Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Pengukuran Efisiensi dalam Rantai Pasok: Model, Studi Kasus, dan Implikasinya bagi Bisnis

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025


Pendahuluan

Efisiensi rantai pasok menjadi faktor penting dalam daya saing perusahaan modern. Semakin kompleksnya sistem rantai pasok akibat globalisasi dan digitalisasi menuntut perusahaan untuk memiliki model evaluasi kinerja yang akurat. Paper Measurements of Efficiency in a Supply Chain oleh Annelie Pettersson berfokus pada metode pengukuran efisiensi rantai pasok dengan pendekatan kuantitatif yang menggabungkan biaya dan kinerja operasional.

Penelitian ini mengulas berbagai model evaluasi yang telah digunakan dalam industri dan mengembangkan indeks efisiensi rantai pasok, yang kemudian diuji pada perusahaan global, Ericsson AB. Dengan mengombinasikan pendekatan cost-driven dan performance-driven, paper ini memberikan wawasan penting bagi akademisi dan praktisi Supply Chain Management (SCM).

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan utama:

1. Tinjauan Literatur

Literatur yang dikaji mencakup berbagai konsep terkait:

  • Supply Chain Management (SCM) dan efisiensi rantai pasok
  • Model pengukuran kinerja rantai pasok, termasuk:
    • Cost-to-Serve Analysis (menganalisis total biaya per pelanggan)
    • Total Cost of Ownership (TCO) (menghitung biaya sepanjang siklus hidup produk)
    • Activity-Based Costing (ABC) (mengalokasikan biaya berdasarkan aktivitas dalam rantai pasok)

2. Studi Empiris

Penulis melakukan studi empiris dengan 30 perusahaan dari 10 sektor industri di Swedia, termasuk:

  • Industri manufaktur
  • Industri farmasi dan teknologi medis
  • Industri telekomunikasi
  • Industri otomotif
  • Industri konstruksi

Setiap perusahaan diwawancarai untuk memahami bagaimana mereka mengukur efisiensi rantai pasok dan kendala yang mereka hadapi. Selain itu, penulis mengembangkan indeks efisiensi rantai pasok, yang diuji pada Ericsson AB, salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia.

Model Evaluasi Efisiensi dalam Rantai Pasok

Paper ini mengklasifikasikan metode evaluasi menjadi tiga kategori utama:

1. Metode Biaya dalam Rantai Pasok

  • Logistics Cost vs. Supply Chain Cost
    • Biaya logistik hanya sebagian dari total biaya rantai pasok.
    • Supply Chain Cost mencakup seluruh biaya mulai dari produksi, distribusi, hingga layanan pelanggan.
  • Activity-Based Costing (ABC)
    • Mengalokasikan biaya berdasarkan aktivitas spesifik dalam rantai pasok.
    • Mampu mengidentifikasi aktivitas yang tidak bernilai tambah dan mengurangi biaya produksi hingga 15%.
  • Total Cost of Ownership (TCO)
    • Menghitung biaya total sepanjang siklus hidup produk, termasuk biaya pemeliharaan dan disposal.

2. Metode Pengukuran Kinerja Operasional

  • Balanced Scorecard (BSC)
    • Mengukur kinerja berdasarkan perspektif:
      • Keuangan
      • Pelanggan
      • Proses internal
      • Pembelajaran dan pertumbuhan
  • SCOR (Supply Chain Operations Reference Model)
    • Model yang digunakan secara luas dalam industri untuk mengukur keandalan, fleksibilitas, dan efisiensi biaya.
    • Perusahaan yang menerapkan SCOR mampu meningkatkan kecepatan pemrosesan pesanan hingga 22%.
  • Benchmarking
    • Perbandingan kinerja rantai pasok dengan perusahaan lain atau standar industri.

3. Pengembangan Indeks Efisiensi Rantai Pasok

  • Paper ini memperkenalkan indeks efisiensi rantai pasok yang menggabungkan biaya dan kinerja operasional.
  • Indeks ini diuji pada Ericsson AB, yang menunjukkan peningkatan efisiensi operasional hingga 18% setelah penerapan model ini.

Studi Kasus dan Data Empiris

Penelitian ini menyajikan beberapa studi kasus berdasarkan wawancara dengan 30 perusahaan:

1. Ericsson AB (Industri Telekomunikasi)

  • Dengan menerapkan SCOR model, perusahaan mampu meningkatkan kecepatan pemrosesan pesanan hingga 22%.
  • Penggunaan TCO memungkinkan identifikasi titik pemborosan, mengurangi biaya operasional sebesar 12%.

2. Industri Manufaktur

  • Perusahaan yang menggunakan pendekatan ABC berhasil menurunkan biaya produksi sebesar 15% dengan mengoptimalkan alokasi sumber daya.
  • Penggunaan Just-in-Time (JIT) menurunkan tingkat persediaan hingga 30%, meningkatkan efisiensi arus barang.

3. Industri Otomotif

  • Penerapan sistem Lean Manufacturing menghasilkan pengurangan waktu siklus produksi sebesar 20%.
  • Efisiensi rantai pasok meningkat dengan strategi vendor-managed inventory (VMI).

Tantangan dalam Pengukuran Efisiensi Rantai Pasok

Meskipun ada berbagai model evaluasi, penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama:

  1. Kurangnya integrasi antara data keuangan dan operasional, menyebabkan evaluasi yang kurang komprehensif.
  2. Kurangnya standar universal untuk mengukur efisiensi rantai pasok, membuat perbandingan antar perusahaan sulit dilakukan.
  3. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi digital dan AI dalam sistem evaluasi, padahal teknologi ini bisa meningkatkan akurasi analisis.

Rekomendasi dan Implikasi untuk Industri

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa strategi disarankan untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok:

  1. Digitalisasi dan Automasi
    • Menggunakan IoTdan AI untuk meningkatkan transparansi dan pengambilan keputusan berbasis data.
  2. Pengukuran Berbasis Big Data
    • Mengadopsi analitik data real-time untuk mengoptimalkan proses rantai pasok.
  3. Integrasi Keberlanjutan dalam Evaluasi Kinerja
    • Menggabungkan metrik lingkungan dan sosial dalam sistem evaluasi rantai pasok.

Kesimpulan

Paper ini memberikan wawasan mendalam tentang pengukuran efisiensi rantai pasok, dengan membahas model, studi kasus, serta tantangan dalam implementasinya. Studi ini menjadi referensi penting bagi akademisi dan praktisi manajemen rantai pasok dalam mengembangkan strategi evaluasi yang lebih akurat dan berbasis data.

Sumber: Annelie Pettersson. Measurements of Efficiency in a Supply Chain. Luleå University of Technology, 2008.

 

Selengkapnya
Pengukuran Efisiensi dalam Rantai Pasok: Model, Studi Kasus, dan Implikasinya bagi Bisnis

Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Strategi Efektif dalam Manajemen Inventaris, Pergudangan, dan Transportasi untuk Meningkatkan Kinerja Logistik Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025


Pendahuluan

Kinerja logistik dalam rantai pasok merupakan faktor kunci dalam keberhasilan suatu organisasi di era globalisasi. Paper ini, yang ditulis oleh Mohd Fathi Mohamad, Zulkifli M Udin, dan Kamal Imran Sharif dari Universiti Utara Malaysia, membahas bagaimana manajemen inventaris, pergudangan, dan transportasi memengaruhi efisiensi rantai pasok dan daya saing perusahaan.

Studi ini menyoroti bahwa pengelolaan logistik yang efisien dapat meningkatkan efisiensi hingga 30%, dengan strategi yang tepat dalam pengelolaan stok, penyimpanan barang, dan distribusi.

Metodologi Penelitian

Kajian literatur tentang faktor utama yang memengaruhi kinerja logistik.
Analisis hubungan antara inventaris, pergudangan, dan transportasi dalam rantai pasok.
Studi kasus industri manufaktur dan ritel, mengukur efektivitas strategi logistik yang diterapkan.

Temuan Utama

1. Peran Manajemen Inventaris dalam Kinerja Logistik

📌 Inventaris berlebih dapat meningkatkan biaya operasional hingga 25%, tetapi persediaan yang terlalu rendah meningkatkan risiko kekurangan stok.
📌 Just-in-Time (JIT) dan Economic Order Quantity (EOQ) terbukti meningkatkan efisiensi rantai pasok dengan mengurangi biaya penyimpanan dan stok berlebih.
📌 Penerapan teknologi prediktif dalam manajemen inventaris dapat meningkatkan akurasi peramalan permintaan hingga 35%.

2. Efisiensi Pergudangan dan Dampaknya terhadap Rantai Pasok

📌 Desain gudang yang optimal dapat mengurangi waktu pencarian barang hingga 40%, meningkatkan efisiensi operasional.
📌 Sistem pergudangan otomatis berbasis AI dan IoT telah mengurangi kesalahan pencatatan inventaris hingga 50% di beberapa perusahaan logistik global.
📌 Penempatan gudang yang strategis membantu dalam mengoptimalkan rute distribusi dan mengurangi biaya transportasi.

3. Transportasi sebagai Tulang Punggung Kinerja Logistik

📌 Pemilihan moda transportasi yang tepat dapat mengurangi biaya distribusi hingga 20%.
📌 Integrasi third-party logistics (3PL) meningkatkan efisiensi pengiriman dan mengurangi keterlambatan distribusi.
📌 Optimasi rute berbasis AI dan big data membantu dalam mengurangi waktu pengiriman dan meningkatkan ketepatan waktu hingga 90%.

Studi Kasus: Implementasi Manajemen Logistik di Industri Manufaktur dan Ritel

📌 Industri manufaktur yang menerapkan metode JIT mengalami penurunan biaya inventaris hingga 28%.
📌 Perusahaan ritel yang mengadopsi sistem pergudangan berbasis teknologi AI mencatat peningkatan efisiensi stok sebesar 37%.
📌 Optimasi transportasi dengan 3PL mengurangi biaya operasional pengiriman hingga 22%.

Tantangan dalam Implementasi Strategi Logistik

Kurangnya integrasi teknologi dalam sistem logistik.
➡ Solusi: Menggunakan ERP dan sistem manajemen rantai pasok berbasis cloud.

Tingginya biaya investasi dalam sistem logistik otomatis.
➡ Solusi: Mengadopsi strategi bertahap dalam digitalisasi logistik.

Variabilitas permintaan pasar yang sulit diprediksi.
➡ Solusi: Analisis data real-time untuk meningkatkan ketepatan prediksi permintaan.

Strategi Optimal untuk Meningkatkan Kinerja Logistik

Penerapan Sistem Digital dalam Manajemen Inventaris

  • Menggunakan AI dan machine learning untuk optimasi stok.
  • Menerapkan blockchain untuk transparansi dalam rantai pasok.

Optimalisasi Pergudangan dengan Automasi

  • Sistem pergudangan berbasis robotik untuk meningkatkan kecepatan pengambilan barang.
  • Teknologi IoT untuk monitoring stok secara real-time.

Efisiensi Transportasi dengan Analitik Data

  • Optimasi rute pengiriman berbasis AI untuk mengurangi keterlambatan distribusi.
  • Penggunaan kendaraan ramah lingkungan untuk meningkatkan keberlanjutan rantai pasok.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen inventaris, pergudangan, dan transportasi memiliki dampak signifikan terhadap efisiensi rantai pasok dan kinerja logistik perusahaan.

Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat:
Meningkatkan efisiensi logistik hingga 30%.
Menekan biaya operasional dan meningkatkan profitabilitas.
Mempercepat waktu pengiriman dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Penerapan teknologi digital dan integrasi sistem dalam manajemen logistik menjadi kunci untuk mencapai rantai pasok yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Sumber : Mohd Fathi Mohamad, Zulkifli M Udin, Kamal Imran Sharif (2018). Inventory, Warehousing, and Transportation Management Impacts Towards Logistics Performance in Supply Chain Management. International Journal of Supply Chain Management, Vol. 7, No. 6, December 2018.

 

Selengkapnya
Strategi Efektif dalam Manajemen Inventaris, Pergudangan, dan Transportasi untuk Meningkatkan Kinerja Logistik Rantai Pasok

Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Pengukuran Kinerja Green Supply Chain dengan Model GSCOR: Studi Kasus Industri Pertanian

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025


Pendahuluan

Industri pertanian telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, tetapi menyumbang lebih dari 19% emisi gas rumah kaca global. Tantangan utama dalam rantai pasok pertanian adalah pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan untuk mengurangi jejak ekologis.

Penelitian ini, yang dilakukan oleh Arjuna, Santoso, dan Rainisa Maini Heryanto dari Universitas Kristen Maranatha, mengevaluasi kinerja rantai pasok hijau menggunakan Green Supply Chain Operations Reference (GSCOR) Model dalam industri pertanian.

Metodologi Penelitian

Analisis GSCOR Model → Mengukur performa rantai pasok berdasarkan aspek keberlanjutan.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) → Untuk menentukan bobot parameter kinerja.
Metode Objective Matrix (OMAX) & Traffic Light System (TLS) → Untuk menilai dan mengkategorikan tingkat pencapaian kinerja.
Studi kasus perusahaan agrikultur → Fokus pada produksi sayuran dataran tinggi untuk pasar ekspor ke Jepang dan Singapura.

Temuan Utama

1. Evaluasi Kinerja Rantai Pasok Hijau

📌 Performa rantai pasok perusahaan dikategorikan dalam level kuning dengan skor 6.357, menunjukkan kinerja rata-rata.
📌 Tiga indikator utama (KPI) dalam kategori merah yang perlu diperbaiki:

  • Penggunaan air (KPI2) → Konsumsi air tinggi dalam proses produksi.
  • Bahan berbahaya dalam inventaris (KPI7) → Persentase bahan kimia masih tinggi.
  • Limbah berbahaya (KPI10) → Manajemen limbah belum optimal.

2. Strategi Optimalisasi Green Supply Chain

📌 Efisiensi penggunaan sumber daya:

  • Mengurangi bahan kimia sintetis dalam produksi.
  • Meningkatkan penggunaan energi alternatif seperti biofuel dan tenaga surya.
    📌 Peningkatan sistem pengelolaan limbah:
  • Menerapkan metode Water Pinch Analysis untuk mengurangi limbah air.
  • Menggunakan material biodegradable untuk kemasan.
    📌 Pelatihan karyawan tentang praktik pertanian ramah lingkungan:
  • 80% karyawan dilatih mengenai standar keberlanjutan (KPI15).
  • Standarisasi proses dengan sertifikasi ISO 14001.

3. Studi Kasus: Implementasi GSCOR Model dalam Industri Pertanian

📌 Penggunaan metode GSCOR di perusahaan agrikultur Indonesia:

  • Efisiensi penggunaan bahan baku meningkat 25% setelah implementasi GSCOR.
  • Limbah produksi berkurang 18% melalui sistem daur ulang.
  • Adopsi teknologi pertanian hijau meningkatkan produktivitas hingga 30%.

📌 Perbandingan dengan industri lain:

  • Industri batik menggunakan pendekatan yang lebih berfokus pada bahan baku ramah lingkungan.
  • Industri kertas mengadopsi integrasi pemangku kepentingan untuk meningkatkan keberlanjutan.

Tantangan dalam Implementasi Green Supply Chain

Kurangnya regulasi yang mendukung keberlanjutan di industri pertanian.
➡ Solusi: Menerapkan kebijakan insentif bagi perusahaan yang menerapkan green supply chain.

Tingginya biaya investasi untuk teknologi hijau.
➡ Solusi: Penggunaan teknologi bertahap dan pengembangan kemitraan dengan pemerintah.

Kurangnya kesadaran dan pelatihan karyawan.
➡ Solusi: Program edukasi berkelanjutan tentang praktik ramah lingkungan bagi pekerja pertanian.

Strategi Implementasi Green SCOR Model di Perusahaan Agrikultur

Optimalisasi Penggunaan Sumber Daya

  • Mengurangi konsumsi energi fosil dengan mengadopsi bioenergi.
  • Menggunakan sistem irigasi hemat air untuk mengurangi konsumsi air bersih.

Meningkatkan Manajemen Limbah

  • Menerapkan sistem pengolahan limbah organik menjadi pupuk kompos.
  • Memantau penggunaan bahan kimia dalam proses produksi.

Kolaborasi dengan Pemangku Kepentingan

  • Mengintegrasikan pemasok dalam rantai pasok hijau dengan standar ISO 14001.
  • Menggunakan blockchain untuk transparansi dalam rantai pasok.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok hijau menggunakan GSCOR Model dapat membantu perusahaan agrikultur meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan.

Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat:
Meningkatkan efisiensi operasional hingga 30%.
Mengurangi limbah produksi dan konsumsi bahan berbahaya.
Meningkatkan kepatuhan terhadap standar lingkungan global.

Implementasi Green Supply Chain Management (GSCM) berbasis GSCOR dapat menjadi solusi jangka panjang bagi industri pertanian dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan daya saing global.

Sumber : Arjuna, Santoso, Rainisa Maini Heryanto (2022). Green Supply Chain Performance Measurement using Green SCOR Model in Agriculture Industry: A Case Study. Jurnal Teknik Industri, Vol. 24, No. 1, June 2022.

 

Selengkapnya
Pengukuran Kinerja Green Supply Chain dengan Model GSCOR: Studi Kasus Industri Pertanian

Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Strategi Efektif dalam Mengukur dan Meningkatkan Kinerja Rantai Pasok: Pendekatan SCOR, Balanced Scorecard, dan Analitik Data

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025


Pendahuluan

Supply Chain Performance Measurement (SCPM) memainkan peran penting dalam mengoptimalkan efisiensi rantai pasok dan meningkatkan daya saing bisnis. Paper yang ditulis oleh Larry Lapide dari AMR Research mengkaji berbagai pendekatan dalam mengukur kinerja rantai pasok, termasuk model SCOR (Supply Chain Operations Reference), Balanced Scorecard, Economic Value Added (EVA), serta Activity-Based Costing (ABC).

Penelitian ini juga membahas bagaimana perusahaan dapat memilih metrik kinerja yang tepat, serta tantangan dalam implementasi sistem pengukuran rantai pasok yang efektif.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini berbasis pada studi literatur dan analisis industri, dengan pendekatan berikut:

Analisis historis mengenai evolusi metode pengukuran kinerja rantai pasok.
Evaluasi pendekatan pengukuran kinerja, termasuk SCOR Model, Balanced Scorecard, EVA, dan ABC.
Studi kasus penerapan sistem pengukuran rantai pasok di berbagai industri, seperti manufaktur, ritel, dan logistik.

Temuan Utama

1. Pentingnya Pengukuran Kinerja dalam Rantai Pasok

📌 Perusahaan yang mengukur kinerja rantai pasok secara rutin mengalami peningkatan efisiensi hingga 30% dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan sistem SCPM.
📌 Metrik yang dipilih harus selaras dengan strategi bisnis, karena metrik yang tidak relevan dapat menyebabkan distorsi dalam pengambilan keputusan.
📌 Beberapa tantangan utama dalam pengukuran kinerja rantai pasok meliputi keterbatasan teknologi, ketidaksesuaian metrik, dan kurangnya dukungan eksekutif.

2. Pendekatan Utama dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

📌 Balanced Scorecard (BSC) → Metrik seimbang berbasis keuangan, pelanggan, proses internal, dan pembelajaran organisasi.
📌 SCOR Model → Mengukur kinerja rantai pasok dalam dimensi keandalan, fleksibilitas, dan biaya.
📌 Economic Value Added (EVA) → Mengukur nilai finansial yang dihasilkan oleh rantai pasok terhadap modal yang digunakan.
📌 Activity-Based Costing (ABC) → Menghitung biaya berdasarkan aktivitas yang memberikan nilai tambah, bukan hanya berdasarkan departemen atau divisi.

3. Studi Kasus: Implementasi SCPM di Berbagai Industri

📌 Industri manufaktur yang menerapkan SCOR Model mengalami penurunan lead time hingga 40% dan peningkatan efisiensi produksi sebesar 25%.
📌 Perusahaan ritel yang menggunakan Balanced Scorecard melaporkan peningkatan tingkat kepuasan pelanggan sebesar 20% dan penurunan biaya operasional sebesar 15%.
📌 Penggunaan teknologi analitik dalam SCPM dapat meningkatkan akurasi prediksi permintaan hingga 35%, membantu perusahaan menghindari stok berlebih atau kekurangan pasokan.

Strategi Optimal untuk Implementasi SCPM

Menyesuaikan Metrik dengan Tujuan Bisnis

  • Perusahaan dengan rantai pasok kompleks sebaiknya menggunakan SCOR Model.
  • Bisnis dengan fokus pada nilai tambah finansial dapat menerapkan EVA.

Mengadopsi Teknologi Digital dalam Pengukuran Kinerja

  • Artificial Intelligence (AI) untuk analisis prediktif rantai pasok.
  • Internet of Things (IoT) untuk pemantauan real-time stok dan bahan baku.

Meningkatkan Kolaborasi dan Transparansi dengan Mitra Bisnis

  • Menggunakan platform berbasis cloud untuk berbagi informasi rantai pasok secara real-time.
  • Menerapkan sistem insentif berbasis kinerja bagi pemasok dan distributor untuk meningkatkan efisiensi operasional.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok yang efektif dapat meningkatkan efisiensi bisnis dan daya saing global.

Dengan memilih model pengukuran yang tepat dan memanfaatkan teknologi digital, organisasi dapat:
Meningkatkan efisiensi operasional.
Menekan biaya dan meningkatkan profitabilitas.
Memperkuat hubungan dengan pemasok dan pelanggan.

Penerapan Balanced Scorecard, SCOR Model, EVA, dan ABC dalam SCPM dapat membantu perusahaan memahami dan mengoptimalkan performa rantai pasok mereka secara lebih strategis dan berbasis data.

Sumber : Larry Lapide (2024). Understanding Supply Chain Performance Measurement and Optimization. AMR Research.

 

Selengkapnya
Strategi Efektif dalam Mengukur dan Meningkatkan Kinerja Rantai Pasok: Pendekatan SCOR, Balanced Scorecard, dan Analitik Data

Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Evaluasi dan Peningkatan Kinerja Rantai Pasok: Studi Kasus Pengelolaan Limbah Kapal di Laut Baltik

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025


Pendahuluan

Di era modern, kinerja rantai pasok (Supply Chain Performance - SCP) menjadi faktor utama dalam meningkatkan efisiensi logistik dan manajemen keberlanjutan. Studi yang dilakukan oleh Erika Vuorinen (2024) dalam tesisnya di Lappeenranta–Lahti University of Technology (LUT) mengkaji evaluasi dan peningkatan SCP dalam konteks pengelolaan limbah kapal di Laut Baltik.

Penelitian ini berfokus pada tiga dimensi utama dalam evaluasi kinerja rantai pasok:
Praktik operasional, termasuk alur pemesanan dan efisiensi proses.
Komunikasi antar pemangku kepentingan, yang menentukan efektivitas koordinasi.
Keberlanjutan lingkungan, terutama dalam pengelolaan limbah kapal.

Salah satu tujuan utama dari studi ini adalah meningkatkan jumlah limbah kapal yang dibuang di pelabuhan, dibandingkan langsung ke laut, guna mengurangi pencemaran lingkungan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berbasis studi kasus dengan metode berikut:
Wawancara semi-terstruktur dengan enam operatif rantai pasok terkait.
Analisis data berbasis content analysis, untuk mengidentifikasi pola utama dalam operasi rantai pasok.
Sumber data sekunder dari artikel akademik, laporan industri, dan statistik internet untuk mendukung analisis empiris.

Temuan Utama

1. Praktik Operasional dan Efisiensi dalam Rantai Pasok

📌 Sistem pemesanan yang sederhana dan mudah meningkatkan efisiensi rantai pasok.
📌 Rutinitas yang telah terstandarisasi dan hubungan kerja yang baik antara operatif rantai pasok berkontribusi pada peningkatan kinerja.
📌 Hambatan utama dalam implementasi perubahan adalah tingginya kebutuhan sumber daya dan biaya operasional.

2. Komunikasi dalam Rantai Pasok dan Dampaknya

📌 Pertukaran informasi dan komunikasi antar pemangku kepentingan memainkan peran besar dalam peningkatan kinerja rantai pasok.
📌 Koordinasi yang buruk dapat menyebabkan keterlambatan dan inefisiensi dalam proses pengelolaan limbah kapal.
📌 Kepercayaan dan hubungan kerja yang erat antara pemasok, pengelola pelabuhan, dan regulator mempercepat pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan.

3. Keberlanjutan dalam Rantai Pasok: Tantangan dan Solusi

📌 Limbah kapal di Laut Baltik masih menjadi masalah besar, dengan sebagian besar limbah dibuang langsung ke laut.
📌 Pada tahun 2023, hanya 1,1% dari total limbah yang dihasilkan oleh kapal kargo yang berhasil dikumpulkan di pelabuhan studi kasus.
📌 Solusi potensial meliputi insentif finansial, regulasi lebih ketat, dan peningkatan infrastruktur pengolahan limbah di pelabuhan.

Studi Kasus: Program "Ship Waste Action"

📌 Ship Waste Action adalah sebuah inisiatif lingkungan yang mendorong kapal kargo untuk membuang limbah mereka di pelabuhan alih-alih di laut.
📌 Sebagian besar pelabuhan di Finlandia telah menawarkan layanan pembuangan limbah tanpa biaya tambahan, tetapi hanya kurang dari 4% kapal yang memanfaatkannya pada tahun 2023.
📌 Kesenjangan besar antara jumlah limbah yang dihasilkan dan yang dikelola dengan baik menjadi fokus utama dalam peningkatan rantai pasok.

Implikasi Praktis bagi Manajer Rantai Pasok

Optimalisasi sistem pemesanan dan manajemen limbah dapat meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi.
Membangun sistem komunikasi yang lebih transparan antara operator kapal, pelabuhan, dan pemerintah dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok.
Menerapkan teknologi digital seperti IoT dan AI dalam pengawasan limbah kapal dapat membantu dalam pengelolaan data dan prediksi kebutuhan logistik.

Kesimpulan

Penelitian ini menyoroti pentingnya pendekatan holistik dalam evaluasi dan peningkatan kinerja rantai pasok. Dengan menerapkan praktik operasional yang lebih efisien, memperbaiki komunikasi, dan memperkuat strategi keberlanjutan, rantai pasok dalam industri pengelolaan limbah kapal dapat dioptimalkan.

Penguatan komunikasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan sangat penting dalam rantai pasok yang kompleks.
Tantangan utama dalam implementasi kebijakan keberlanjutan adalah tingginya biaya dan kurangnya kesadaran industri.
Diperlukan langkah-langkah konkret seperti insentif keuangan dan regulasi yang lebih ketat untuk meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan lingkungan.

Penerapan strategi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga berdampak positif pada lingkungan dan keberlanjutan jangka panjang.

Sumber Asli

Erika Vuorinen (2024). Evaluation and Improvement of Supply Chain Performance in Case Supply Chain. Lappeenranta–Lahti University of Technology LUT.

 

Selengkapnya
Evaluasi dan Peningkatan Kinerja Rantai Pasok: Studi Kasus Pengelolaan Limbah Kapal di Laut Baltik

Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Peran Komunikasi Organisasi dalam Manajemen Risiko Rantai Pasok: Implikasi bagi Pengambilan Keputusan dan Strategi Mitigasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025


Pendahuluan

Manajemen risiko rantai pasok menjadi perhatian utama di era ketidakpastian global. Studi oleh Scott DuHadway, Steven Carnovale, dan Vijay Kannan (2018) mengkaji bagaimana komunikasi organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan individu dalam mengelola risiko rantai pasok.

Penelitian ini menemukan bahwa persepsi risiko individu dipengaruhi oleh cara organisasi menyampaikan informasi mengenai risiko rantai pasok. Misalnya, ketika sebuah perusahaan mengomunikasikan penurunan risiko, manajer rantai pasok cenderung mengambil keputusan yang lebih berisiko. Namun, jika mereka diberi instruksi spesifik untuk mengurangi risiko, mereka tidak melakukan perubahan signifikan dalam strategi rantai pasok mereka.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen multi-tahap untuk memahami perilaku pengambilan keputusan individu:

Eksperimen dengan pengambilan keputusan dalam tiga dimensi risiko, di mana peserta harus menyesuaikan strategi mereka berdasarkan komunikasi organisasi tentang risiko rantai pasok.
Analisis data berbasis regresi, dengan uji Seemingly Unrelated Regression (SUR) dan Ordinary Least Squares (OLS) untuk mengukur dampak komunikasi terhadap perubahan strategi pengadaan dan stok pengaman.
Studi kasus industri, termasuk analisis dampak komunikasi terhadap pengambilan keputusan dalam rantai pasok otomotif dan manufaktur.

Temuan Utama

1. Komunikasi Organisasi Memengaruhi Persepsi Risiko dan Keputusan Strategi Rantai Pasok

📌 Eksperimen menunjukkan bahwa komunikasi organisasi berpengaruh langsung terhadap keputusan manajer rantai pasok.
📌 Ketika organisasi mengkomunikasikan bahwa risiko menurun, individu cenderung mengambil keputusan lebih berisiko, seperti mengurangi stok pengaman atau memilih pemasok yang kurang andal.
📌 Sebaliknya, jika organisasi memberikan komunikasi risiko tinggi, individu lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan.

2. Studi Kasus: Dampak Komunikasi Organisasi dalam Industri Otomotif dan Teknologi

📌 Industri otomotif mengalami peningkatan 30% dalam gangguan rantai pasok antara 2016-2017, menyebabkan dampak besar pada produksi.
📌 Ford Motor Company menghentikan produksi F-150 setelah kebakaran di pabrik pemasok, menyebabkan 7.000 pekerja dirumahkan.
📌 Apple Inc. meningkatkan inventaris dari $4,4 miliar menjadi $7,6 miliar untuk mengantisipasi tarif dagang dengan China, meskipun pemerintah meyakinkan bahwa kebijakan ini tidak akan berdampak langsung pada mereka.

3. Teori Risiko Kompensasi dan Risiko Homeostasis dalam Rantai Pasok

📌 Teori Risiko Kompensasi: Individu mengubah perilaku mereka berdasarkan persepsi risiko. Jika mereka merasa lebih aman, mereka akan cenderung mengambil risiko yang lebih tinggi.
📌 Teori Risiko Homeostasis: Setelah menyesuaikan strategi mereka, individu akan kembali ke tingkat risiko yang mereka anggap wajar. Namun, studi ini tidak menemukan bukti kuat bahwa risiko homeostasis terjadi dalam rantai pasok.

Implikasi Praktis bagi Manajer Rantai Pasok

Strategi komunikasi harus dirancang untuk menghindari reaksi kompensasi yang tidak diinginkan.
Menyampaikan informasi risiko dengan pendekatan yang lebih seimbang, agar manajer tidak terlalu mengurangi atau meningkatkan risiko secara berlebihan.
Penggunaan analitik risiko dan teknologi AI dapat membantu dalam memahami bagaimana komunikasi organisasi berdampak pada pengambilan keputusan rantai pasok.

Kesimpulan

Penelitian ini menyoroti pentingnya komunikasi organisasi dalam manajemen risiko rantai pasok. Hasilnya menunjukkan bahwa:
Persepsi risiko individu sangat dipengaruhi oleh komunikasi organisasi.
Manajer rantai pasok cenderung menyesuaikan strategi berdasarkan informasi risiko yang diterima.
Penting bagi perusahaan untuk mengelola komunikasi risiko dengan hati-hati agar tidak memicu reaksi yang merugikan dalam strategi rantai pasok mereka.

Dengan memahami hubungan antara komunikasi organisasi dan pengambilan keputusan individu, perusahaan dapat merancang strategi komunikasi yang lebih efektif untuk mengurangi risiko dan meningkatkan ketahanan rantai pasok.

Sumber : Scott DuHadway, Steven Carnovale & Vijay Kannan (2018). Organizational Communication and Individual Behavior: Implications for Supply Chain Risk Management. Journal of Supply Chain Management, Vol. 54.

 

Selengkapnya
Peran Komunikasi Organisasi dalam Manajemen Risiko Rantai Pasok: Implikasi bagi Pengambilan Keputusan dan Strategi Mitigasi
« First Previous page 3 of 6 Next Last »