Industry 4.0 & Manufaktur
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 22 September 2025
Latar Belakang Teoretis
Di tengah gelombang disrupsi teknologi yang mendefinisikan ulang lanskap industri global—sebuah fenomena yang dikenal sebagai Revolusi Industri Keempat (4thIR)—industri konstruksi sering kali dipersepsikan sebagai sektor yang lamban dalam beradaptasi. Karya T. O. Ayodele dan K. Kajimo-Shakantu yang berjudul, "The fourth industrial revolution (4thIR) and the construction industry - the role of data sharing and assemblage," secara tajam menginvestigasi salah satu prasyarat paling fundamental namun sering kali terabaikan untuk transformasi ini: data.
Latar belakang masalah yang diangkat adalah bahwa meskipun 4thIR, dengan otomatisasi dan digitalisasinya, menawarkan potensi efisiensi yang luar biasa, realisasinya di sektor konstruksi sangat bergantung pada ketersediaan, aksesibilitas, dan perakitan data yang efektif. Kerangka teoretis yang diusung oleh para penulis memposisikan berbagi dan perakitan data bukan sebagai pilihan, melainkan sebagai sebuah keharusan strategis. Hipotesis implisit yang mendasari studi ini adalah bahwa tanpa adanya perubahan fundamental dalam cara para pemangku kepentingan mengelola dan berbagi data, industri konstruksi akan terus tertinggal dan gagal memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh 4thIR. Dengan demikian, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi hubungan krusial (nexus) antara praktik berbagi dan perakitan data dengan kesiapan industri konstruksi untuk menghadapi 4thIR.
Metodologi dan Kebaruan
Penelitian ini mengadopsi metode studi berbasis meja (desk-based study), yang secara esensial merupakan sebuah tinjauan literatur sistematis. Pendekatan ini memungkinkan sintesis pengetahuan dari berbagai penelitian sekunder yang telah ada untuk membangun sebuah argumen yang koheren. Proses metodologisnya melibatkan penelaahan terhadap literatur yang relevan mengenai peran data dalam mendorong otomatisasi di sektor konstruksi, tantangan-tantangan yang melekat dalam perakitan data, serta manfaat dari berbagi data bagi para pemangku kepentingan.
Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada pengumpulan data empiris baru, melainkan pada kontribusinya sebagai salah satu upaya awal untuk secara eksplisit membingkai kesiapan industri konstruksi menghadapi 4thIR dari perspektif kebutuhan data dan informasi. Dengan memetakan secara sistematis penghalang dan pendorong yang terkait dengan data, penelitian ini memberikan sebuah diagnosis konseptual yang berharga mengenai salah satu hambatan paling fundamental dalam proses digitalisasi sektor ini.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Sebagai sebuah studi literatur, temuan utama dari penelitian ini adalah identifikasi dan kategorisasi dari faktor-faktor kunci yang mempengaruhi ekosistem data di industri konstruksi.
Penghalang Sistemik terhadap Berbagi Data: Tinjauan literatur mengungkap adanya serangkaian hambatan yang bersifat struktural dan kultural, yang secara signifikan menghambat aliran data yang bebas dan efisien. Faktor-faktor ini antara lain:
Sifat Data yang Tidak Terstruktur: Data dalam proyek konstruksi sering kali datang dalam berbagai format yang tidak standar, sehingga sulit untuk diintegrasikan dan dianalisis secara sistematis.
Operasi Silo (Silo Operation): Industri konstruksi secara tradisional beroperasi dalam silo-silo disiplin (arsitek, insinyur, kontraktor) yang terpisah, di mana setiap pihak cenderung menyimpan datanya sendiri. Praktik ini secara fundamental bertentangan dengan kebutuhan akan platform data yang terintegrasi.
Masalah Kerahasiaan dan Keuntungan Pribadi: Data sering kali dianggap sebagai aset kompetitif yang berharga. Kekhawatiran akan kerahasiaan dan keinginan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif atau keuntungan pribadi membuat banyak perusahaan enggan untuk berbagi data secara terbuka.
Manfaat Strategis dari Berbagi Data: Di sisi lain, penelitian ini menegaskan bahwa mengatasi hambatan-hambatan tersebut akan membuka serangkaian manfaat strategis yang signifikan. Manfaat utama yang diidentifikasi adalah peningkatan kepatuhan digital dan teknologi di dalam industri. Berbagi data yang efektif juga terbukti dapat mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan kolaborasi antar pemangku kepentingan, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja proyek secara keseluruhan, yang memungkinkan perusahaan untuk tetap kompetitif di pasar yang semakin terdigitalisasi.
Secara kontekstual, temuan-temuan ini melukiskan sebuah gambaran di mana budaya industri yang ada saat ini—yang ditandai oleh fragmentasi dan kurangnya kepercayaan—merupakan penghalang terbesar bagi kemajuan teknologi.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Penulis secara transparan mengakui keterbatasan utama dari penelitian ini, yaitu bahwa studi ini merupakan bagian dari sebuah penelitian empiris yang lebih besar yang sedang berlangsung, dan temuan yang disajikan merupakan agregasi dari perspektif yang ada dalam studi-studi sebelumnya.
Sebagai refleksi kritis, perlu dicatat bahwa karena sifatnya sebagai tinjauan literatur, penelitian ini berhasil dalam memetakan "apa" saja penghalang dan manfaatnya, namun tidak dapat memberikan wawasan mendalam mengenai "mengapa" dan "bagaimana" dinamika ini terjadi dalam konteks spesifik (misalnya, di Afrika Selatan, tempat penulis berafiliasi). Studi ini mengidentifikasi masalah pada tingkat konseptual, namun investigasi empiris lebih lanjut diperlukan untuk memahami nuansa implementasi di lapangan.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat jelas. Ia berfungsi sebagai sebuah "panggilan untuk bertindak" (call to action) bagi industri konstruksi. Pesan utamanya adalah bahwa untuk dapat berpartisipasi penuh dalam 4thIR, industri harus terlebih dahulu merevolusi cara mereka mengelola dan berbagi data. Ini menuntut adanya upaya bersama untuk mengembangkan standar data, membangun platform kolaboratif, dan menciptakan kerangka kerja berbasis kepercayaan.
Untuk penelitian di masa depan, karya ini secara efektif meletakkan fondasi konseptual yang kokoh. Langkah berikutnya yang paling logis adalah pelaksanaan penelitian empiris yang telah direncanakan oleh penulis. Studi selanjutnya harus berfokus pada investigasi mendalam terhadap penghalang-penghalang ini melalui studi kasus pada perusahaan-perusahaan konstruksi, serta merancang dan menguji model-model berbagi data baru yang dapat mengatasi masalah kerahasiaan dan persaingan sambil tetap mendorong kolaborasi.
Sumber
Ayodele, T. O., & Kajimo-Shakantu, K. (2021). The fourth industrial revolution (4thIR) and the construction industry - the role of data sharing and assemblage. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 654, 012013. https://doi.org/10.1088/1755-1315/654/1/012013
Industry 4.0 & Manufaktur
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 14 Agustus 2025
Transformasi industri menuju Industry 4.0 membawa gelombang teknologi baru yang menjanjikan efisiensi, kualitas, dan ketepatan produksi yang jauh lebih tinggi daripada era sebelumnya. Salah satu teknologi yang paling banyak dibicarakan dalam dekade terakhir adalah Digital Twin atau Kembar Digital. Konsep ini tidak hanya relevan di bidang otomotif atau aerospace, tetapi juga merambah hampir semua lini manufaktur yang menuntut presisi, kecepatan, dan keterhubungan data yang tinggi. Paper karya Kristina Wärmefjord, Rikard Söderberg, Benjamin Schleich, dan Hua Wang memberikan analisis menyeluruh tentang bagaimana Digital Twin dapat dimanfaatkan secara efektif dalam variation management (manajemen variasi), khususnya pada area geometry assurance (jaminan geometri), sekaligus mengidentifikasi hambatan industri yang menghalangi penerapan optimalnya.
Latar Belakang: Mengapa Variation Management Itu Penting
Dalam proses manufaktur massal, variasi adalah musuh yang tak terhindarkan. Tidak peduli seberapa presisi mesin dan operator bekerja, selalu ada penyimpangan kecil dari dimensi yang diinginkan. Variation management adalah sekumpulan metode untuk mengendalikan dan mengurangi dampak variasi ini, agar kualitas produk akhir tetap konsisten.
Fokus paper ini adalah pada geometrical variation atau variasi geometris, yang sering kali menjadi penyumbang besar biaya kualitas buruk (cost of poor quality), bahkan bisa mencapai 40% dari total biaya produksi dalam bentuk keterlambatan, scrap, rework, ketidakpuasan pelanggan, dan klaim garansi.
Untuk mengatasi masalah ini, digunakan geometry assurance—serangkaian aktivitas yang menjamin kualitas geometri produk. Kegiatan ini mencakup perancangan locating scheme (skema pemosisian komponen saat perakitan), simulasi variasi, analisis toleransi, hingga inspeksi hasil produksi. Di sinilah Digital Twin berperan: memungkinkan optimasi proses secara real-time dengan memanfaatkan data digital dan fisik yang saling terhubung.
Definisi Digital Twin dalam Konteks Geometry Assurance
Digital Twin (DT) adalah representasi digital dari objek fisik yang memiliki komunikasi dua arah dengan kembar fisiknya. Dalam manufaktur, konsep ini dibedakan menjadi:
Dalam konteks geometry assurance, DT terdiri dari tiga elemen utama:
Pendekatan ini sudah terbukti mampu mengurangi variasi geometri hingga 50% pada sub-assembly tanpa mengubah toleransi komponen, yang secara langsung berdampak pada pengurangan biaya produksi.
Metodologi Penelitian
Penelitian dalam paper ini dilakukan melalui dua langkah besar:
1. Survei Internasional
Dilakukan terhadap 43 ahli toleransi dan geometry assurance, yang terdiri dari 26 akademisi dan 17 praktisi industri.
Tujuan survei:
Hasilnya menunjukkan:
2. Wawancara Mendalam
Dilakukan dengan 40+ insinyur dari delapan perusahaan manufaktur di Swedia dan Denmark.
Tujuan wawancara:
Temuan: Kondisi Geometry Assurance Saat Ini
Proses geometry assurance dibagi dalam tiga fase:
Fase Konsep
Fase Perencanaan
Fase Produksi Penuh
Tantangan Implementasi Digital Twin
Hambatan utama dibagi menjadi empat kategori:
1. System-Level Issues
2. Simulation Working Process
3. Management Issues
4. Education Issues
Analisis Praktis: Relevansi untuk Dunia Nyata
Bagi industri, manfaat implementasi Digital Twin yang efektif dalam geometry assurance sangat jelas:
Kritik Konstruktif
Paper ini komprehensif dalam mengidentifikasi masalah, tetapi ada ruang untuk pendalaman:
Implikasi di Berbagai Sektor
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa Digital Twin untuk variation management bukan sekadar konsep futuristik, tetapi teknologi yang siap memberikan dampak nyata. Namun, implementasinya memerlukan:
Dengan mengatasi hambatan-hambatan tersebut, industri dapat memanfaatkan potensi penuh Digital Twin untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan daya saing di era Industry 4.0.
Sumber: doi:10.3390/app10103342