Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Peningkatan emisi karbon, polusi industri, dan eksploitasi sumber daya alam telah mempercepat krisis lingkungan global. Untuk mengatasi hal ini, banyak perusahaan beralih ke Green Supply Chain (GSC) sebagai solusi berkelanjutan. GSC berfokus pada efisiensi rantai pasok yang tetap menjaga keseimbangan lingkungan.
Penelitian ini, yang dilakukan oleh Justyna Żywiołek, Joanna Rosak-Szyrocka, dan Ali Abdulhassan Abbas, bertujuan untuk mengukur dampak GSC terhadap sustainable performance. Studi ini menyoroti bagaimana penerapan GSC dapat mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Responden berasal dari 185 pekerja di pabrik Al-Noura di Karbala, yang bekerja di berbagai departemen seperti produksi, pemasaran, dan operasional. Teknik analisis data yang digunakan mencakup Structural Equation Modeling (SEM) berbasis SmartPLS 3.2.7 untuk menguji hubungan antara variabel GSC dan kinerja berkelanjutan.
Temuan Utama
1. Green Supply Chain sebagai Faktor Kunci Keberlanjutan
2. Dimensi Green Supply Chain yang Paling Berpengaruh
Studi ini mengidentifikasi beberapa dimensi utama dalam penerapan GSC:
3. Pengaruh Green Supply Chain terhadap Sustainable Performance
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa Green Supply Chain berkontribusi terhadap peningkatan kinerja berkelanjutan sebesar 66%. Pengaruh ini dibagi ke dalam tiga aspek:
4. Studi Kasus: Implementasi GSC di Pabrik Al-Noura, Karbala
Keunggulan dan Tantangan dalam Implementasi GSC
Keunggulan
✔ Meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya produksi.
✔ Memperkuat reputasi merek sebagai perusahaan yang peduli lingkungan.
✔ Memastikan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan global.
Tantangan
⚠ Investasi awal yang tinggi dalam teknologi ramah lingkungan.
⚠ Kurangnya pemahaman tenaga kerja tentang GSC.
⚠ Kesulitan dalam mendapatkan bahan baku ramah lingkungan dengan harga kompetitif.
Strategi Optimal untuk Meningkatkan Green Supply Chain
Berdasarkan temuan penelitian, berikut adalah strategi terbaik untuk mengoptimalkan GSC dalam rantai pasok:
1. Meningkatkan Kesadaran dan Pelatihan Karyawan
2. Menggunakan Teknologi Digital untuk Monitoring
3. Berkolaborasi dengan Pemasok Ramah Lingkungan
4. Menyesuaikan Produk dan Proses Produksi
Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa Green Supply Chain memiliki dampak signifikan terhadap sustainable performance. Dengan mengadopsi strategi berbasis GSC, perusahaan dapat:
Dalam era industri yang semakin peduli lingkungan, adopsi GSC bukan hanya pilihan, tetapi kebutuhan bagi perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang dalam jangka panjang.
Sumber : Justyna Żywiołek, Joanna Rosak-Szyrocka, Ali Abdulhassan Abbas (2022). Measuring the Impact of the Green Supply Chain on Sustainable Performance. Holistica Journal of Business and Public Administration, Vol. 13, Issue 1, pp. 19-48.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam era globalisasi, rantai pasok menghadapi berbagai risiko yang dapat menyebar secara cepat dan berdampak besar pada operasional bisnis. Penundaan pengiriman, bencana alam, serangan siber, hingga ketidakpastian kualitas adalah beberapa risiko utama dalam rantai pasok modern.
Studi ini, yang dilakukan oleh Jianlan Zhong dan Fu Jia, berfokus pada pemantauan risiko dalam rantai pasok menggunakan Graphic Evaluation and Review Technique (GERT) dan change-point control chart. Penelitian ini diterapkan pada industri otomotif DongNan, di mana lead-time delay menjadi risiko utama yang dapat menghambat produksi.
Metodologi Penelitian
Studi ini menggunakan pendekatan kombinasi dengan dua metode utama:
Kasus yang dianalisis adalah rantai pasok otomotif DongNan, yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi karena keterlibatan banyak pemasok dan proses produksi.
Temuan Utama
1. Penyebaran Risiko dalam Rantai Pasok
2. Penerapan GERT untuk Memetakan Risiko
3. Monitoring Risiko dengan Change-Point Control Chart
4. Studi Kasus: Implementasi pada Industri Otomotif DongNan
Penelitian ini menerapkan model GERT dan change-point control chart pada DongNan Automotive, salah satu produsen otomotif terbesar di Tiongkok. Beberapa temuan utama:
Keunggulan dan Tantangan
Keunggulan
✔ Akurasi tinggi dalam pemantauan risiko dengan metode berbasis data.
✔ Visualisasi jalur penyebaran risiko dengan GERT membantu pengambilan keputusan yang lebih cepat.
✔ Integrasi dengan sistem digital memungkinkan deteksi real-time dan mitigasi lebih efektif.
Tantangan
⚠ Implementasi memerlukan infrastruktur teknologi yang kuat seperti IoT dan AI.
⚠ Kompleksitas pemodelan GERT dapat menjadi kendala dalam rantai pasok multi-tier.
⚠ Perlu pelatihan bagi tim supply chain agar dapat menginterpretasikan hasil pemantauan dengan baik.
Strategi Optimal untuk Meningkatkan Monitoring Risiko Rantai Pasok
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan monitoring risiko dalam rantai pasok:
1. Menggunakan Teknologi Digital untuk Monitoring Real-Time
2. Mengimplementasikan Sistem Kontrol Berbasis Statistik
3. Meningkatkan Kolaborasi dan Transparansi Supply Chain
4. Menyiapkan Protokol Respons Risiko yang Cepat
Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa integrasi GERT dan change-point control chart dapat meningkatkan efektivitas pemantauan risiko dalam rantai pasok. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat:
Dalam era supply chain yang semakin kompleks dan rentan terhadap gangguan, penerapan sistem monitoring berbasis data seperti ini menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk tetap kompetitif dan responsif terhadap dinamika pasar.
Sumber : Jianlan Zhong, Fu Jia (2025). Supply Chain Risk Transmission Monitoring Based on Graphic Evaluation and Review Technique. Heliyon 11 (2025) e41462.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025
Pendahuluan
Revolusi Industri 4.0 (I4.0) telah membawa perubahan signifikan dalam Supply Chain Management (SCM) dengan digitalisasi yang masif. Artikel ini mengulas kajian sistematis mengenai Supply Chain 4.0, mengidentifikasi bagaimana teknologi I4.0 berkontribusi dalam pengukuran kinerja rantai pasok. Studi ini menawarkan framework inovatif yang telah divalidasi melalui berbagai studi kasus di dunia nyata.
Transformasi Supply Chain Menuju Industry 4.0
Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan di Jerman pada Hannover Messe 2011, menandai era produksi otomatis dan cerdas yang mampu berkomunikasi secara mandiri berbasis data real-time. Teknologi seperti IoT, AI, Big Data, dan Digital Twin telah merevolusi cara perusahaan mengelola rantai pasok, meningkatkan efisiensi, dan mengoptimalkan keputusan strategis.
Framework Supply Chain 4.0
Framework yang dikembangkan dalam studi ini mencakup empat dimensi utama:
Studi Kasus: Implementasi Supply Chain 4.0
Studi ini memvalidasi framework melalui 10 perusahaan yang menerapkan teknologi I4.0 pada rantai pasoknya. Beberapa temuan penting:
Keunggulan dan Tantangan
Keunggulan Supply Chain 4.0:
✔ Efisiensi operasional lebih tinggi melalui otomatisasi.
✔ Keputusan berbasis data meningkatkan akurasi prediksi permintaan.
✔ Kolaborasi lebih erat antara pemasok dan distributor melalui platform berbasis cloud.
Tantangan dalam Implementasi:
⚠ Investasi awal yang tinggi dalam infrastruktur digital.
⚠ Keamanan data dan risiko siber yang perlu dikelola dengan baik.
⚠ Kurangnya tenaga kerja terampil dalam mengelola sistem berbasis I4.0.
Kesimpulan
Penerapan Supply Chain 4.0 menjadi strategi esensial bagi perusahaan yang ingin tetap kompetitif di era digital. Dengan pemanfaatan teknologi AI, IoT, Big Data, serta strategi kolaborasi rantai pasok berbasis cloud, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan mempercepat proses bisnis.
Sumber Artikel: Kannan Govindan, Devika Kannan, Thomas Ballegård Jørgensen, Tim Straarup Nielsen (2022). Supply Chain 4.0 performance measurement: A systematic literature review, framework development, and empirical evidence. Transportation Research Part E 164 (2022) 102725.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam era globalisasi dan digitalisasi, Supply Chain Information Sharing (SCIS) menjadi faktor penting dalam meningkatkan efisiensi dan ketahanan rantai pasok. Penelitian ini dilakukan oleh Mathijs Rutten sebagai bagian dari tesis Magister Administrasi Bisnis di University of Twente. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang membatasi dan mendukung berbagi informasi dalam multi-tier supply chain serta bagaimana Industry 4.0 berperan dalam mengatasi hambatan tersebut.
SCIS memiliki dampak positif terhadap kinerja rantai pasok dengan meningkatkan ketepatan pengambilan keputusan, efisiensi operasional, dan fleksibilitas supply chain. Namun, ada banyak kendala yang membuat implementasi SCIS menjadi tidak optimal. Penelitian ini mengkaji faktor penghambat dan pendorong SCIS, serta bagaimana peran Industry 4.0 dalam memfasilitasi pertukaran informasi yang lebih baik.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus kualitatif dengan analisis mendalam terhadap rantai pasok perusahaan manufaktur farmasi hewan di Belanda. Teknik utama yang digunakan adalah:
Temuan Utama
1. Dampak Positif SCIS pada Kinerja Rantai Pasok
2. Faktor yang Mempengaruhi SCIS
Penelitian ini menemukan bahwa faktor penghambat dan pendorong SCIS dapat dikategorikan dalam empat dimensi utama:
a) Konektivitas Supply Chain
b) Kemauan Individu untuk Berbagi Informasi
c) Karakteristik Rantai Pasok
d) Fasilitasi Organisasi
3. Studi Kasus: Implementasi SCIS dalam Perusahaan Manufaktur Farmasi Hewan di Belanda
Sebagai bagian dari studi ini, sebuah perusahaan manufaktur farmasi hewan di Belanda menjadi objek penelitian. Temuan utama dari studi kasus ini meliputi:
Hasil studi menunjukkan bahwa dengan adopsi teknologi Industry 4.0, perusahaan dapat mengurangi hambatan berbagi informasi hingga 40%, meningkatkan transparansi data antar mitra supply chain, serta mempercepat waktu respons terhadap permintaan pasar.
4. Peran Industry 4.0 dalam Meningkatkan SCIS
Penelitian ini juga mengkaji bagaimana Industry 4.0 memengaruhi SCIS dalam supply chain modern. Beberapa peran utama Industry 4.0 dalam meningkatkan SCIS meliputi:
a) Peningkatan Ketersediaan Teknologi Informasi
b) Reduksi Hambatan Keamanan Data
c) Meningkatkan Kepercayaan dan Kolaborasi
Strategi Optimal untuk Meningkatkan SCIS
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan SCIS dalam multi-tier supply chain:
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa SCIS memiliki peran krusial dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing rantai pasok. Namun, masih banyak tantangan yang harus diatasi, terutama dalam hal kepercayaan, teknologi, dan perbedaan kepentingan antar mitra bisnis.
Industry 4.0 berpotensi menjadi solusi utama dalam mengatasi hambatan SCIS dengan menyediakan teknologi yang lebih canggih dan aman. Perusahaan yang berhasil mengadopsi SCIS berbasis Industry 4.0 akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan di pasar global.
Sumber : Mathijs Rutten (2022). Factors Influencing Multi-Tier Supply Chain Information Sharing: A Multi-Tier Supply Chain Case Study. University of Twente.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025
Pendahuluan
Supply Chain Management (SCM) memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama dalam mendukung perdagangan domestik dan internasional. Namun, penerapan SCM di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk biaya logistik yang tinggi, infrastruktur yang kurang memadai, dan keterbatasan penelitian dalam bidang ini.
Penelitian ini, yang dilakukan oleh Gamze Ogcu Kaya, Sri Susilawati Islam, dan Ammar Mohamed Aamer, bertujuan untuk menganalisis kondisi SCM di Indonesia berdasarkan studi literatur. Dengan menggunakan metode analisis konten terstruktur, penelitian ini mengevaluasi tren, tantangan, dan peluang SCM di Indonesia serta memberikan rekomendasi untuk penelitian di masa depan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan literature review dengan mengumpulkan 97 jurnal akademik yang relevan dengan topik SCM di Indonesia. Setelah melalui proses penyaringan dan validasi, hanya 38 jurnal yang dianggap sesuai untuk dianalisis lebih lanjut.
Analisis dilakukan dengan mengategorikan penelitian SCM berdasarkan tema utama, termasuk:
Metode ini membantu mengidentifikasi kesenjangan penelitian serta memberikan wawasan mengenai implementasi SCM di Indonesia.
Temuan Utama
1. Status Supply Chain Management di Indonesia
2. Tantangan dalam Implementasi SCM
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa kendala utama dalam penerapan SCM di Indonesia, di antaranya:
3. Kategori Penelitian SCM di Indonesia
Berdasarkan analisis literatur, SCM di Indonesia terbagi dalam beberapa tema utama:
a) Supply Chain Berkelanjutan (31,58%)
b) Dampak SCM terhadap Kinerja Bisnis (13,16%)
c) Pengukuran Kinerja SCM (13,16%)
d) Tantangan dan Risiko dalam SCM (10,53%)
e) Teknologi dan Inovasi dalam SCM (5,26%)
4. Studi Kasus: Penerapan SCM dalam Berbagai Industri
Penelitian ini juga mengulas beberapa studi kasus yang menggambarkan implementasi SCM di berbagai sektor:
a) Industri Minyak Kelapa Sawit
b) Industri Batu Bara
c) Industri Pertanian
Strategi Optimal untuk Meningkatkan SCM di Indonesia
Berdasarkan temuan penelitian ini, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan SCM di Indonesia:
1. Meningkatkan Infrastruktur Logistik
2. Mendorong Adopsi Teknologi SCM
3. Mengembangkan Kebijakan Pemerintah yang Mendukung SCM
4. Meningkatkan Kolaborasi Antar Pemangku Kepentingan
Kesimpulan
Penelitian ini menyoroti bahwa SCM di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, tetapi juga memiliki peluang besar untuk berkembang. Investasi dalam infrastruktur, digitalisasi, dan kebijakan yang mendukung keberlanjutan akan menjadi kunci untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok Indonesia.
Dengan strategi yang tepat, perusahaan di Indonesia dapat:
Penting bagi pelaku bisnis, akademisi, dan pemerintah untuk terus mengembangkan penelitian dan implementasi SCM agar dapat mencapai supply chain yang lebih berkelanjutan dan kompetitif.
Sumber : Gamze Ogcu Kaya, Sri Susilawati Islam, Ammar Mohamed Aamer (2022). Supply Chain Management in Indonesia: A Literature Review. International Journal of Project Management and Productivity Assessment.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam dunia bisnis yang semakin sadar lingkungan, Green Supply Chain Management (GSCM) menjadi faktor penting dalam meningkatkan efisiensi operasional sekaligus mengurangi dampak lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Ekawati membahas penerapan model evaluasi kinerja GSCM di sebuah perusahaan baja di Indonesia. Fokus utama studi ini adalah mengembangkan pendekatan kombinasi untuk mengukur efektivitas GSCM melalui metode yang lebih akurat dan komprehensif.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kombinasi dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Beberapa teknik utama yang diterapkan antara lain:
Temuan Utama
1. Pentingnya GSCM dalam Industri Baja
2. Faktor-Faktor Kunci dalam Evaluasi GSCM
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor utama yang mempengaruhi efektivitas rantai pasok hijau, antara lain:
3. Model Evaluasi Berbasis AHP-DEMATEL
Dengan menggabungkan AHP dan DEMATEL, penelitian ini berhasil menyusun model evaluasi yang lebih efektif dalam menentukan faktor mana yang paling berpengaruh terhadap kinerja GSCM. Hasil analisis menunjukkan bahwa:
4. Studi Kasus: Implementasi GSCM di Perusahaan Baja Indonesia
Strategi Optimal untuk Implementasi GSCM
Berdasarkan hasil penelitian, berikut adalah strategi terbaik untuk mengoptimalkan rantai pasok hijau dalam industri manufaktur:
1. Meningkatkan Efisiensi Energi dalam Produksi
2. Memperkuat Kolaborasi dengan Pemasok Hijau
3. Mengadopsi Kebijakan Lingkungan Berbasis Data
4. Memastikan Kepatuhan terhadap Regulasi
Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa Green Supply Chain Management (GSCM) memiliki dampak positif dalam meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi dampak lingkungan dalam industri baja. Dengan mengadopsi pendekatan berbasis AHP dan DEMATEL, perusahaan dapat mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang perlu dioptimalkan dalam rantai pasok hijau.
Implementasi GSCM yang efektif memungkinkan perusahaan untuk:
Dalam era bisnis yang semakin peduli terhadap lingkungan dan keberlanjutan, perusahaan yang mengintegrasikan strategi GSCM akan memiliki keuntungan kompetitif yang lebih besar dalam jangka panjang.
Sumber : Ratna Ekawati (2023). A Combined Approach for Green Supply Chain Management Performance Measurement in a Steel Manufacturing Company: An Indonesian Case.