Irigasi dan Keamanan Air: Peran Instrumen Ekonomi dan Tata Kelola

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

22 Juni 2025, 06.23

pixabay.com

Mengapa Irigasi dan Keamanan Air Semakin Krusial?

Irigasi menjadi tulang punggung ketahanan pangan global. Sekitar 17% lahan pertanian dunia yang diirigasi menghasilkan lebih dari sepertiga pangan dan serat dunia. Namun, di balik kontribusinya, irigasi juga menjadi sumber berbagai masalah lingkungan: penurunan muka air tanah, salinisasi, degradasi ekosistem, dan penurunan kualitas air. Paper ini menyoroti bahwa modernisasi irigasi—baik dari sisi teknologi maupun kelembagaan—saja tidak cukup untuk memastikan keberlanjutan sektor ini. Kunci utamanya adalah tata kelola air yang efektif, dengan peran penting instrumen ekonomi, namun harus dilengkapi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang adil, transparan, dan partisipatif.

Irigasi: Sumber Pangan, Sumber Masalah

Kontribusi Irigasi bagi Ketahanan Pangan

  • Sekitar 250 juta hektar lahan di dunia telah diirigasi, meningkat lima kali lipat sejak awal abad ke-20.
  • Lahan irigasi hanya 17% dari total lahan pertanian, namun menghasilkan lebih dari 33% pangan dunia.
  • Permintaan irigasi diprediksi terus naik, terutama di negara berkembang yang populasinya tumbuh pesat.

Dampak Lingkungan dan Efisiensi

  • Irigasi mengonsumsi 70% dari total pengambilan air tawar dunia, setara 2.000–2.500 km³ per tahun.
  • Hanya 40% air irigasi yang benar-benar sampai ke tanaman; sisanya hilang akibat evaporasi, infiltrasi, atau pertumbuhan gulma.
  • Praktik irigasi yang buruk menyebabkan 10% lahan irigasi dunia mengalami waterlogging dan salinisasi.
  • Penurunan muka air tanah, polusi, dan perubahan aliran sungai telah menjadi masalah di banyak kawasan, memperburuk ketersediaan air permukaan.

Keamanan Air: Konsep dan Tantangan Tata Kelola

Definisi Keamanan Air

Global Water Partnership mendefinisikan keamanan air sebagai “akses terhadap air dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk kebutuhan manusia dan lingkungan.” Keamanan air tercapai jika air yang cukup dan berkualitas tersedia untuk kebutuhan sosial, ekonomi, budaya, sekaligus menjaga fungsi ekosistem penting.

Tantangan Tata Kelola

  • Keterlibatan Stakeholder: Tata kelola air yang baik harus melibatkan masyarakat, LSM, dan sektor swasta, bukan hanya pemerintah.
  • Transparansi dan Akuntabilitas: Pengambilan keputusan harus terbuka, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan.
  • Integrasi Sektor: Keputusan alokasi air harus terintegrasi dengan tata guna lahan, ekonomi, dan perlindungan lingkungan.
  • Skala Pengambilan Keputusan: Harus disesuaikan dengan konteks lokal, regional, hingga nasional.

Sistem Alokasi Air dan Instrumen Ekonomi

Sistem Alokasi Air

Sistem alokasi air menentukan siapa, kapan, dan berapa banyak air yang boleh digunakan untuk berbagai keperluan—mulai dari irigasi, kota, industri, hingga lingkungan. Sistem ini sangat mempengaruhi produktivitas ekonomi, kesejahteraan sosial, dan kualitas ekosistem.

  • Ketika air langka, sistem alokasi yang tidak efisien atau tidak adil dapat memperburuk konflik dan menurunkan keamanan air.
  • Alokasi air yang efektif, efisien, dan adil sangat penting, terutama di wilayah yang ekonominya sangat tergantung pada pertanian irigasi.

Peran Instrumen Ekonomi

Instrumen ekonomi seperti harga air, pajak, atau insentif digunakan untuk meningkatkan efisiensi alokasi air. Dengan harga yang mencerminkan kelangkaan air, pengguna didorong untuk berhemat dan mengalokasikan air ke penggunaan yang paling produktif.

  • Pasar air dan mekanisme harga telah diterapkan di banyak negara untuk mengatasi kelangkaan.
  • Namun, efisiensi alokasi saja tidak cukup. Instrumen ekonomi harus didukung tata kelola yang kuat agar tidak menciptakan ketidakadilan atau mengorbankan kebutuhan lingkungan.

Modernisasi Irigasi: Teknologi dan Kelembagaan

Teknologi Irigasi

  • Inovasi seperti irigasi tetes (drip irrigation), laser leveling, dan penjadwalan irigasi berbasis data telah meningkatkan efisiensi penggunaan air.
  • Namun, modernisasi teknologi tanpa perubahan kelembagaan dan kebijakan sering gagal mengatasi masalah mendasar.

Reformasi Kelembagaan

  • Banyak negara kini beralih dari paradigma “menambah pasokan” ke “mengoptimalkan penggunaan” air.
  • Reformasi sistem alokasi air dan penggunaan instrumen ekonomi menjadi prioritas, namun tetap harus memperhatikan aspek sosial, budaya, dan lingkungan.

Studi Kasus dan Bukti Empiris

Global

  • Laporan World Water Assessment Programme memperkirakan bahwa 10% lahan irigasi dunia rusak akibat waterlogging dan salinisasi, terutama di Asia Selatan dan Timur Tengah.
  • Di beberapa kawasan, modernisasi irigasi berhasil meningkatkan efisiensi hingga 30%, namun tanpa tata kelola yang baik, efisiensi ini sering tidak berkelanjutan.

Kanada

Penelitian de Loë dkk. di Kanada menunjukkan bahwa kegagalan melibatkan stakeholder secara adil bisa memicu konflik, terutama jika hak masyarakat adat diabaikan. Kurangnya transparansi dalam pengambilan keputusan menyebabkan ketidakpastian investasi dan ketidakpercayaan publik.

Australia

Murray-Darling Basin di Australia menjadi contoh sukses dan tantangan pasar air. Mekanisme pasar berhasil meningkatkan efisiensi, namun juga menimbulkan kontroversi soal keadilan distribusi dan dampak lingkungan jika tidak diawasi dengan ketat.

Dimensi Kritis Tata Kelola Air

Transparansi dan Partisipasi

  • Keterlibatan publik dan stakeholder dalam pengambilan keputusan meningkatkan legitimasi dan efektivitas kebijakan air.
  • Kurangnya transparansi dapat menyebabkan keputusan yang buruk dan konflik berkepanjangan.

Integrasi Lintas Sektor

  • Pengelolaan air harus terintegrasi dengan tata guna lahan, pengelolaan limbah, dan perencanaan ekonomi.
  • Perlindungan ekosistem air harus menjadi bagian dari sistem alokasi air, bukan sekadar tambahan.

Skala dan Kewenangan

  • Pengambilan keputusan harus sesuai dengan skala permasalahan—lokal, regional, nasional, hingga lintas negara.
  • Peran aktor non-negara (masyarakat, LSM, swasta) harus diakui dan difasilitasi.

Kritik dan Analisis Tambahan

Kekuatan Paper

  • Menekankan pentingnya tata kelola dan instrumen ekonomi dalam meningkatkan keamanan air dan keberlanjutan irigasi.
  • Mengintegrasikan analisis teknologi, ekonomi, dan kelembagaan dalam satu kerangka berpikir.

Kritik

  • Paper ini menyoroti bahwa efisiensi ekonomi tidak otomatis berarti keberlanjutan lingkungan atau keadilan sosial.
  • Instrumen ekonomi tanpa tata kelola yang kuat berisiko memperdalam kesenjangan dan mengorbankan kebutuhan ekosistem.

Relevansi dengan Tren Global

  • Isu keamanan air dan tata kelola irigasi menjadi agenda utama dalam SDGs dan kebijakan adaptasi perubahan iklim.
  • Negara-negara seperti Tiongkok, India, dan negara-negara Afrika kini mulai mengadopsi pendekatan berbasis tata kelola partisipatif dan instrumen ekonomi.
  • Inovasi teknologi dan kebijakan “smart water management” semakin didorong, namun harus diimbangi dengan perlindungan hak-hak masyarakat lokal dan ekosistem.

Rekomendasi Kebijakan

  1. Perkuat Tata Kelola:
    Keterbukaan, partisipasi, dan integrasi lintas sektor harus menjadi prinsip utama pengelolaan air dan irigasi.
  2. Instrumen Ekonomi yang Adil:
    Harga air dan insentif harus dirancang agar mendorong efisiensi tanpa mengorbankan kelompok rentan dan kebutuhan lingkungan.
  3. Modernisasi Teknologi dan Kelembagaan:
    Inovasi irigasi harus diiringi reformasi kelembagaan agar manfaatnya berkelanjutan.
  4. Pengakuan Hak Masyarakat Adat dan Lokal:
    Pengelolaan air harus menghormati hak-hak tradisional dan melibatkan masyarakat adat dalam pengambilan keputusan.
  5. Integrasi Perlindungan Ekosistem:
    Alokasi air untuk lingkungan harus dijamin secara hukum dan diimplementasikan secara efektif.

Irigasi, Keamanan Air, dan Masa Depan Ketahanan Pangan

Irigasi adalah penentu utama ketahanan pangan dunia, namun juga sumber tantangan lingkungan dan sosial. Paper ini menegaskan bahwa keamanan air hanya bisa dicapai melalui sinergi antara efisiensi ekonomi, tata kelola yang adil, dan perlindungan lingkungan. Instrumen ekonomi penting, namun tidak cukup tanpa tata kelola yang transparan, partisipatif, dan terintegrasi. Masa depan irigasi dan keamanan air akan sangat ditentukan oleh kemampuan negara-negara mengadopsi prinsip-prinsip tata kelola ini dalam kebijakan dan praktik sehari-hari.

Sumber Artikel 

Irrigation and water security: the role of economic instruments and governance, R. C. de Loë & H. Bjornlund, WIT Transactions on Ecology and the Environment, Vol 112, 2008.