Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sekitar 17.000 pulau besar dan 13.000 pulau kecil, yang secara biofisik, geografis, dan sosial budaya memiliki karakteristik unik. Salah satu masalah utama yang dihadapi pulau-pulau kecil adalah keterbatasan sumber daya air bersih. Air tanah di pulau kecil biasanya merupakan lensa air tawar yang mengapung di atas air payau atau asin, sehingga sangat rentan terhadap intrusi air laut dan perubahan muka air tanah.
Desa Concong Tengah, Kecamatan Concong, Kabupaten Indragiri Hilir, menjadi contoh nyata permasalahan ini. Penduduknya mengandalkan air hujan sebagai sumber utama air bersih, terutama saat musim kemarau ketika air tanah dangkal kering dan air permukaan mengandung bahan organik dan zat besi yang tinggi sehingga tidak layak digunakan. Kondisi ekonomi yang rendah membuat warga kesulitan membeli air bersih dari sumber lain.
Metodologi: Simulasi Hidrologi Kuantitatif dengan Rain Cycle 2
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan simulasi menggunakan program bantuan Rain Cycle 2. Data input meliputi:
- Luas atap rumah tangga (m²)
- Jumlah anggota keluarga (m³/hari)
- Data curah hujan harian selama satu tahun (mm/tahun) dari stasiun hidrologi Tembilahan (2010–2014)
Simulasi dilakukan untuk mengukur potensi pemanenan air hujan skala individu dan seberapa besar kebutuhan air bersih masyarakat yang dapat dipenuhi dengan sistem ini.
Hasil Studi Kasus: Potensi Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih
Data Curah Hujan dan Luas Atap
- Curah hujan tahunan rata-rata di Desa Concong Tengah sekitar 4.560,17 mm.
- Luas atap rata-rata rumah tangga yang digunakan sebagai catchment area adalah 231 m².
- Jumlah anggota keluarga rata-rata adalah 7 orang.
Simulasi Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih
- Dengan menggunakan 2 tangki fiber berkapasitas 1 m³, pemenuhan kebutuhan air bersih mencapai rata-rata 55,3% pada tahun 2010.
- Dengan 3 tangki, pemenuhan meningkat menjadi sekitar 66,9%.
- Dengan 4 tangki, pemenuhan kebutuhan air bersih bisa mencapai 74,7%.
Data serupa untuk tahun-tahun berikutnya menunjukkan fluktuasi, misalnya tahun 2014 dengan 3 tangki hanya mampu memenuhi 53,5% kebutuhan air bersih, yang menunjukkan pengaruh variabilitas curah hujan terhadap ketersediaan air.
Pengaruh Luas Atap dan Jumlah Anggota Keluarga
- Semakin besar luas atap, semakin tinggi persentase kebutuhan air yang terpenuhi.
- Semakin banyak anggota keluarga, persentase pemenuhan kebutuhan air menurun karena kebutuhan total meningkat.
- Contoh: Rumah dengan luas atap 231 m² dan 7 anggota keluarga memiliki pemenuhan kebutuhan air sekitar 70,5% dengan 3 tangki, sedangkan dengan 6 anggota keluarga bisa mencapai 75,5%.
Analisis dan Diskusi
Sensitivitas Curah Hujan
Parameter curah hujan sangat sensitif terhadap kuantitas air hujan yang dapat dipanen. Tahun dengan curah hujan tinggi memberikan kontribusi lebih besar dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Sebaliknya, tahun dengan curah hujan rendah menyebabkan penurunan signifikan dalam pemenuhan kebutuhan air.
Kapasitas Tangki dan Kebutuhan Air
Kapasitas tangki penampungan sangat menentukan performa sistem pemanenan air hujan. Penggunaan 3-4 tangki fiber berkapasitas 1 m³ dianggap optimal untuk memenuhi kebutuhan air bersih sebagian besar keluarga di Desa Concong Tengah.
Keterbatasan dan Tantangan
- Variasi curah hujan tahunan yang tinggi menyebabkan ketidakpastian ketersediaan air sepanjang tahun.
- Keterbatasan lahan dan kemampuan ekonomi masyarakat untuk memiliki tangki penampungan yang memadai.
- Perlunya pengelolaan dan pemeliharaan tangki agar kualitas air tetap terjaga.
Nilai Tambah dan Relevansi dengan Tren Global
Pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih merupakan solusi berkelanjutan yang sesuai dengan prinsip konservasi sumber daya air dan adaptasi perubahan iklim. Studi ini sejalan dengan tren global yang mendorong pengelolaan air hujan di tingkat rumah tangga dan komunitas sebagai bagian dari strategi ketahanan air.
Saran dan Rekomendasi
- Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemanenan air hujan dan pemeliharaan sistem.
- Pengembangan sistem tangki penampungan yang efisien dan terjangkau.
- Integrasi sistem pemanenan air hujan individu dengan sistem komunal seperti embung atau kolam retensi untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan.
- Kajian lebih lanjut terkait pengaruh perubahan iklim terhadap ketersediaan air hujan di pulau kecil.
Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa pemanenan air hujan skala individu di Desa Concong Tengah mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan air bersih masyarakat, dengan persentase pemenuhan yang dipengaruhi oleh luas atap, jumlah anggota keluarga, dan curah hujan tahunan. Sistem ini menjadi alternatif penting untuk mengatasi keterbatasan sumber air bersih di pulau kecil yang rentan terhadap kekeringan dan intrusi air payau.
Sumber Artikel
Indah Ameliana Beza D., Yohanna Lilis H., Imam Suprayogi. “Kajian Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Di Pulau Kecil: Studi Kasus Desa Concong Tengah Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir.” Jom FTEKNIK, Vol. 3 No. 1, Februari 2016. Fakultas Teknik, Universitas Riau.