Jalan Masa Depan Afrika: Pedoman Riset Perintis untuk Ketahanan Infrastruktur Pedesaan terhadap Krisis Iklim

Dipublikasikan oleh Raihan

01 November 2025, 23.45

Membangun Ketahanan: Menata Arah Riset Masa Depan untuk Infrastruktur Akses Pedesaan yang Rentan Iklim

Perubahan iklim telah lama diidentifikasi sebagai ancaman eksistensial bagi upaya pembangunan, dengan Bank Pembangunan Afrika (AfDB) secara eksplisit menyatakan bahwa benua Afrika merupakan salah satu wilayah yang paling rentan di dunia terhadap dampaknya. Dampak kerusakan, relatif terhadap populasi dan Produk Domestik Bruto (PDB), diperkirakan akan lebih tinggi di Afrika dibandingkan wilayah lain. Dalam empat dekade terakhir, bencana terkait cuaca—meliputi meteorologi, hidrologi, dan klimatologi—telah tercatat lebih dari 1.400 kali, mengakibatkan kematian lebih dari 600.000 jiwa (95% karena kekeringan) dan menyebabkan 7,8 juta orang kehilangan tempat tinggal (99% karena banjir dan badai). Realitas ini menggarisbawahi urgensi untuk mengamankan infrastruktur penting, khususnya jaringan jalan akses pedesaan bervolume rendah, yang menjadi tulang punggung mobilitas dan kegiatan sosio-ekonomi.

Riset yang diulas ini, berjudul Climate Adaptation: Risk Management and Resilience Optimisation for Vulnerable Road Access in Africa, Climate Risk and Vulnerability Assessment Guidelines, yang dikomisionerkan oleh Africa Community Access Partnership (AfCAP) dan didanai oleh UKAid, menjawab kebutuhan kritis ini. Fokus utama studi adalah untuk menghasilkan panduan regional yang pragmatis, ekonomis, dan berkelanjutan mengenai metodologi penilaian kerentanan dan risiko yang sesuai; prioritas intervensi adaptasi; dan optimalisasi ketahanan aset jalan bervolume rendah. Secara fundamental, riset ini bertujuan untuk memberikan bukti mengenai hubungan manfaat biaya, ekonomi, dan sosial ke masyarakat pedesaan yang timbul dari akses pedesaan yang lebih tangguh, yang pada akhirnya mendukung adopsi kebijakan yang lebih luas di seluruh Afrika.

Jalur Logis Perjalanan Temuan: Dari Konsep ke Kerangka Kerja Semikuantitatif

Perjalanan temuan dalam pedoman ini tersusun secara logis, bergerak dari pendefinisian konsep hingga implementasi kerangka kerja penilaian berjenjang. Jalur logis bermula dari identifikasi ancaman iklim (climate hazards)—seperti peristiwa cuaca ekstrem—yang berinteraksi dengan paparan (exposure) sistem dan kerentanan (vulnerability) aset untuk menghasilkan risiko (risk). Dalam konteks jalan, ancaman tersebut diterjemahkan menjadi dampak fisik seperti kerusakan struktur jalan.

Dari sini, Pedoman ini menyajikan Kerangka Penilaian Risiko dan Kerentanan AfCAP semi-kuantitatif. Kerangka kerja ini sengaja dirancang untuk diterapkan pada dua tingkat yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan pengguna dan ketersediaan data:

  1. Penilaian Tingkat Nasional/Regional (National-/regional-level assessment): Bertujuan untuk memberikan bukti kepada pembuat kebijakan dan pemodal (seperti donor internasional). Fokusnya adalah pada pemetaan area berisiko tinggi secara geografis (geospatially) di seluruh jaringan jalan, menggunakan alat dan data yang ada untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan intervensi.
  2. Penilaian Tingkat Lokal/Proyek (Local-/project-level assessment): Ditujukan untuk para profesional teknik dan konstruksi di lapangan, memungkinkan tingkat detail yang lebih tinggi untuk memprioritaskan intervensi adaptasi yang sesuai (seperti retrofitting atau pemeliharaan) pada segmen jalan tertentu.

Pendekatan berjenjang ini memastikan bahwa hasil aplikasi kerangka kerja dapat memandu dan mendukung pengambilan keputusan dan prioritas, baik dalam mengadaptasi infrastruktur jalan yang sudah ada maupun dalam merencanakan pembangunan yang baru agar tahan terhadap dampak perubahan iklim.

Inovasi utama terletak pada metodologi yang mengubah keluaran model iklim global menjadi indikator iklim yang relevan secara teknis. Contohnya adalah mengubah data suhu dan curah hujan menjadi indikator seperti frekuensi rata-rata tahunan hari yang sangat panas (di atas $35^\circ C$) atau frekuensi peristiwa curah hujan ekstrem (lebih dari 20 mm dalam 24 jam). Transformasi data ini memungkinkan insinyur jalan untuk menginformasikan desain adaptasi mereka.

Sorotan Data Kuantitatif dan Potensi Riset Baru

Inti inovasi dalam pedoman ini terletak pada kerangka kerja semi-kuantitatif yang mengarah pada perhitungan Indeks Kerentanan Jalan (Road Vulnerability Index/RVI). Indeks ini berfungsi sebagai alat prioritas utama dengan mengintegrasikan tiga dimensi penting: defisiensi kondisi jalan (road condition deficiency, $D_i$), pemeliharaan (maintenance, $M_n$), dan kritikalitas (criticality, $C_r$). Kritikalitas diukur berdasarkan kepentingan sosial-ekonomi jalan, misalnya, ketergantungan masyarakat pada jalan untuk mengakses pasar dan layanan publik.

Temuan ini menunjukkan hubungan kuat antara defisiensi kondisi jalan yang tinggi (misalnya, nilai $D_i$ yang mendekati 1.0 dalam skala 0-1) dan kerentanan yang ekstrem (RVI yang tinggi) — mengindikasikan bahwa kondisi fisik jalan yang buruk secara fundamental memperburuk risiko iklim. Koefisien bobot dalam formula integratif RVI, ketika diuji coba, menunjukkan bahwa pada segmen jalan dengan skor defisiensi kondisi sebesar 0.78, kerentanan keseluruhan yang dihasilkan cenderung memasuki kategori risiko "Tinggi" atau "Sangat Tinggi," bahkan jika kritikalitas jalan tersebut relatif sedang. Data ini secara deskriptif menunjukkan potensi kuat untuk objek penelitian baru, yaitu fokus pada optimalisasi pemeliharaan preventif yang ditargetkan pada elemen yang sensitif terhadap iklim (seperti drainase), yang dapat secara cepat menurunkan skor $D_i$ dan, konsekuensinya, mengurangi RVI secara keseluruhan. Ini menegaskan bahwa intervensi non-teknis (pemeliharaan tepat waktu) memiliki dampak kuantitatif segera dan signifikan terhadap ketahanan.

Kontribusi Utama terhadap Bidang

Pedoman ini memberikan tiga kontribusi transformatif utama bagi bidang teknik infrastruktur berketahanan dan pembangunan pedesaan di Afrika:

  1. Metodologi Berjenjang Skala Ganda (Dual-Scale Tiered Methodology): Alih-alih menawarkan satu solusi tunggal, pedoman ini membedakan secara eksplisit antara kebutuhan tingkat kebijakan/investasi (Nasional/Regional) dan kebutuhan tingkat implementasi/teknis (Lokal/Proyek). Pendekatan ini memastikan bahwa data penilaian kerentanan dapat menginformasikan prioritas investasi makro dan, pada saat yang sama, memberikan panduan detail yang dapat ditindaklanjuti oleh insinyur lapangan.
  2. Kuantifikasi Risiko yang Berpusat pada Akses Sosial: Kerangka kerja RVI mengintegrasikan dimensi Kritikalitas (Criticality), yang diukur berdasarkan ketergantungan masyarakat pada jalan. Ini secara eksplisit menempatkan manfaat sosial (akses ke fasilitas publik seperti kesehatan dan pendidikan) sebagai variabel risiko yang dapat diukur, menjembatani kesenjangan antara penilaian aset teknik murni dan kebutuhan pembangunan.
  3. Memutus Ketergantungan Historis dan Mengatasi Lock-in Konseptual: Dengan menekankan penggunaan keluaran model iklim masa depan dan indikator yang ditransformasi (seperti frekuensi ekstrem), Pedoman ini secara tegas menjauh dari praktik desain jalan konvensional yang mengandalkan data iklim historis yang ketinggalan zaman. Pendekatan ini secara langsung mengatasi konsep 'lock-in'—di mana keputusan desain dan lokasi saat ini menentukan ketahanan jangka panjang aset terhadap efek perubahan iklim—dengan menyediakan alat untuk membuat keputusan yang maju (forward-looking).

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Meskipun metodologi ini kuat, pengembang mengakui keterbatasan yang ada, yang sebagian besar terkait dengan konteks implementasi di Afrika Sub-Sahara.

Keterbatasan:

  • Variasi Ketersediaan dan Kualitas Data: Implementasi kerangka kerja ini sangat bergantung pada ketersediaan data yang memadai (misalnya, data GIS yang baik mengenai tata guna lahan, topografi, hidrologi, dan sosial-ekonomi). Variasi dalam ketersediaan dan kualitas data antar negara mitra AfCAP yang berbeda dapat membatasi konsistensi dan komparabilitas penilaian, khususnya pada tingkat Nasional/Regional.
  • Kebutuhan Penyesuaian Konteks Lokal: Pedoman ini disajikan sebagai konsep yang perlu disempurnakan atau diadaptasi untuk setiap jalan yang dipertimbangkan. Faktor-faktor seperti topografi pegunungan, pola permukiman yang jarang, dan ketersediaan sumber daya manusia serta keterampilan lokal (skills gaps) akan mengubah cara penilaian dilakukan.

Pertanyaan Terbuka untuk Komunitas Akademik:

  • Integrasi Penuh ke dalam Sistem Manajemen Aset Jalan (RAMS): Bagaimana Indeks Kerentanan Jalan (RVI) dapat diintegrasikan secara real-time dan fully operational ke dalam Sistem Manajemen Aset Jalan (RAMS) yang sudah ada di negara-negara mitra AfCAP? Integrasi ini memerlukan standarisasi format data dan modul perangkat lunak untuk memastikan keberlanjutan proses penilaian risiko tanpa memerlukan studi ad-hoc yang mahal.
  • Validasi Silang Metodologi Risiko Global: Meskipun metodologi AfCAP telah dibandingkan dengan metode dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB), masih perlu ada penelitian yang memvalidasi hasil penilaian risiko AfCAP terhadap hasil dari kerangka kerja lain (misalnya, World Bank C-FIT) di wilayah geografis yang sama untuk mengkonfirmasi akurasi prediktif dan efisiensi biayanya.

5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan Justifikasi Ilmiah)

Rekomendasi riset ini secara eksplisit dirancang untuk memperluas landasan ilmiah yang dibangun oleh Pedoman ini, dengan fokus pada penguatan kapasitas akademik, penyempurnaan metodologi, dan maksimalisasi manfaat sosial-ekonomi di masa depan.

1. Optimalisasi Bobot Multikriteria RVI Berbasis Data Lapangan (AHP/MCA Refinement)

Justifikasi Ilmiah: Indeks Kerentanan Jalan (RVI) merupakan model agregasi dari defisiensi, pemeliharaan, dan kritikalitas. Keakuratan model ini di masa depan akan sangat bergantung pada bobot relatif yang diberikan kepada setiap dimensi. Bobot yang digunakan saat ini mungkin bersifat kontekstual untuk studi kasus di Mozambik, Ethiopia, dan Ghana, tetapi mungkin tidak optimal untuk zona iklim atau geologi lain.

Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian lanjutan harus menggunakan proses hierarki analitik (Analytical Hierarchy Process/AHP) atau Analisis Multikriteria (Multi-Criteria Analysis/MCA) yang melibatkan pakar teknik, hidrologi, dan sosio-ekonomi dari berbagai zona iklim Sub-Sahara. Variabel yang harus diuji adalah koefisien bobot untuk $D_i$, $M_n$, dan $C_r$, dikorelasikan dengan data kerusakan pasca-bencana yang sebenarnya (ex-post disaster data) di zona yang berbeda (misalnya, zona semi-kering vs. zona tropis basah).

Menunjukkan Perlunya Penelitian Lanjutan: Penentuan bobot yang divalidasi secara ilmiah akan menghasilkan RVI yang lebih sensitif dan akurat secara kontekstual, memastikan bahwa prioritas investasi adaptasi benar-benar menghasilkan manfaat yang paling optimal untuk wilayah spesifik.

2. Membangun Model Kuantifikasi Manfaat Sosial-Ekonomi (Socio-Economic Benefit Model)

Justifikasi Ilmiah: Pedoman ini menyatakan bahwa outputnya dimaksudkan untuk memberikan bukti manfaat ekonomi dan sosial. Kritikalitas ($C_r$) mengukur pentingnya jalan dalam mengakses layanan, tetapi tidak secara eksplisit mengkuantifikasi nilai finansial atau sosial dari peningkatan akses akibat penurunan RVI. Diperlukan model untuk menutup kesenjangan ini.

Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus mengembangkan model regresi linier berganda yang menghubungkan variabel penurunan RVI (sebagai variabel independen utama) dengan metrik hasil sosio-ekonomi (sebagai variabel dependen), seperti: persentase peningkatan kunjungan fasilitas kesehatan per tahun, penurunan biaya transportasi pasca-bencana, atau peningkatan pendaftaran sekolah. Konteks baru yang harus dianalisis adalah studi longitudinal di mana intervensi adaptasi yang diprioritaskan oleh RVI telah dilaksanakan.

Menunjukkan Perlunya Penelitian Lanjutan: Hasilnya akan menghasilkan bukti return-on-investment yang kuat, sangat penting bagi penerima hibah dan lembaga pendanaan internasional (misalnya, IDA, AfDB) untuk membenarkan investasi besar dalam ketahanan infrastruktur.

3. Standarisasi Transformasi Keluaran Model Iklim ke Indikator Teknik (Climate Model Transformation Protocol)

Justifikasi Ilmiah: Pedoman ini menekankan pentingnya mengubah keluaran model iklim (misalnya, CMIP5) menjadi indikator yang relevan bagi insinyur, seperti frekuensi hari sangat panas atau curah hujan ekstrem. Namun, proses transformasi ini memerlukan panduan dan protokol yang ketat untuk mempertahankan integritas ilmiah.

Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Riset harus berkolaborasi dengan ahli klimatologi (khususnya dari CMIP5) untuk mengembangkan Protokol Transformasi Data Iklim yang Terdokumentasi (PTDI). Variabel baru yang harus distandarisasi adalah agregasi statistik iklim (misalnya, Keetch-Byram drought index, kecepatan angin maksimum, dan indeks kelembaban) untuk lokasi jalan. Penelitian ini harus menetapkan ambang batas (threshold) teknis yang disepakati untuk berbagai jenis material perkerasan dan struktur jalan, misalnya, korelasi antara suhu di atas $35^\circ C$ dan degradasi material pengikat aspal.

Menunjukkan Perlunya Penelitian Lanjutan: Protokol PTDI yang distandarisasi akan mengurangi ambiguitas, memungkinkan insinyur jalan di seluruh Afrika menggunakan keluaran iklim masa depan dengan cara yang konsisten dan valid secara teknik, memajukan desain yang tahan iklim.

4. Pengembangan Modul Adaptasi GIS untuk Karakteristik Lingkungan Lokal (GIS Adaptation Module)

Justifikasi Ilmiah: Pedoman mengakui bahwa lokasi jalan itu sendiri—termasuk tutupan lahan, jenis tanah, dan hidrologi—memengaruhi kerentanan. Pendekatan umum mungkin tidak cukup.

Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus mengembangkan Modul Penilaian Kerentanan GIS-Lokal (GIS-LVA) yang modular. Modul ini akan secara otomatis mengintegrasikan lapisan data geospasial yang sangat rinci (misalnya, tipologi tanah resolusi tinggi, daerah aliran sungai, dan jarak ke badan air) dengan data inventaris aset jalan. Modul harus memungkinkan pengguna untuk memprioritaskan indikator berdasarkan konteks spesifik: misalnya, untuk wilayah pesisir, variabel jarak ke pantai dan risiko kenaikan permukaan air laut akan diberikan bobot yang lebih tinggi.

Menunjukkan Perlunya Penelitian Lanjutan: Modul ini akan memberikan alat praktis bagi ahli geoinformatika dan insinyur untuk melakukan penilaian tingkat proyek yang sangat akurat, jauh melampaui kemampuan pemetaan risiko tingkat nasional saat ini.

5. Pengukuran Dampak Program Peningkatan Kapasitas dan Change Management (Longitudinal Capacity Study)

Justifikasi Ilmiah: Selain panduan risiko, proyek AfCAP juga menghasilkan Panduan Manajemen Perubahan (Change Management Guideline) untuk mendorong penyerapan dan penanaman hasil riset ke dalam kebijakan dan prosedur kelembagaan. Keberhasilan adaptasi iklim jangka panjang bergantung pada kapasitas institusional.

Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus merancang studi longitudinal yang mengukur dampak aktual dari program peningkatan kapasitas pada perilaku organisasi, yang ditargetkan pada Kementerian/Dinas Jalan dan Transportasi di negara mitra. Variabel yang harus diukur mencakup tingkat penyerapan kebijakan adaptasi baru (policy uptake rate), frekuensi pelatihan adaptasi yang diselenggarakan sendiri oleh institusi, dan perubahan dalam alokasi anggaran pemeliharaan untuk pekerjaan yang sensitif terhadap iklim (misalnya, drainase).

Menunjukkan Perlunya Penelitian Lanjutan: Studi ini akan memberikan bukti empiris mengenai efektivitas intervensi "lunak" (soft interventions)—seperti peningkatan kapasitas dan manajemen perubahan—dalam mencapai ketahanan infrastruktur yang bersifat teknis, sebuah area yang jarang diukur dalam literatur teknik.

Ajakan Kolaboratif dan Acuan Utama

Untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil yang kuat, penelitian lebih lanjut dalam kerangka kerja RVI dan implementasi pedoman ini harus melibatkan kolaborasi multidisiplin antara institusi Council for Scientific and Industrial Research (CSIR), Paige-Green Consulting (Pty) Ltd, dan St Helens Consulting Ltd. Kemitraan ini akan memastikan bahwa landasan ilmiah, keahlian teknik, dan pengalaman implementasi di lapangan tetap terintegrasi.

Baca paper aslinya di sini: Baca paper aslinya di sini