pada proyek yang menuntut kecepatan, fleksibilitas desain, dan integrasi sistem tinggi. Misalnya:

  • Proyek transportasi massal (kereta cepat, MRT)

  • Fasilitas militer atau kesehatan darurat

  • Pembangunan kawasan industri atau infrastruktur pelabuhan

Kurang Ideal untuk Proyek Berbasis Regulasi Ketat

Namun, DB kurang sesuai untuk proyek dengan batasan regulasi ketat atau proses desain yang sangat spesifik dan harus melalui persetujuan publik. Misalnya proyek konservasi, bangunan cagar budaya, atau proyek pemerintah dengan tender terbuka yang menuntut transparansi tinggi dalam pemisahan peran desain dan konstruksi.

Perbandingan dengan Studi Sebelumnya

Penelitian ini sejalan dengan temuan dari Chan et al. (2010) yang menunjukkan bahwa DB meningkatkan waktu penyelesaian proyek sebesar rata-rata 15% dibanding DBB. Namun, studi ini lebih maju karena menambahkan dimensi hubungan tim dan kepuasan sebagai indikator keberhasilan yang jarang dikaji sebelumnya.

Selain itu, pendekatan menggunakan PLS-SEM memberikan keunggulan dalam mengidentifikasi hubungan kausal secara statistik, sesuatu yang tidak banyak dilakukan dalam studi DB lainnya.

Kritik & Rekomendasi

Kritik:

  • Sampel terbatas: Survei hanya melibatkan 67 responden, yang mungkin belum cukup merepresentasikan populasi profesional konstruksi global.

  • Dominasi persepsi subjektif: Penelitian bergantung pada persepsi individu, bukan data performa aktual dari proyek.

Rekomendasi:

  • Studi lanjutan sebaiknya menggunakan data proyek nyata (misal laporan keuangan, waktu penyelesaian, dan hasil audit).

  • Perlu dibangun sistem pengukuran kualitas desain yang lebih objektif untuk mengevaluasi apakah DB benar-benar menjaga standar teknis yang diharapkan.

Penutup: DB adalah Masa Depan, Tapi Butuh Kehati-hatian

Sistem Design–Build jelas memberikan keuntungan nyata dalam hal efisiensi dan hubungan kerja, serta berkontribusi terhadap keberhasilan proyek infrastruktur. Namun, penerapan sistem ini tetap harus mempertimbangkan konteks proyek, kesiapan sumber daya, dan risiko kualitas.

Integrasi tidak boleh menjadi alasan pengabaian mutu. Keberhasilan sejati metode DB terletak pada bagaimana aktor-aktor proyek mampu menjaga keseimbangan antara efisiensi dan akuntabilitas teknis.

Sumber

Paper asli dapat diakses melalui jurnal resmi:
The Impacts of Design–Build Procurement on Infrastructure Project Success
Journal of Engineering, Project, and Production Management, Vol. 14, No. 3, 2024, pp. 160–173.
https://doi.org/10.32738/JEPPM.20240806.0003

Selengkapnya
Mengupas Dampak Design–Build terhadap Keberhasilan Proyek Infrastruktur: Efisiensi, Risiko, dan Realita Lapangan

Proyek Kontruksi

Mengungkap Penyebab Pembengkakan Biaya Proyek Gedung Pemerintah di Pekanbaru: Analisis Mendalam dan Solusi Praktis

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 08 Mei 2025


Pendahuluan: Biaya, Faktor Kritis dalam Proyek Konstruksi

Dalam dunia konstruksi, biaya adalah elemen krusial yang menentukan kelangsungan dan kesuksesan proyek. Di kota Pekanbaru, perkembangan proyek gedung pemerintah kategori kecil menunjukkan peningkatan yang signifikan, namun permasalahan cost overrun atau pembengkakan biaya masih menjadi momok. Paper berjudul "Analisis Faktor Dominan Penyebab Terjadinya Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) pada Proyek Konstruksi Gedung Pemerintah Kategori Kecil di Kota Pekanbaru" oleh Rian Tri Komara Iriana dkk. (2022) mencoba membedah akar permasalahan tersebut secara sistematis.

 

Metodologi Penelitian: Gabungan Statistik dan Persepsi Praktisi

Penelitian ini berbasis kuantitatif dengan menggunakan instrumen kuesioner yang disebar ke 14 responden dari tujuh kontraktor berbeda di Pekanbaru. Responden dipilih secara purposif, mencakup direktur teknik, manajer proyek, manajer lapangan, hingga kepala proyek. Metode analisis yang digunakan meliputi:

  • Statistik deskriptif

  • Uji validitas dan reliabilitas (Cronbach’s Alpha)

  • Analisis faktor

  • Uji asumsi klasik (multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas)

  • Regresi linier berganda

Semua analisis dihitung menggunakan perangkat lunak SPSS versi 24 untuk memastikan akurasi.

 

Hasil Penelitian: Tiga Faktor Dominan Pemicu Cost Overrun

Penelitian ini berhasil mengidentifikasi tiga faktor utama penyebab pembengkakan biaya:

1. Terlalu Banyak Proyek yang Ditangani Bersamaan (92,0%)

Masalah ini muncul pada tahap perencanaan dan pelaksanaan. Ketika kontraktor mengambil terlalu banyak proyek sekaligus, konsentrasi dan sumber daya menjadi terbagi, sehingga kualitas pengawasan dan pelaksanaan menurun drastis.

 

2. Kekurangan Tenaga Kerja (86,0%)

Faktor ini terkait dengan bagian koordinasi sumber daya. Dalam konteks proyek kecil, jumlah tenaga kerja yang terbatas berdampak langsung pada keterlambatan dan biaya tambahan akibat lembur atau penggunaan pekerja tidak terampil.

 

3. Cara Pembayaran yang Tidak Tepat Waktu (63,2%)

Faktor ini berasal dari sistem kontrol. Ketidaklancaran pembayaran dari pemilik proyek ke kontraktor mengganggu arus kas dan memaksa kontraktor mencari pinjaman atau menunda pekerjaan, yang akhirnya menambah biaya operasional.

 

Model Persamaan Regresi dan Interpretasi

Dari regresi linier berganda diperoleh model:
Y = 4,224 - 0,422X1 + 0,259X2 - 0,399X3

Artinya:

  • Jika jumlah proyek berlebih berkurang satu unit, pembengkakan biaya naik 0,422 poin.

  • Jika kekurangan tenaga kerja bertambah satu unit, pembengkakan biaya naik 0,259 poin.

  • Jika keterlambatan pembayaran berkurang satu unit, pembengkakan biaya naik 0,399 poin.

Hal ini menunjukkan pentingnya keseimbangan dalam distribusi proyek, serta manajemen SDM dan keuangan.

 

Studi Kasus dan Relevansi Lapangan

Di lapangan, CV. Anugrah dan CV. Diamond sebagai dua dari tujuh kontraktor responden menunjukkan tren yang serupa: proyek dengan banyak keterlibatan paralel cenderung mengalami deviasi biaya lebih besar. Hal ini didukung laporan dari LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi) yang mencatat bahwa 61% proyek kecil seringkali tidak memiliki manajemen proyek formal.

 

Perbandingan dengan Studi Lain

Temuan ini sejalan dengan penelitian Ervianto (2005) dan Nugroho (2012) yang menyebutkan bahwa manajemen proyek yang buruk dan kekurangan SDM adalah penyebab utama cost overrun. Namun, penelitian ini memberi nilai tambah dengan pendekatan statistik yang solid dan fokus spesifik pada proyek pemerintah berskala kecil di daerah urban.

 

Kritik dan Saran

Meski analisis regresi menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan ketiga variabel tidak signifikan secara statistik (karena Sig > 0,05 dan F hitung < F tabel), nilai praktis dari variabel-variabel ini tetap relevan. Ini menunjukkan bahwa dalam kondisi lapangan yang kompleks, statistik tidak selalu menangkap dinamika sepenuhnya.

 

Saran Praktis:

  • Pemerintah sebaiknya membatasi jumlah proyek simultan yang ditangani oleh satu kontraktor.

  • Kontraktor perlu merancang strategi rekrutmen tenaga kerja yang efisien.

  • Regulasi mengenai sistem pembayaran proyek pemerintah perlu diperbaiki untuk mencegah keterlambatan transfer dana.
     

Implikasi untuk Industri dan Pemerintah Daerah

Penelitian ini penting sebagai rujukan bagi:

  • Dinas PU dalam merancang sistem distribusi proyek

  • LPSE dan Bappeda dalam evaluasi kinerja kontraktor

  • Kontraktor lokal untuk meningkatkan kualitas manajemen proyek dan SDM
     

Penutup: Mencegah Lebih Baik daripada Menambal

Studi ini menegaskan bahwa pembengkakan biaya dalam proyek konstruksi bukanlah keniscayaan, melainkan akibat dari faktor-faktor yang bisa dikendalikan. Dengan pendekatan manajemen yang tepat, pengawasan proyek yang cermat, dan komitmen semua pihak, proyek-proyek kecil di Pekanbaru dapat diselesaikan tepat waktu dan tepat anggaran.

 

 

Sumber

Iriana, R.T.K., Sebayang, M., & Yogi, M.R.A. (2022). Analisis Faktor Dominan Penyebab Terjadinya Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) pada Proyek Konstruksi Gedung Pemerintah Kategori Kecil di Kota Pekanbaru. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sipil, 1(1), 37–43. https://jtrs.ejournal.unri.ac.id/index.php/jtrs/article/view/5

Selengkapnya
Mengungkap Penyebab Pembengkakan Biaya Proyek Gedung Pemerintah di Pekanbaru: Analisis Mendalam dan Solusi Praktis
« First Previous page 5 of 5