Industri konstruksi global tengah bergerak menuju paradigma baru yang menekankan efisiensi, kolaborasi, dan keberlanjutan. Dalam konteks ini, Lean Construction, Sustainability, dan Building Information Modeling (BIM) muncul sebagai tiga konsep dominan yang berupaya menjawab tantangan klasik di sektor ini: keterlambatan, pemborosan sumber daya, dan dampak lingkungan. Namun, meskipun ketiganya telah banyak diteliti secara terpisah, hanya sedikit pendekatan yang mengintegrasikannya secara sistematis. Artikel dari Moradi dan Sormunen (2022) berupaya menjembatani celah ini dengan mengembangkan kerangka kerja konseptual untuk pengiriman proyek konstruksi yang lean dan berkelanjutan dengan bantuan BIM.
Mengapa Integrasi Ini Penting?
Lean Construction bertujuan mengurangi limbah dan meningkatkan nilai bagi pelanggan melalui prinsip seperti pull planning dan last planner system. Sementara itu, Sustainability dalam konstruksi menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam seluruh siklus hidup bangunan. BIM memungkinkan visualisasi, simulasi, dan kolaborasi digital antarpihak proyek.
Moradi dan Sormunen mencatat bahwa sinergi antara ketiga konsep ini dapat menghasilkan sistem pengiriman proyek yang jauh lebih efektif dan berkelanjutan. Sayangnya, sebagian besar penelitian terdahulu hanya mengkaji integrasi dua konsep secara terpisah (misal, Lean-BIM atau Lean-Sustainability), tanpa menggabungkan ketiganya sekaligus.
Metodologi: Tinjauan Literatur Sistematis dan Analisis Tematik
Studi ini menganalisis 230 publikasi dari database Scopus dengan fokus pada kata kunci "Lean Construction." Dari jumlah tersebut, 227 artikel dipilih untuk dianalisis lebih lanjut setelah menghapus duplikasi. Metode analisis tematik digunakan untuk menyusun kode dan tema utama yang menghubungkan Lean, Sustainability, dan BIM.
Sebanyak 38 artikel yang membahas integrasi Lean-BIM-Sustainability kemudian dijadikan dasar pengembangan kerangka kerja konseptual. Kerangka tersebut disusun berdasarkan empat fase siklus hidup proyek: definisi proyek, desain dan perencanaan, konstruksi, dan operasional.
Kerangka Konseptual: Pengiriman Proyek yang Lean dan Berkelanjutan
Kerangka kerja yang diusulkan mengadopsi pendekatan Plan-Do-Check-Act (PDCA) dan menerapkan prinsip-prinsip Lean serta indikator keberlanjutan dalam setiap fase proyek:
- Definisi Proyek
- Kegiatan: Identifikasi kebutuhan, eksplorasi dampak keberlanjutan, penetapan nilai target.
- Alat bantu: Target costing, BIM, penilaian daur hidup (LCA), multiparty agreement.
- Tujuan: Menyusun target keberlanjutan yang terukur sebelum proyek dimulai.
- Desain dan Perencanaan
- Kegiatan: Desain kolaboratif, simulasi, pengukuran terhadap indikator keberlanjutan, penyempurnaan desain.
- Alat bantu: BIM, last planner system, value stream mapping, target value design.
- Tujuan: Meningkatkan efisiensi proses dan produk dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial.
- Konstruksi
- Kegiatan: Pelaksanaan konstruksi berdasarkan desain final, penerapan continuous improvement.
- Alat bantu: 5S, just-in-time, last planner system, BIM.
- Tujuan: Mengurangi pemborosan di lapangan dan meningkatkan nilai nyata proyek.
- Operasional
- Kegiatan: Monitoring performa bangunan, evaluasi pencapaian target, pembaruan basis data proyek.
- Alat bantu: BIM, indikator performa, alat ukur keberlanjutan.
- Tujuan: Memberikan siklus umpan balik yang memperkuat pembelajaran untuk proyek selanjutnya.
Kelebihan dan Nilai Tambah Kerangka Ini
- Menyediakan pendekatan berbasis siklus hidup yang memfasilitasi kolaborasi antarpemangku kepentingan sejak awal proyek.
- Memungkinkan pencapaian desain zero-energy building secara lebih realistis karena mempertimbangkan operasional dan umpan balik pengguna.
- Memberikan panduan praktis bagi pengambil keputusan dalam memilih alat bantu (tool) yang tepat di setiap fase.
- Mendukung pembentukan database performa proyek sebagai dasar pembelajaran berkelanjutan.
Perbandingan dengan Studi Terdahulu
Berbeda dengan studi sebelumnya yang cenderung mengintegrasikan Lean dan BIM pada tahap perencanaan saja, framework ini memasukkan sustainability sebagai prinsip utama sejak fase definisi proyek. Studi ini juga melampaui pendekatan-pendekatan sektoral yang terbatas pada tipe proyek atau konteks tertentu dengan menawarkan model yang dapat disesuaikan untuk berbagai jenis proyek konstruksi.
Kritik dan Ruang untuk Pengembangan
- Studi ini masih bersifat konseptual dan belum diuji dalam studi kasus nyata.
- Fokusnya terbatas pada aspek teknis; pengaruh budaya organisasi, kebijakan, dan kontrak belum dikaji mendalam.
- Perlu pengembangan kontrak model baru yang kompatibel dengan framework ini agar prinsip kolaborasi dan pembagian risiko dapat diterapkan secara nyata.
Relevansi terhadap Tren Industri dan SDGs
Framework ini sangat relevan dengan tren smart cities, circular economy, dan target net-zero emission. Dengan adanya perhatian global terhadap bangunan hemat energi dan rendah karbon, integrasi LC, BIM, dan sustainability menjadi kunci mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 11 (kota berkelanjutan) dan SDG 13 (aksi iklim).
Kesimpulan: Membangun Masa Depan dengan Sistem Pengiriman Proyek Terintegrasi
Artikel ini menyajikan kontribusi penting berupa kerangka kerja konseptual untuk pengiriman proyek konstruksi yang lean, berkelanjutan, dan berbasis teknologi digital (BIM). Dengan membagi fase proyek secara jelas dan menyelaraskan tools, prinsip, dan teknik yang tepat untuk tiap fase, framework ini mampu menjadi peta jalan strategis dalam memperbaiki efisiensi, kolaborasi, dan dampak lingkungan proyek konstruksi.
Langkah selanjutnya adalah uji lapangan melalui studi kasus nyata untuk mengukur efektivitas dan fleksibilitas kerangka kerja ini dalam konteks lokal maupun global.
Sumber asli artikel (tanpa tautan): Moradi, S., & Sormunen, P. (2022). Lean and Sustainable Project Delivery in Building Construction: Development of a Conceptual Framework. Buildings, 12(10), 1757.