Internet of Things (IoT) sebagai Fondasi Industri 4.0: Dari Otomatisasi Menuju Sistem Prediktif Berbasis Data

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko

15 Desember 2025, 12.56

Sumber: pexels.com

Pendahuluan

Transformasi digital di sektor industri tidak lagi berhenti pada jargon atau slogan semata. Konsep Industri 4.0 telah menjadi kerangka strategis yang mendorong perusahaan beralih dari proses yang manual dan terfragmentasi menuju sistem yang terhubung, berbasis data, dan semakin otonom. Dalam konteks ini, Internet of Things (IoT) menempati posisi sentral sebagai enabler utama perubahan tersebut.

Paper yang menjadi dasar resensi ini membahas secara komprehensif bagaimana IoT—atau dalam konteks industri sering disebut Industrial IoT (IIoT)—berfungsi sebagai titik kritis (critical point) dalam transisi industri dari fase otomatisasi konvensional menuju sistem cerdas yang bersifat prediktif. Pembahasan tidak berhenti pada definisi teknis IoT, tetapi juga dikaitkan langsung dengan praktik industri, khususnya dalam konteks penerapan di Indonesia.

Resensi ini mengulas kembali gagasan utama paper tersebut melalui pendekatan analitis, dilengkapi interpretasi praktis, ilustrasi kasus, serta catatan kritis agar relevan bagi praktisi industri, akademisi, dan pengambil keputusan.

Memahami Perbedaan Industri 3.0 dan Industri 4.0

Salah satu kekuatan utama paper ini adalah kemampuannya meluruskan miskonsepsi yang masih sering ditemui di lapangan, khususnya terkait perbedaan antara Industri 3.0 dan Industri 4.0.

Industri 3.0: Otomatisasi yang Terisolasi

Pada fase Industri 3.0, perusahaan umumnya telah:

  • menggunakan sensor dan aktuator,

  • mengimplementasikan PLC dan sistem kontrol,

  • menerapkan otomasi pada mesin atau lini produksi tertentu.

Namun, karakteristik utama fase ini adalah otomatisasi yang berdiri sendiri. Data yang dihasilkan:

  • tidak terintegrasi lintas departemen,

  • tidak dikumpulkan secara masif,

  • hanya digunakan untuk kontrol lokal, bukan sebagai dasar analisis strategis.

Industri 4.0: Data sebagai Inti Sistem

Sebaliknya, Industri 4.0 ditandai oleh:

  • digitalisasi proses secara menyeluruh,

  • pengumpulan data lintas fungsi dan proses,

  • integrasi antara mesin, manusia, dan sistem,

  • analisis data secara berkelanjutan,

  • munculnya sistem yang prediktif dan adaptif.

Paper ini menegaskan bahwa indikator utama Industri 4.0 bukan sekadar keberadaan internet, melainkan kemampuan organisasi dalam mengelola dan memanfaatkan data dalam skala besar untuk pengambilan keputusan.

Internet of Things: Lebih dari Sekadar Sensor

IoT dalam konteks industri sering disederhanakan sebagai pemasangan sensor. Paper ini menolak pandangan tersebut dengan menekankan bahwa IoT merupakan ekosistem terintegrasi yang mencakup:

  • perangkat fisik (sensor dan aktuator),

  • perangkat lunak,

  • konektivitas,

  • manusia sebagai penghasil dan pengguna data.

Definisi IoT yang Lebih Komprehensif

IoT didefinisikan sebagai jaringan perangkat fisik yang tertanam dalam sistem elektronik dan perangkat lunak, yang mampu:

  • mengumpulkan data,

  • bertukar data,

  • menghasilkan nilai tambah melalui integrasi lintas sistem.

Dengan demikian, sebuah sensor suhu tidak memiliki nilai strategis apabila berdiri sendiri. Nilai baru muncul ketika data suhu tersebut:

  • terhubung dengan sistem pendingin,

  • dikaitkan dengan aktivitas manusia,

  • dianalisis untuk efisiensi energi dan pengambilan keputusan.

Studi Kasus Konseptual: Dari Kontrol Suhu ke Sistem Adaptif

Paper ini memberikan ilustrasi yang relevan mengenai evolusi sistem kontrol suhu.

Pendekatan Konvensional (Industri 3.0)

  • Sensor suhu mengendalikan AC,

  • logika statis,

  • tidak mempertimbangkan konteks lain.

Pendekatan IoT (Industri 4.0)

  • sensor suhu,

  • sensor kehadiran manusia,

  • data aktivitas (bekerja, bergerak, beristirahat),

  • integrasi dengan sistem HVAC.

Hasilnya adalah sistem adaptif, bukan sekadar otomatis. Pendinginan ruangan menyesuaikan jumlah orang, jenis aktivitas, dan pola waktu. Contoh ini menunjukkan pergeseran paradigma dari rule-based automation menuju context-aware system.

IoT Tanpa Internet Publik: Apakah Selalu Diperlukan?

Salah satu pertanyaan penting yang dibahas dalam paper adalah apakah IoT harus selalu bergantung pada internet publik. Jawaban yang diberikan cukup tegas: tidak selalu.

IoT Internal dan Edge Computing

Paper menjelaskan bahwa IoT dapat diimplementasikan melalui:

  • jaringan lokal,

  • server on-premise,

  • konektivitas LAN, Wi-Fi, Bluetooth, atau jaringan industri.

Pendekatan ini relevan bagi industri yang memiliki kebutuhan keamanan tinggi atau tidak menginginkan data keluar dari jaringan internal. Konsep ini sejalan dengan tren global edge computing, di mana pemrosesan data dilakukan sedekat mungkin dengan sumber data.

Faktor Pendorong Adopsi IoT: Perspektif Manusia

Menariknya, paper ini juga menyoroti faktor manusia sebagai pendorong utama adopsi IoT. Beberapa faktor kunci yang diidentifikasi antara lain:

  • kecenderungan manusia menghindari pekerjaan repetitif,

  • keinginan terhadap kenyamanan dan efisiensi.

Contoh penerapannya meliputi:

  • pengendalian perangkat dengan suara,

  • pemantauan rumah dari jarak jauh,

  • pengawasan operasional bisnis tanpa kehadiran fisik.

Pandemi COVID-19 disebut sebagai akselerator signifikan yang mendorong IoT berubah dari teknologi opsional menjadi kebutuhan operasional.

IoT dan Digitalisasi Proses Industri

Paper menekankan bahwa langkah awal menuju Industri 4.0 adalah digitalisasi proses. Banyak industri masih menghadapi:

  • input data berulang,

  • pencatatan manual,

  • duplikasi pekerjaan.

Peran IoT dalam Digitalisasi

Dengan IoT:

  • data diambil langsung dari mesin,

  • kesalahan manusia berkurang,

  • konsistensi data meningkat.

Contoh yang dibahas adalah power monitoring, di mana data konsumsi listrik mesin diintegrasikan dengan sistem produksi sehingga memungkinkan otomatisasi keputusan, seperti pengaturan jumlah kompresor yang beroperasi.

Dari Otomatisasi ke Prediksi: Esensi Industri 4.0

Paper merumuskan lima ciri utama Industri 4.0:

  1. Digitalisasi,

  2. Big data dan analitik,

  3. Pengurangan intervensi manusia,

  4. Konektivitas perangkat,

  5. Otomatisasi prediktif.

Contoh Praktis: Budidaya Ikan Hias

Studi ilustratif pada budidaya ikan menunjukkan bahwa:

  • sensor pH dan kualitas air,

  • sistem pakan otomatis,

  • analisis pola pertumbuhan,

akan tetap berada pada level otomatisasi jika tidak dianalisis lebih lanjut. Namun, ketika data historis digunakan untuk prediksi dan optimasi, sistem tersebut telah memasuki ranah Industri 4.0.

Kritik dan Peluang Pengembangan

Kelebihan

  • Bahasa praktis dan aplikatif,

  • contoh kontekstual Indonesia,

  • mampu menjembatani teori dan praktik.

Keterbatasan

  • minim data kuantitatif,

  • studi kasus masih bersifat ilustratif,

  • belum membahas secara mendalam tantangan biaya, SDM, dan keamanan siber.

Keterbatasan ini justru membuka peluang riset lanjutan, khususnya pada studi empiris IoT di industri Indonesia dan integrasi IoT dengan AI.

Implikasi Praktis bagi Industri Indonesia

Pesan utama paper ini jelas: IoT bukan proyek IT semata, melainkan strategi bisnis jangka panjang. Perusahaan perlu memulai dari digitalisasi data, mengintegrasikan sistem yang terpisah, membangun budaya berbasis data, dan menyiapkan SDM lintas disiplin.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa Internet of Things merupakan fondasi utama Industri 4.0. Nilai strategis IoT terletak pada integrasi data, analisis berkelanjutan, dan kemampuan prediktif. Transformasi menuju Industri 4.0 bukan proses instan, melainkan perjalanan bertahap yang menuntut konsistensi dan kesiapan organisasi.

📚 Sumber Utama

Materi utama artikel ini disarikan dari pemaparan mengenai Internet of Things dan Industri 4.0 yang dipublikasikan melalui kanal YouTube edukatif Diklatkerja:
👉 https://youtu.be/tIF5Vyh79JI

Referensi pendukung:

  • Kagermann, H., Wahlster, W., & Helbig, J. Recommendations for Implementing Industry 4.0.

  • World Economic Forum. The Future of Industrial IoT.