Pendahuluan Context
Laporan ini mengulas secara kritis artikel berjudul "Pemanfaatan UAV untuk Mendukung Pertahanan Udara IKN Nusantara sebagai Center of Gravity".1 Paper ini, yang diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan dan Pengembangan Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, Vol. 10 No. 3, September 2022, secara fundamental mencoba memetakan urgensi dan konsep pertahanan udara untuk Ibu Kota Negara (IKN) baru. Dengan menggunakan metodologi kualitatif berbasis studi literatur 1, penulis mengidentifikasi IKN sebagai entitas geostrategis baru yang berfungsi sebagai Center of Gravity (Pusat Kekuatan) bagi negara, dan oleh karena itu membutuhkan kerangka pertahanan yang modern dan komprehensif. Analisis ini tidak hanya akan merangkum argumen kunci paper, tetapi juga menggali implikasi, mengidentifikasi keterbatasan, dan merumuskan agenda riset lanjutan yang strategis untuk komunitas akademis dan pemangku kepentingan.
Ringkasan Tinjauan Penelitian
Paper ini menyusun alur argumen yang logis dan koheren, dimulai dari rasionalisasi pemindahan IKN hingga solusi pertahanan spesifik. Alur ini dimulai dengan permasalahan yang dihadapi oleh Jakarta, sebagai ibu kota saat ini, yang dianggap tidak lagi ideal untuk menyokong proses penyelenggaraan pemerintahan yang berkelanjutan dan kondusif.1 Jakarta mengalami berbagai masalah kompleks, seperti pencemaran udara, air, dan tanah; kemacetan lalu lintas; banjir; banyaknya permukiman kumuh; kemiskinan; dan kriminalitas.1 Lebih dari itu, pemindahan ibu kota didasarkan pada alasan untuk mendorong pembangunan di luar Pulau Jawa yang selama ini sangat dominan, baik dari segi populasi (56% dari total penduduk) maupun kontribusi ekonomi (58,5% dari PDB nasional).1
Setelah menetapkan latar belakang, paper menyoroti IKN Nusantara sebagai era geostrategis baru yang tidak luput dari ancaman.1 Lokasinya yang strategis di dekat Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II—sebuah
choke point atau titik tersempit dunia—dan dekat dengan Flight Information Region (FIR) negara tetangga seperti Singapura, Kinabalu, Malaysia, dan Filipina, membuatnya rentan terhadap gangguan pertahanan dan keamanan dari aktor negara, non-negara, dan hibrida.1 Paper ini secara eksplisit mengaitkan pelanggaran wilayah udara yang sering terjadi dengan
kemampuan deterrent Indonesia yang masih terbatas.1
Sebagai respons terhadap kerentanan ini, paper ini mengusulkan modernisasi pertahanan udara dengan adopsi Revolution in Military Affairs (RMA) untuk mencapai Network Centric Warfare atau Operasi Terpusat.1 Inti dari argumen ini adalah pemanfaatan UAV, yang dianggap sebagai pilihan yang tepat dan modern seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi.1 Dron-dron militer, khususnya tipe
Medium Altitude Long Endurance (MALE) dan High Altitude Long Endurance (HALE), diidentifikasi sebagai alat vital untuk misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR) yang dapat bertahan di udara hingga 32 jam, serta memiliki keunggulan operasional yang murah.1 Paper ini juga menyoroti bahwa penggunaan UAV dapat mempersempit peluang bagi pihak-pihak yang sering melanggar hukum.1
Yang tak kalah penting, paper ini secara khusus menekankan pentingnya sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (sishankamrata), yang melibatkan masyarakat sebagai aktor kunci dalam pertahanan dan keamanan negara.1 Para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, pakar, dan media, juga diharapkan untuk siap dan memainkan peran vital dalam membentuk sikap dan persepsi publik tentang potensi ancaman berdasarkan karakteristik daerah.1 Paper ini menyimpulkan bahwa dalam rangka mengamankan ibu kota negara, unit pertahanan udara harus ditambahkan ke lokasi-lokasi vital, yang dilakukan dengan mengembangkan pangkalan udara di setiap provinsi yang perlu dimobilisasi dengan pasukan darat, penyebaran pesawat tempur, dan UAV.1
Kontribusi Utama terhadap Bidang
Paper ini memberikan kontribusi yang signifikan, terutama dari segi konseptual dan teoretis:
- Pengakuan Strategis IKN sebagai Center of Gravity. Paper ini secara eksplisit menempatkan IKN bukan hanya sebagai ibu kota administratif, tetapi sebagai Center of Gravity, sebuah istilah yang memiliki konotasi militer dan strategis mendalam.1 Ini adalah kontribusi teoretis yang penting karena menyediakan lensa baru untuk melihat tantangan pertahanan IKN, yang melampaui sekadar masalah keamanan perbatasan. Penekanan pada IKN sebagai pusat segala kegiatan yang baru dan strategis secara geografi, memerlukan pendekatan pertahanan yang sebanding dengan statusnya sebagai pusat kekuatan nasional.
- Perumusan Konsep Pertahanan Holistik. Paper ini mengintegrasikan berbagai elemen pertahanan modern—UAV, RMA, dan MEF—dengan konsep pertahanan tradisional Indonesia, yaitu sishankamrata.1 Ini memberikan kerangka awal untuk memahami bagaimana kekuatan militer profesional dan partisipasi masyarakat dapat saling melengkapi dalam mengamankan sebuah wilayah vital. Integrasi ini menunjukkan pemahaman yang holistik terhadap tantangan pertahanan Indonesia, di mana keamanan udara yang maksimal adalah keharusan untuk mempertahankan kedaulatan.1
- Memicu Diskusi Antardisiplin. Dengan menyentuh aspek geostrategis (lokasi ALKI II), teknologi militer (UAV, Network Centric Warfare), dan sosiologi pertahanan (sishankamrata), paper ini secara implisit mendorong perlunya dialog dan penelitian lebih lanjut yang melibatkan berbagai disiplin ilmu.1 Penjelasan mengenai peran pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, pakar, dan media, dalam membentuk persepsi publik juga menjadi dasar kuat untuk kajian politik dan sosiologi pertahanan.1
Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka
Meskipun kontribusinya penting, paper ini memiliki beberapa keterbatasan metodologis dan konseptual yang membuka celah penting untuk riset di masa depan.
- Keterbatasan Metodologi Kualitatif. Paper ini sepenuhnya didasarkan pada studi literatur, tanpa data primer atau analisis empiris.1 Akibatnya, argumen tentang
pemanfaatan dan efektivitas UAV bersifat teoretis. Tidak ada data kuantitatif yang disajikan untuk mengukur kesenjangan kemampuan, biaya operasional, atau efisiensi taktis. Hal ini membatasi kemampuan paper untuk memberikan rekomendasi yang dapat diimplementasikan secara langsung.
- Kesenjangan Antara Teori dan Realitas. Paper ini mengusulkan solusi yang sangat ideal, seperti pengembangan pangkalan udara di setiap provinsi dan mobilisasi kekuatan.1 Namun, tidak ada analisis mendalam mengenai
kelayakan finansial atau infrastruktur untuk mewujudkan rencana ini. Demikian pula, data yang ada hanya berupa daftar kawasan kepentingan pertahanan yang ada di Kalimantan Timur (Tabel 1) 1, tanpa analisis tentang kesiapan atau kebutuhan spesifik di lokasi-lokasi tersebut.
- Pertanyaan Terbuka Seputar Sishankamrata Modern. Konsep sishankamrata disebutkan sebagai bagian vital, namun perannya dalam pertahanan udara IKN yang sangat bergantung pada teknologi canggih tidak dijelaskan secara rinci.1 Pertanyaan kritis yang muncul adalah:
Bagaimana masyarakat sipil, yang merupakan inti dari sishankamrata, dapat berpartisipasi secara aktif dan bermakna dalam sistem pertahanan udara yang didominasi oleh teknologi dan militer profesional? Paper hanya menyebutkan peran pasif dalam membentuk persepsi publik 1, yang mengabaikan potensi kolaborasi yang lebih dalam.
Lima Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan Justifikasi Ilmiah)
Berdasarkan keterbatasan yang teridentifikasi, berikut adalah lima rekomendasi riset strategis untuk memperkaya temuan paper ini dan menyediakan dasar ilmiah yang lebih kuat untuk kebijakan pertahanan IKN.
- Analisis Kuantitatif Kesiapan Infrastruktur dan Sumber Daya
- Justifikasi Ilmiah: Paper ini mengusulkan pengembangan pangkalan udara dan mobilisasi kekuatan, tetapi tidak menyajikan data tentang kesenjangan infrastruktur, kebutuhan biaya, atau sumber daya manusia.1 Riset lanjutan diperlukan untuk mengisi kekosongan data ini dan memberikan dasar empiris untuk pengambilan keputusan. Mengingat kerangka pertahanan berbasis kapabilitas mengutamakan pembangunan kekuatan secara bertahap sesuai kemampuan ekonomi negara, analisis ini sangat krusial.1
- Fokus Riset Baru: Mengukur secara kuantitatif kesenjangan antara kebutuhan ideal dan kondisi aktual infrastruktur pertahanan (pangkalan udara, radar, fasilitas perawatan UAV) di sekitar IKN. Analisis ini harus menyertakan estimasi anggaran, kebutuhan personel terlatih (termasuk untuk pengoperasian MALE dan HALE UAV yang disebutkan), dan linimasa implementasi.1
- Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Menggunakan metodologi survei dan analisis ekonomi-pertahanan. Variabel kunci meliputi: biaya pengadaan dan operasional UAV, anggaran pertahanan regional, dan indeks kesiapan infrastruktur.
- Contoh Data Deskriptif: "Analisis kami menunjukkan korelasi kuat antara alokasi anggaran pertahanan regional dengan kecepatan modernisasi alutsista, dengan koefisien 0.85 — menunjukkan bahwa peningkatan alokasi dana secara langsung berpotensi mempercepat pembangunan kekuatan pertahanan IKN."
- Studi Kasus Implementasi Taktis dan Operasional UAV dalam Misi ISR
- Justifikasi Ilmiah: Paper ini mengidentifikasi UAV sebagai solusi kunci untuk ISR di perbatasan.1 Namun, efektivitas taktis dari UAV belum diuji dalam konteks geografis dan operasional IKN yang spesifik.1 Riset ini akan memvalidasi klaim teoretis paper dengan bukti empiris. Dron militer disebut sebagai teknologi paling modern untuk digunakan dalam peperangan dan telah meningkatkan efektivitas pertempuran.1
- Fokus Riset Baru: Melakukan studi kasus atau simulasi operasional untuk menguji efektivitas taktis dari UAV tipe MALE dan HALE dalam skenario ancaman spesifik di wilayah udara IKN. Riset ini harus mengukur kemampuan UAV dalam mendeteksi dan melacak pelanggaran udara, serta mengukur waktu respons yang diperlukan.1
- Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Menggunakan metodologi kuantitatif dan pemodelan operasional. Variabel kunci meliputi: waktu deteksi, akurasi sensor, waktu respons, dan luasan area cakupan surveillance yang efektif.
- Contoh Data Deskriptif: "Simulasi taktis kami menemukan hubungan kuat antara jangkauan sensor UAV dan tingkat keberhasilan identifikasi target, dengan koefisien 0.78 — menunjukkan potensi kuat untuk optimasi teknologi sensor pada platform HALE dalam pengawasan ALKI II."
- Kajian Sosiologis Dinamika Sishankamrata dan Persepsi Publik terhadap Pertahanan Udara
- Justifikasi Ilmiah: Paper ini menyebutkan sishankamrata dan peran masyarakat dalam membentuk persepsi.1 Namun, tidak ada analisis tentang bagaimana masyarakat dapat menjadi bagian aktif dari sistem pertahanan udara yang canggih.1 Justifikasi ilmiahnya terletak pada kebutuhan untuk mengembangkan model partisipasi masyarakat yang lebih dari sekadar pasif dan terintegrasi dalam kerangka
Network Centric Warfare.
- Fokus Riset Baru: Meneliti persepsi dan kesiapan masyarakat di sekitar IKN, khususnya di wilayah yang berdekatan dengan pangkalan militer yang disebutkan 1, untuk berpartisipasi dalam skema pertahanan nasional. Riset ini akan mengidentifikasi mekanisme kolaborasi yang efektif antara militer dan masyarakat sipil.
- Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Menggunakan metodologi kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD). Variabel kunci meliputi: tingkat literasi pertahanan masyarakat, kepercayaan terhadap institusi militer, dan modal sosial.
- Contoh Data Deskriptif: "Analisis persepsi menunjukkan korelasi moderat antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang ancaman geostrategis dan kesediaan mereka untuk berpartisipasi dalam program pertahanan, dengan koefisien 0.52 — menunjukkan perlunya edukasi publik yang lebih masif untuk memperkuat pilar sishankamrata."
- Pemodelan dan Simulasi Arsitektur Teknologi Pertahanan Jaringan (Network Centric Warfare)
- Justifikasi Ilmiah: Paper ini secara teoretis mengusulkan adopsi RMA dan Network Centric Warfare.1 Justifikasi riset ini adalah untuk menyediakan bukti teknis tentang bagaimana aset-aset pertahanan yang berbeda (UAV, pesawat tempur, radar) dapat diintegrasikan menjadi sebuah jaringan yang terkoordinasi dan optimal. Integrasi ini akan memperpendek loop
Observe-Orient-Decide-Act (OODA) dan memberi komandan keuntungan yang menentukan dalam operasi.1
- Fokus Riset Baru: Mengembangkan model komputasi dan simulasi untuk menguji arsitektur jaringan yang mengintegrasikan berbagai platform pertahanan. Riset ini bertujuan mengoptimalkan pengambilan keputusan dan memperpendek siklus OODA.1
- Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Menggunakan metodologi riset teknis dan pemodelan sistem. Variabel kunci meliputi: latensi komunikasi antarkomponen, ketahanan jaringan terhadap serangan siber, dan efisiensi alokasi sumber daya pertahanan.
- Contoh Data Deskriptif: "Model simulasi kami menunjukkan hubungan sangat kuat antara pengurangan latensi jaringan dan percepatan siklus OODA, dengan koefisien 0.91 — menegaskan bahwa investasi pada infrastruktur komunikasi pertahanan siber merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai Network Centric Warfare."
- Analisis Mekanisme Diplomasi Pertahanan Regional di Sekitar IKN
- Justifikasi Ilmiah: Paper ini secara singkat merekomendasikan kerja sama diplomasi pertahanan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina.1 Justifikasi riset ini adalah untuk memperdalam analisis teoretis ini dengan mengkaji kerangka kerja sama, tantangan hukum internasional (terutama terkait
ALKI dan FIR), dan potensi konflik kepentingan. Perbedaan pendapat tentang berlakunya hukum udara internasional di atas ALKI menjadi pekerjaan rumah untuk diselesaikan.1
- Fokus Riset Baru: Menganalisis model-model diplomasi pertahanan yang relevan, studi kasus kerja sama trilateral yang sukses atau gagal, serta kerangka hukum internasional yang mengatur penggunaan wilayah udara di sekitar ALKI II dan FIR negara tetangga.
- Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Menggunakan metodologi kualitatif, studi komparatif kebijakan luar negeri, dan analisis hukum internasional. Variabel kunci meliputi: frekuensi dialog pertahanan, perjanjian kerja sama militer, dan resolusi sengketa wilayah udara.
- Contoh Data Deskriptif: "Studi komparatif menunjukkan hubungan kuat antara intensitas dialog diplomasi pertahanan dan penurunan insiden pelanggaran wilayah udara, dengan koefisien 0.65 — menunjukkan potensi besar untuk memperkuat stabilitas regional melalui mekanisme komunikasi dan kepercayaan bersama."
Kesimpulan dan Ajakan Kolaboratif
Paper yang diulas telah berhasil meletakkan dasar konseptual yang kuat untuk pertahanan IKN. Meskipun bersifat teoretis dan didasarkan pada studi literatur, paper ini membuka jalan untuk agenda riset multidisiplin yang strategis dan mendesak. Rekomendasi-rekomendasi di atas menyediakan peta jalan yang konkret untuk memperkuat argumen paper dengan data empiris, analisis kuantitatif, dan pemahaman sosiologis yang lebih mendalam, serta memastikan bahwa konsep pertahanan IKN tidak hanya kuat di atas kertas, tetapi juga layak secara operasional, ekonomis, dan sosial.
Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi dari beragam latar belakang, seperti Universitas Pertahanan Republik Indonesia, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) (sekarang BRIN), dan Pusat Studi Geopolitik untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil, serta mendapatkan perspektif holistik yang dibutuhkan.
Baca Selengkapnya Disini