Konservasi Lingkungan
Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana pada 31 Oktober 2025
Penelitian oleh Elisther K. Ndyalusa dan Casmir Fabian Kitula (2023) menyoroti dampak sosial-ekonomi dari proyek pembangunan jalan di kawasan konservasi, khususnya di Ngorongoro Conservation Area, Tanzania. Studi ini menjadi penting karena menyoroti dilema klasik antara pelestarian lingkungan dan kebutuhan pembangunan ekonomi.
Dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM), penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan jalan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja sosial dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan konservasi.
Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?
Temuan kunci dari studi Ndyalusa dan Kitula (2023) yang sangat relevan untuk kebijakan publik adalah peran kinerja sosial sebagai mediator antara proyek jalan dan kinerja ekonomi. Artinya, keberhasilan ekonomi (seperti pariwisata dan perdagangan) tidak hanya bergantung pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada bagaimana proyek tersebut:
Meningkatkan integrasi sosial: Memperkuat kohesi dan interaksi antar kelompok masyarakat lokal.
Memperluas akses layanan publik: Mempermudah masyarakat mencapai fasilitas pendidikan dan kesehatan.
Menciptakan peluang ekonomi lokal: Memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam rantai nilai pariwisata.
Dalam konteks kebijakan publik, hasil ini menekankan bahwa pembangunan infrastruktur di kawasan konservasi perlu dirancang secara berkelanjutan dan inklusif, dengan mempertimbangkan aspek sosial dan ekologis secara seimbang, bukan semata-mata fokus pada output fisik.
Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang
Pembangunan jalan di area konservasi menawarkan manfaat yang transformatif bagi masyarakat, namun membawa tantangan ekologis yang serius.
Dampak Positif dan Manfaat Inklusif:
Peningkatan Aksesibilitas Sosial: Jalan mempermudah akses masyarakat ke pendidikan, kesehatan, dan pasar, yang merupakan indikator penting dalam peningkatan kualitas hidup.
Pertumbuhan Ekonomi Lokal: Meningkatnya konektivitas menarik investasi pariwisata seperti hotel dan homestay, menciptakan ekonomi baru di pedesaan.
Integrasi Sosial: Infrastruktur jalan memperkuat interaksi antarkelompok masyarakat dan mendorong partisipasi ekonomi yang lebih luas.
Hambatan Utama dan Risiko Ekologis:
Risiko Ekologis Tinggi: Kerusakan habitat satwa liar dan meningkatnya aktivitas ilegal (perburuan dan penebangan liar) menjadi ancaman langsung terhadap fungsi konservasi.
Keterbatasan Standar Teknis: Jalan di kawasan konservasi sering kali memiliki standar teknis yang rendah, menyebabkan cepat rusak dan membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.
Kurangnya Koordinasi Lintas Sektor: Konflik kepentingan antara otoritas konservasi (yang fokus pada perlindungan) dan lembaga pembangunan nasional (yang fokus pada konektivitas) sering menghambat proyek.
Peluang Pembangunan Infrastruktur Hijau:
Penerapan Konsep "Eco-Road Design": Merancang jalan yang minim jejak ekologis, misalnya dengan koridor satwa liar dan sistem drainase yang mempertahankan siklus hidrologi alami.
Pengembangan Ekowisata Berkelanjutan: Menggunakan infrastruktur jalan sebagai instrumen penggerak ekonomi wisata berbasis pelestarian lingkungan.
5 Rekomendasi Kebijakan Praktis untuk Pembangunan Seimbang
Integrasikan Pembangunan Jalan dan Konservasi Lingkungan:
Gunakan pendekatan green infrastructure (infrastruktur hijau) untuk meminimalkan dampak ekologis, termasuk penyediaan jalur penyeberangan satwa.
Tingkatkan Partisipasi Masyarakat Lokal:
Libatkan warga sekitar kawasan konservasi sejak tahap perencanaan (co-design) hingga evaluasi proyek, memastikan mereka mendapat manfaat sosial-ekonomi yang adil.
Perkuat Pengawasan dan Evaluasi Lingkungan:
Lakukan environmental monitoring rutin berbasis data satelit atau GIS untuk meminimalkan risiko terhadap biodiversitas secara real-time.
Bangun Kapasitas Institusi Konservasi dan Transportasi:
Artikel seperti "Infrastruktur dan Ekonomi" dapat meningkatkan kemampuan aparatur dalam menganalisis trade-off antara ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Dorong Investasi dalam Ekowisata Berbasis Infrastruktur Hijau:
Jadikan pembangunan jalan sebagai instrumen penggerak ekonomi wisata yang berkelanjutan di kawasan konservasi, yang keuntungannya juga dialokasikan untuk pemeliharaan lingkungan.
Kritik terhadap Potensi Kegagalan Kebijakan
Kebijakan pembangunan jalan di kawasan konservasi dapat gagal apabila:
Aspek Lingkungan Diabaikan: Pembangunan jalan yang tidak disertai mitigasi memicu degradasi ekosistem yang tak terpulihkan, yang pada akhirnya merusak daya tarik wisata kawasan itu sendiri.
Fokus Hanya pada Ekonomi: Pembangunan yang mengabaikan kesejahteraan sosial masyarakat lokal dapat memicu konflik dan perlawanan, merusak social license to operate proyek.
Minimnya Koordinasi Lintas Sektor: Konflik yurisdiksi antara Kementerian PUPR/Transportasi dan Kementerian Lingkungan Hidup/Konservasi menghambat implementasi solusi terintegrasi.
Kegagalan ini dapat dihindari melalui tata kelola partisipatif dan evaluasi berbasis bukti, yang menjamin pembangunan jalan di kawasan konservasi berpihak pada manusia dan alam sekaligus. Pelatihan profesional di bidang manajemen infrastruktur dan analisis dampak sosial ekonomi sangat krusial dalam membekali aparatur pemerintah.
Penutup
Studi ini menegaskan bahwa pembangunan jalan di kawasan konservasi bukanlah hal yang mustahil, asalkan dilakukan dengan pendekatan berbasis bukti dan keseimbangan antara kepentingan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dengan integrasi kebijakan yang cermat, kawasan konservasi dapat menjadi contoh nyata model pembangunan infrastruktur hijau yang berkelanjutan dan inklusif.
Sumber
Ndyalusa, E. K., & Kitula, C. F. (2023). Assessment of Social-Economic Impact of Road Construction Projects in Conserved Areas: Evidence from Ngorongoro Conservation Area Authority in Tanzania. Accountancy and Business Review, 15(2), 36–45.