Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Kopi merupakan salah satu komoditas pertanian terpenting di dunia, berkontribusi besar terhadap perekonomian global, terutama di negara-negara penghasil seperti Vietnam. Namun, industri kopi menghadapi tantangan besar, seperti fluktuasi permintaan, ketidakseimbangan pasokan, dan masalah efisiensi rantai pasok.
Penelitian oleh Thi Thuy Hanh Nguyen dari Université Polytechnique Hauts-de-France ini mengusulkan pendekatan berbasis SCOR Model dan prediksi permintaan dengan algoritma AI untuk mengoptimalkan rantai pasok kopi di Vietnam.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan hybrid forecasting dan model evaluasi kinerja rantai pasok:
✅ SCOR Model (Supply Chain Operations Reference) → Untuk mengukur kinerja rantai pasok kopi berdasarkan efisiensi perencanaan dan pengelolaan permintaan.
✅ ARIMAX-LSTM Hybrid Forecasting → Kombinasi model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMAX) dan Long Short-Term Memory (LSTM) untuk meningkatkan akurasi prediksi permintaan kopi.
✅ Analisis dampak lingkungan → Evaluasi emisi karbon dan efisiensi sumber daya dalam rantai pasok kopi.
Temuan Utama
1. Evaluasi Kinerja Rantai Pasok Kopi Menggunakan SCOR Model
📌 SCOR Model Versi 12 digunakan untuk menganalisis rantai pasok kopi di Vietnam.
📌 Skor kinerja rantai pasok tergolong rata-rata, dengan proses perencanaan sebagai aspek yang memiliki skor tertinggi.
📌 Manajemen permintaan merupakan elemen paling krusial dalam mengoptimalkan rantai pasok kopi.
2. Model Prediksi Permintaan dengan Hybrid AI
📌 Model ARIMAX-LSTM terbukti lebih akurat dalam memprediksi permintaan kopi dibandingkan metode tradisional.
📌 Uji coba dilakukan pada data kopi Vietnam serta produk pertanian Thailand (nanas, jagung, dan singkong).
📌 Perbedaan antara prediksi dan penjualan aktual sangat kecil, membuktikan keandalan model ini.
3. Studi Kasus: Implementasi Model pada Industri Kopi Vietnam
📌 Vietnam merupakan produsen kopi terbesar kedua di dunia, tetapi menghadapi ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi.
📌 Fluktuasi pasokan menyebabkan stok berlebih di beberapa tahun (misalnya surplus 1,3 juta kantong pada 2019/2020), tetapi defisit di tahun lainnya.
📌 Adopsi model AI meningkatkan efisiensi rantai pasok dan mengurangi biaya operasional.
Tantangan dalam Implementasi Model Optimasi
âš Kurangnya adopsi teknologi digital di sektor pertanian.
âž¡ Solusi: Pelatihan petani dan pemangku kepentingan dalam pemanfaatan teknologi AI dan big data.
âš Ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan.
âž¡ Solusi: Penerapan model prediksi permintaan berbasis AI untuk perencanaan yang lebih akurat.
âš Dampak lingkungan akibat rantai pasok yang tidak efisien.
âž¡ Solusi: Optimasi rantai pasok dengan pendekatan berkelanjutan untuk mengurangi jejak karbon dan limbah.
Strategi Optimal untuk Meningkatkan Efisiensi Rantai Pasok Kopi
✅ Mengadopsi Teknologi Digital dalam Manajemen Rantai Pasok
✅ Meningkatkan Kolaborasi antara Pemangku Kepentingan
✅ Optimalisasi Model Prediksi Permintaan dengan Hybrid Approach
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa optimalisasi rantai pasok kopi dengan model SCOR dan AI mampu meningkatkan efisiensi operasional serta daya saing industri.
Dengan mengadopsi teknologi digital dan pendekatan berbasis data, perusahaan dapat:
✅ Meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi kopi.
✅ Mengoptimalkan keseimbangan antara permintaan dan pasokan.
✅ Mengurangi dampak lingkungan dengan strategi rantai pasok yang lebih berkelanjutan.
Penerapan model hybrid forecasting berbasis ARIMAX-LSTM terbukti memberikan prediksi permintaan yang lebih akurat, yang membantu dalam pengambilan keputusan strategis dan peningkatan profitabilitas.
Sumber : Thi Thuy Hanh Nguyen (2023). Improving and Optimizing the Performance of the Supply Chain: The Case of Coffee Production in Vietnam. Université Polytechnique Hauts-de-France.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Pandemi COVID-19 menyebabkan disrupsi besar dalam rantai pasok global, menimbulkan tantangan bagi perusahaan dalam mengelola arus material dan informasi. Untuk tetap kompetitif, perusahaan harus memiliki sistem monitoring kinerja rantai pasok yang efektif.
Penelitian ini, yang dilakukan oleh Peter Majercak dari University of Zilina, Slovakia, bertujuan untuk mengembangkan framework Supply Chain Performance Monitoring (SCPM) yang dapat meningkatkan daya saing perusahaan manufaktur.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggabungkan berbagai metode analisis untuk mengidentifikasi kelemahan dalam pengukuran kinerja rantai pasok:
Framework ini membantu perusahaan dalam menyesuaikan strategi rantai pasok dengan tujuan bisnis serta mengurangi dampak gangguan eksternal.
Temuan Utama
1. Mengapa Monitoring Kinerja Rantai Pasok Sangat Penting?
2. Framework Monitoring Kinerja Supply Chain
Framework yang diusulkan dalam penelitian ini mencakup:
📌 SCOR Model
📌 Balanced Scorecard
3. Studi Kasus: Implementasi Monitoring Kinerja di Perusahaan Manufaktur
Penelitian ini mengkaji sistem monitoring rantai pasok di perusahaan manufaktur yang terdampak pandemi COVID-19.
📌 Industri Otomotif
📌 Industri Farmasi
📌 Industri Elektronik
Tantangan dalam Implementasi Sistem Monitoring Supply Chain
âš Kurangnya data real-time untuk pengambilan keputusan
âž¡ Solusi: Menggunakan IoT dan AI untuk pemantauan otomatis.
âš Kesulitan dalam integrasi sistem monitoring
âž¡ Solusi: Menggunakan platform berbasis cloud untuk transparansi rantai pasok.
âš Biaya investasi tinggi dalam teknologi digital
âž¡ Solusi: Menggunakan strategi hybrid dengan investasi bertahap dalam digitalisasi.
Strategi Optimal untuk Meningkatkan Sistem Monitoring Supply Chain
✅ Mengadopsi Digital Supply Chain
✅ Meningkatkan Kolaborasi dengan Pemasok dan Mitra Logistik
✅ Mengoptimalkan Model SCPM dengan Hybrid Approach
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa Supply Chain Performance Monitoring System (SCPM) menjadi faktor kunci dalam meningkatkan daya tahan rantai pasok selama pandemi COVID-19.
Dengan mengadopsi teknologi digital, strategi berbasis SCOR Model, dan Balanced Scorecard, perusahaan dapat:
✅ Meningkatkan ketahanan rantai pasok terhadap disrupsi eksternal.
✅ Mengoptimalkan biaya operasional dan meningkatkan efisiensi logistik.
✅ Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui distribusi yang lebih andal.
Di era pasca-pandemi, transformasi digital dalam monitoring rantai pasok bukan lagi opsi, tetapi menjadi kebutuhan utama bagi perusahaan yang ingin tetap kompetitif.
Sumber : Peter Majercak (2021). Design of a Supply Chain Performance Monitoring System for a Company in the Context of the COVID-19 Pandemic. University of Zilina, Slovakia.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Kinerja pemasok yang buruk dapat meningkatkan biaya produksi hingga 10-20% akibat kualitas produk yang tidak sesuai atau keterlambatan pengiriman. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan Sistem Pengukuran Kinerja Pemasok (SPMS) untuk mengelola dan mengevaluasi pemasok secara efektif.
Penelitian ini, yang dilakukan oleh Eveliina Toivakka dari Lappeenranta–Lahti University of Technology (LUT) dan University of Twente, bertujuan untuk mengembangkan framework desain SPMS yang dapat digunakan oleh perusahaan manufaktur.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggabungkan kajian literatur dan wawancara dengan perusahaan besar yang telah mengimplementasikan SPMS.
Temuan Utama
1. Mengapa SPMS Penting dalam Industri Manufaktur?
2. Siklus Hidup SPMS
Penelitian ini membagi siklus hidup SPMS menjadi empat tahap utama:
3. Model Pengukuran Kinerja Pemasok
Beberapa pendekatan dalam pengukuran kinerja pemasok yang dikaji dalam penelitian ini:
✅ Balanced Scorecard (BSC) → Mengukur aspek keuangan, pelanggan, proses internal, dan inovasi.
✅ SCOR Model (Supply Chain Operations Reference) → Fokus pada reliabilitas, fleksibilitas, dan biaya rantai pasok.
✅ Activity-Based Costing (ABC) → Mengidentifikasi biaya berdasarkan aktivitas yang memberikan nilai tambah.
Studi Kasus: Implementasi SPMS dalam Industri Manufaktur
1. Industri Otomotif
2. Industri Elektronik
3. Industri Farmasi
Tantangan dalam Implementasi SPMS
âš Kesulitan dalam Standarisasi KPI
âž¡ Banyak perusahaan memiliki metode evaluasi yang berbeda, sehingga sulit melakukan benchmarking.
âš Biaya Implementasi yang Tinggi
âž¡ Integrasi sistem digital seperti ERP dan AI memerlukan investasi besar.
âš Kurangnya Keahlian dalam Analisis Data
âž¡ Sebagian besar perusahaan masih menggunakan metode manual, menyebabkan keterlambatan dalam pengambilan keputusan berbasis data.
Strategi Optimal untuk Implementasi SPMS
✅ Integrasi Digital dalam Pengukuran Kinerja Pemasok
✅ Kolaborasi dengan Pemasok dan Mitra Logistik
✅ Menggunakan Framework Hybrid
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa Supplier Performance Measurement System (SPMS) adalah elemen krusial dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing industri manufaktur.
Dengan framework yang tepat, perusahaan dapat:
✅ Meningkatkan efisiensi rantai pasok.
✅ Mengoptimalkan biaya operasional.
✅ Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan pemasok yang lebih andal.
Dalam era Industri 4.0, digitalisasi dalam pengukuran kinerja pemasok menjadi faktor penentu keberhasilan rantai pasok global.
Sumber : Eveliina Toivakka (2023). Supplier Performance Measurement System Design in Manufacturing Industry. Lappeenranta–Lahti University of Technology LUT & University of Twente.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam industri manufaktur, Supply Chain Performance Measurement (SCPM) berperan penting dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasok. Pengukuran kinerja ini membantu perusahaan dalam mengidentifikasi bottleneck, mengoptimalkan sumber daya, serta meningkatkan daya saing di pasar global.
Penelitian yang dilakukan oleh Ilkka Sillanpää dan Pekka Kess dari University of Vaasa dan University of Oulu ini mengkaji berbagai pendekatan dalam SCPM, termasuk metode strategis, operasional, dan taktis, serta menyoroti framework yang dapat digunakan oleh perusahaan manufaktur.
Metodologi Penelitian
Studi ini merupakan literature review yang mengumpulkan dan menganalisis penelitian sebelumnya terkait SCPM. Fokus utama penelitian ini adalah:
Tujuannya adalah mengembangkan kerangka kerja pengukuran kinerja rantai pasok yang dapat diterapkan secara praktis dalam industri.
Temuan Utama
1. Pendekatan Manajerial dalam SCPM
Gunasekaran et al. (2001) mengelompokkan metrik SCPM menjadi tiga level:
2. Model Pengukuran Kinerja Supply Chain
Beberapa model SCPM utama yang dianalisis dalam penelitian ini:
✅ Balanced Scorecard (BSC) → Mengukur aspek keuangan, pelanggan, proses internal, dan pembelajaran organisasi.
✅ SCOR Model (Supply Chain Operations Reference) → Fokus pada reliability, responsiveness, flexibility, cost, dan asset management.
✅ Economic Value Added (EVA) → Mengukur nilai tambah finansial yang dihasilkan oleh rantai pasok.
✅ Activity-Based Costing (ABC) → Menghitung biaya berdasarkan aktivitas yang memberikan nilai tambah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi antara SCOR dan Balanced Scorecard memberikan hasil yang lebih optimal dalam pengukuran kinerja supply chain manufaktur.
3. Studi Kasus: Implementasi SCPM dalam Industri Manufaktur
Penelitian ini mengkaji implementasi SCPM di berbagai industri manufaktur. Beberapa contoh kasus:
📌 Industri Otomotif
📌 Industri Elektronik
📌 Industri Farmasi
Tantangan dalam Implementasi SCPM
âš Kurangnya Standarisasi dalam Pengukuran
âž¡ Banyak perusahaan memiliki framework SCPM yang berbeda, menyebabkan ketidaksesuaian dalam benchmarking.
âš Tingginya Biaya Implementasi Teknologi
âž¡ Digitalisasi supply chain memerlukan investasi besar dalam sistem ERP, IoT, dan AI.
âš Kurangnya Keterampilan dalam Analisis Data
âž¡ Sebagian besar perusahaan manufaktur masih bergantung pada metode manual, menyebabkan keterlambatan dalam pengambilan keputusan berbasis data.
Strategi Optimal untuk Meningkatkan SCPM
✅ Integrasi Digital dalam SCPM
✅ Kolaborasi dengan Pemasok dan Mitra Logistik
✅ Menggunakan Framework Hybrid
Kesimpulan
Studi ini menegaskan bahwa Supply Chain Performance Measurement (SCPM) merupakan elemen kunci dalam meningkatkan daya saing industri manufaktur. Dengan mengadopsi framework yang tepat, perusahaan dapat:
✅ Meningkatkan efisiensi rantai pasok.
✅ Mengoptimalkan biaya operasional.
✅ Mengurangi lead-time dan meningkatkan customer satisfaction.
Dalam era Industri 4.0, implementasi teknologi digital dalam SCPM menjadi faktor kritis yang harus diterapkan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Sumber : Ilkka Sillanpää, Pekka Kess (2012). The Literature Review of Supply Chain Performance Measurement in the Manufacturing Industry. Management and Production Engineering Review, Vol. 3, No. 2, pp. 79–88.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam menghadapi tantangan lingkungan dan keberlanjutan, konsep Sustainable Supply Chain Management (SSCM) menjadi semakin penting bagi perusahaan di seluruh dunia. SSCM mengintegrasikan keberlanjutan lingkungan, tanggung jawab sosial, dan kinerja ekonomi dalam seluruh rantai pasok.
Studi yang dilakukan oleh Anup Kumar, Santosh Kumar Shrivastav, Avinash K. Shrivastava, Rashmi Ranjan Panigrahi, Abbas Mardani, dan Fausto Cavallaro ini menyoroti peran teknologi digital dalam meningkatkan SSCM, serta mengusulkan framework pengukuran kinerja untuk mencapai keberlanjutan yang lebih baik.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan literature review dengan bibliometric analysis dan content analysis untuk menganalisis tren SSCM. Data yang digunakan berasal dari 543 artikel yang diambil dari database Scopus selama periode 2011-2022.
Penelitian ini meneliti hubungan antara SSCM, adopsi teknologi (Technology Adoption/TA), dan kinerja rantai pasok, serta mengidentifikasi kesenjangan dalam framework keberlanjutan yang ada.
Temuan Utama
1. SSCM dan Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Berkelanjutan
2. Tren Digitalisasi dalam SSCM
3. Studi Kasus: Implementasi SSCM dalam Industri
1. Walmart
2. General Motors (GM)
3. Alibaba Cainiao Smart Logistics
Keunggulan dan Tantangan dalam Implementasi SSCM
Keunggulan
✔ Meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya produksi.
✔ Mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan energi.
✔ Memperkuat reputasi perusahaan sebagai bisnis ramah lingkungan.
Tantangan
âš Tingginya biaya investasi awal dalam teknologi keberlanjutan.
âš Kesulitan dalam menyusun framework pengukuran yang seragam.
âš Kurangnya tenaga ahli dalam pengelolaan rantai pasok digital.
Framework Pengukuran Kinerja SSCM
Penelitian ini mengusulkan framework SSCM yang mencakup tiga pilar utama:
1. Indikator Lingkungan
2. Indikator Sosial
3. Indikator Ekonomi
Strategi Optimal untuk Implementasi SSCM
1. Mengadopsi Teknologi Digital untuk Pemantauan Kinerja
2. Meningkatkan Kolaborasi dalam Rantai Pasok
3. Mengoptimalkan Desain Produk dan Proses Manufaktur
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa Sustainable Supply Chain Management (SSCM) merupakan strategi kunci bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saing sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.
Dengan mengadopsi teknologi digital, optimasi rantai pasok, dan kolaborasi yang erat, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya, dan mempercepat transisi ke ekonomi hijau.
Dalam era ekonomi sirkular dan industri 4.0, SSCM bukan lagi opsi, melainkan keharusan bagi perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang.
Sumber : Anup Kumar, Santosh Kumar Shrivastav, Avinash K. Shrivastava, Rashmi Ranjan Panigrahi, Abbas Mardani, Fausto Cavallaro (2023). Sustainable Supply Chain Management, Performance Measurement, and Management: A Review. Sustainability, 15, 5290.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Perkembangan pesat teknologi telah mendorong industri logistik untuk mengadopsi konsep smart warehouse, yang mengandalkan otomatisasi, IoT, dan kecerdasan buatan. Smart warehouse memungkinkan pengelolaan gudang yang lebih efisien, akurat, dan berkelanjutan, sehingga perusahaan dapat meningkatkan daya saing di era digital.
Penelitian ini, yang dilakukan oleh Lu Zhen dan Haolin Li, menyajikan tinjauan sistematis tentang manajemen operasional smart warehouse, mengidentifikasi tren, tantangan, serta peluang dalam penerapannya.
Konsep Smart Warehouse
Smart warehouse bukan sekadar gudang otomatis, tetapi sistem yang mengintegrasikan berbagai teknologi untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan keberlanjutan dalam manajemen rantai pasok. Beberapa elemen utama dalam smart warehouse meliputi:
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan literature review dengan menelaah berbagai studi sebelumnya terkait smart warehouse. Analisis dilakukan berdasarkan empat perspektif utama:
Penelitian ini juga menganalisis data dari 657 publikasi untuk mengidentifikasi tren utama dalam pengelolaan smart warehouse.
Temuan Utama
1. Tren dan Perkembangan Smart Warehouse
2. Implementasi Teknologi dalam Smart Warehouse
3. Tantangan dalam Implementasi Smart Warehouse
âš Investasi awal yang tinggi untuk infrastruktur digital dan robotik.
âš Keamanan data dan ancaman siber akibat sistem berbasis IoT yang terhubung.
âš Keterbatasan tenaga kerja terampil dalam mengelola sistem berbasis AI dan otomatisasi.
Studi Kasus: Implementasi Smart Warehouse di Berbagai Industri
1. Alibaba Cainiao Smart Warehouse (China)
2. Amazon Robotics Fulfillment Center (Amerika Serikat)
3. Automated Container Terminal (Shanghai Yangshan)
Strategi Optimal untuk Mengimplementasikan Smart Warehouse
1. Menggunakan IoT dan Big Data untuk Efisiensi Operasional
2. Mengadopsi Robotika dan Sistem Otomatisasi
3. Menerapkan Prinsip Green Warehouse
4. Meningkatkan Kolaborasi dengan Ekosistem Digital
Kesimpulan
Smart warehouse telah menjadi solusi masa depan dalam manajemen rantai pasok dan logistik. Dengan memanfaatkan IoT, AI, robotika, dan Big Data, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, akurasi, dan keberlanjutan operasional.
Penelitian ini menunjukkan bahwa investasi dalam smart warehouse dapat meningkatkan produktivitas hingga 30%, sekaligus mengurangi biaya operasional. Namun, tantangan seperti biaya awal yang tinggi dan risiko siber perlu dikelola dengan baik agar implementasi berjalan optimal.
Dalam dunia logistik yang semakin kompetitif, smart warehouse bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan bagi bisnis yang ingin bertahan dan berkembang di era digital.
Sumber : Lu Zhen, Haolin Li (2021). A Literature Review of Smart Warehouse Operations Management. Front. Eng. Manag. 2022, 9(1): 31–55.